04.

1.1K 64 3
                                    

©prettybabo


"Ini untukmu."

"Untukku?"

"Hm."

"Te-terima kasih." Jeno bisa merasakan perutnya bergejolak karena senyuman pemuda didepannya saat ia memberikan boneka beruang yang sedari tadi ia bawa.

"Terima kasih sudah membelikanku eskrim, makan siang dan juga makan malam hari ini." Jeno tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari pemuda tersebut. "Lain kali aku akan membelikanmu banyak makanan."

"Uh, tentu. Aku akan minta dibelikan daging kualitas nomor satu." Jeno berkata sambil tertawa untuk menutupi rasa gugupnya melihat wajah cemberut si pemuda cantik. Bibir merah muda pemuda itu membuat naga di perut Jeno menggeram.

"Baiklah, sampai ketem—"

"Jaemin, apa minggu depan kau akan pulang? Kalau kau pulang kita mungkin...uh, mungkin bisa pergi bersama karena aku akan pulang." Jeno mengutuk dirinya sendiri yang terdengar gagap dan ragu.

"Uh itu..."

"Kalau kau tetap di Seoul selama liburan tak apa. Aku hanya...hanya...kau tahu. Siapa tahu kau pulang jadi aku bisa me...me..."

"Aku akan pulang minggu depan." Jeno merasa kelegaan luar biasa mendengar jawaban Jaemin, pemuda yang sedari tadi membuat perutnya bergolak tidak karuan.

"Oke. Minggu depan. Pulang." Jeno gugup setengah mati dan ia sangat ingin menampar dirinya sendiri karena hal itu.

"Selamat malam Jeno."

"Selamat malam Jaemin."

Pembicaraan didepan pintu kamar Jaemin itu terus berputar di kepala Lee Jeno, mahasiswa culun yang sejak pagi hari tidak juga turun dari tempat tidurnya. Matanya mengerjap memandangi langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Bibirnya sesekali membentuk senyuman namun setelah itu ia akan menggeleng-gelengkan kepalanya kuat, seolah ingin membuat memori dikepalanya rontok.

"Tidak, tidak. Jangan Jaemin, jangan Jaemin!" Bibir itu kembali bergumam hal-hal tidak jelas. Jeno jelas sedang tidak begitu waras pagi ini. Biasanya pukul sekian Jeno sudah duduk di depan komputernya, entah belajar atau berchatting ria dengan pujaan hatinya dari dunia maya.

Jeno terus memandangi langit-langit kamarnya. Ia tahu sebentar lagi mungkin Haechan akan menggedor kamarnya dan bertanya tentang Jisung, teman kencannya yang dikenalkan oleh Haechan.

Semalam Jeno sangat sadar ketika ia memutuskan untuk tidak menemui Jisung dan meminta maaf karena sikapnya yang kurang sopan sudah pergi begitu saja ditengah-tengah kencan mereka. Ya, Jeno sangat sadar ketika ia memilih untuk menghabiskan waktu dengan Jaemin dari pada meminta maaf pada seseorang yang memiliki potensi besar untuk menjadi kekasihnya.

Jeno sudah merasa cukup gila karena ia memilih Jaemin dibanding Jisung. Kegilaan itu tidak hanya berhenti sampai disitu. Sejak semalam, Jeno menghiraukan semua pesan masuk dari kekasihnya, bubblyna. Seorang blogger yang belum pernah ia temui bahkan tidak ia ketahui nama aslinya.

Jeno sudah tergila-gila pada bubblyna selama berbulan-bulan dan akhirnya mereka resmi menjadi sepasang kekasih beberapa hari yang lalu. Namun entah mengapa kepalanya malah dipenuhi oleh sosok lain. Sosok yang seharusnya tidak boleh singgah di kepalanya bahkan untuk sedetikpun.

Orang itu adalah Na Jaemin.

Pemuda populer yang kebetulan adalah teman masa kecilnya.

Entah sejak kapan Jaemin mulai menginvasi isi kepalanya. Dan ini tidak benar. Jeno harus segera mengenyahkan pemuda itu agar hidupnya kembali normal. Jaemin jelas seorang pemuda yang akan mengencani seorang pria tampan yang atletis seperti anak-anak tim basket kampus mereka. Atau para anggota band kampus yang terkenal gaul dan keren.

Favorite Blogger ・ Nomin VersWhere stories live. Discover now