Íkosi Októ

1.8K 185 14
                                    

Selama dua minggu lebih Kaila di rawat, dan kini Dokter sudah mengizinkan ia untuk pulang karena keadaan fisiknya juga sudah membaik. Dan selama itu, terkadang Azka datang menjenguk meskipun tidak setiap hari.

Kaila menyadari hal tersebut, ia tahu jika memang di dunia ini dirinya hanya akan kembali sendirian. Orang-orang akan perlahan melupakan dan meninggalnya.

"m-maaf Dokter, Kaila mau nanya tentang pembayaran perawatan." ujar Kaila pelan

"Oh, kalo tentang itu nanti kamu bisa tanya langsung ke bagian resepsionis ya." ujar Dokter dan Kaila mengangguk-angguk kepalanya.


*****

Azka yang baru saja turun dari kamarnya, pun dihadang dengan pertanyaan sang ayah.

“Mau jemput nak kaila, ya?” tanya sang ayah.

“Iya pa, kemarin papa sama mama minta buat dia tinggal di sini kan? Karena takut kejadian waktu itu ke ulang lagi.” jawab Azka seadanya.

“Iya, lagian dia juga masih ragu-ragu buat ketemu orang lain selain kamu.”

Azka menganggukkan kepalanya, setuju akan ucapan sang ayah. “Kalo gitu Azka pamit dulu ya pa, nanti dia nunggu kelamaan.”

Sang ayah pun mengizinkan, dan Azka segera berlalu takut Kaila sudah menunggu lama di rumah sakit.

Orang tua Azka setuju untuk membawa gadis belia tersebut tinggal bersama mereka, setidaknya setelah keadaan Kaila sudah lebih baik dari sebelumnya.

Azka juga sadar jika ia tidak akan bisa sepenuhnya melihat Kaila dalam pengawasannya, apalagi ia masih aktif di basket sekolah sebagai senior untuk membantu pelatih mereka melatih anak-anak basket yang baru.

Dan lagi, hal ini dipicu akan penjelasan dokter mengenai keadaan Kaila yang ternyata sedang mengandung. Mengingat perihal masalah tersebut dan penjelasan yang lalu, dimana bekas sperma pelaku ada yang masih tersisa.

Kepolisian juga sedang melakukan pencarian dan menemukan tersangka, yang sayangnya sedang ada di luar negeri. Untuk mendapatkan sang pelaku, tentu saja mereka memerlukan pihak interpol yang ada di luar negeri. Dan, tentu saja hal tersebut tidak akan mudah.

Maka mereka perlu sabar untuk menghadapi masalah yang kemungkinan akan datang lebih rumit lagi.

*****

“Kak Azka, ngapain jemput? Kan aku bisa naik taksi.” ujar Kaila sambil berjalan ke luar ruangan dengan tas kecil ia pegang, sisa nya Azka yang memaksa untuk bawa.

“Nggak usah banyak gaya,” sahut Azka buat Kaila berdecak sebal.

Keduanya sudah sampai di mobil dan Azka segera menyusun perlengkapan Kaila di dalam bagasi. “Kak Azka, nanti boleh beli ice cream??” tanya Kaila yang sudah duduk di bangku penumpang.

“Nggak, lihat itu langit udah gelap mau hujan. Jangan aneh-aneh,” sahut Azka yang kini berjala ke arah kursi pengemudi.

Lagi Kaila cuman bisa berdecak sebal, ia merajuk karena tidak makan ice cream. Padahal kepengen banget buat beli satu aja. Sedangkan Azka memang tidak berniat untuk membelikan, apalagi udara sekarang agak dingin kemungkinan sebentar lagi turun hujan.

𝐂𝐚𝐦𝐚𝐫𝐚𝐝𝐞𝐫𝐢𝐞 ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora