PART 2

147 132 60
                                    

Reina pulang dijemput Mang Diman, sopir pribadi keluarganya. Umur Mang Diman 40 tahun dan dia memiliki 2 anak. Reina sangat suka bercanda dengan Mang Diman. Setiap masuk mobil selalu diawali dengan tebak-tebakan yang Reina karang sendiri. Seperti saat ini

"Mang, apa bedanya Mang Diman dengan matahari?" Reina yang baru masuk mobil dan langsung mengeluarkan tebakannya.

"Ya elah neng tebakannya selalu gak habis-habis aja." Ucap Mang Diman sedikit tertawa.

"Tebak aja mang, nanti aku traktir es krim deh kalau jawabannya benar." Jawab Reina.

"Sama-sama lucu." Jawab Mang Diman dengan ringannya.

"Benar sekali." Reina membalas jawaban Mang Diman sambil tertawa.

"Padahal mamang ngasal aja loh neng."

"Tapi emang Mang Diman lucu, sangking lucunya jadi pengen uyel-uyel cuman takut nanti aku dimarahin anak istri mamang." Reina yang menjawab perkataan Mang Diman.

"Sooo, mamang mau aku traktir es krim apa? cokelat, strawberry, atau apa?" Sambung Reina.

"Seperti biasa neng, es krim cokelat kesukaan mamang." Jawab Mang Diman.

"Ocedeh." Reina dengan senyumannya.

Reina meminta Mang Diman untuk singgah di supermarket. Lima cup es krim cokelat jadi incaran Reina untuk Mang Diman.

Setelah es krim sudah ditangan Reina, dia kembali masuk ke dalam mobil dan memberikan es krim itu ke mamang. Muka Mang Diman keliahatan bahagia. Walaupun bukan anak kecil  lagi, tapi es krim cokelat jadi salah satu kesukaan dan kebahagiaan Mang Diman.

"Makasih banyak ya neng Reina. Mamang mau bawain buat anak mamang di rumah." Ucapan makasih Mang Diman dengan nada senang.

"Iya sami-sami mang. Aku titip ini kasih ke anak Mang Diman ya, tapi nggak usah bilang dari aku." Balas Reina sambil menyodorkan amplop warna putih yang berisi beberapa lembar uang biru ke mamang.

"Ehm aduh nggak usah neng, es krim ini aja, anak mamang udah senang banget." Mang Diman dengan sikap malunya seperti biasa.

"Nggak papa mang, nggak boleh nolak titik." Balas Reina dan langsung menatap ke arah jalan di depan.

"Makasih banyak ya neng, semoga neng sehat dan panjang umur, murah rezeki dan tambah pintar yaa." Ucap mang Diman denga bahagia.

"Aamiin. Makasih ya mang doanya. Oh iya nanti kalau aku nggak ada, mamang tetap kerja di keluarga aku ya."

"Lah emang neng mau kemana? Mau pindah sekolah ke luar kota?" Tanya Mang Diman kaget.

"Nggak mang. Ahk nggak usah dipikir mang hahaha." Jelas Reina diikuti dengan ketawa garingnya.

Tibalah mereka di rumah.

Mang Diman langsung pamit pulang ke Reina. Reina masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan mamanya. Mamanya tidak ada di rumah. Lalu Reina mengecek hpnya dan melihat pesan dari mamanya.

"Reina, mama lagi ke supermarket mau belanja bulanan. Mamah udah masakin kamu ayam goreng untuk makan siang. Dimakan ya sayang." Begitu isi pesan dari Tante Dewi.

Setelah baca pesan itu, Reina naik  ke kamarnya dan langsung ganti baju lalu dia kembali turun ke bawah untuk makan siang.

Reyno POV

Di kamar yang bernuansa hitam putih khas maskulin dan perabotan yang minimalis, seorang Reyno sedang menggerutu akibat kejadian yang terjadi tadi di sekolah.

"Emang yah tuh cewek sok oke banget. Idihh, emang dia pikir dia cantik banget kali." Gerutu Reyno sambil berbaring di ranjang bersprei hitam.

"Si Nino juga ngapain sih baik ke tu cewek." Lanjut Reyno.

Dia merasa dipermalukan sama Reina karena sudah berani menampar seorang lelaki tampan idola semua siswi SMA 1 Mandiri. Selama ini siswi-siswi berlomba-lomba mencari perhatian dia tapi dimata Reina berbeda. Dia hanya cowok yang suka buat onar gak jelas dan tebar pesona ke semua cewek.

Reyno tidak hanya tampan, dia juga jago memainkan alat musik seperti gitar, drum dan piano. Walaupun dengan suara yang tidak begitu bagus, namun saat Reyno bernyanyi hampir semua siswi akan terpanah.

Dia tidak ingin terlalu lama memikirkan Reina. Dia bangun dari tempat tidurnya dan menuju ke ruang musik. Yap benar sekali. Di rumah Reyno terdapat ruangan khusus untuk dia meluapkan rasa. Di dalam ruangan yang dilengkapi beberapa alat musik kesukaannya dan didesain dengan ruangan kedap suara.

Disinilah dia sekarang. Duduk memainkan jarinya dengan lihai di atas piano berwarna hitam. Memejamkan mata dan mencurahkan semua perasaan yang menyelimutinya. Begitu menikmati permainan jarinya hingga telfon berbunyipun dia tidak dengar. Hingga beberapa saat setelah lima panggilan tak terjawab barulah dia menyadari hpnya berbunyi.

"Paps" begitu tulisan yang muncul di layar hp Reyno.

Papanya Reyno meninggalkan pesan. "Ey jangan lupa jam 4 nanti jadwal kamu nganterin kayak biasa ya."

Reyno kembali diingatkan tentang rutinitasnya. Sekarang sudah pukul 3 sore artinya Reyno harus segera siap-siap untuk pergi. Tidak menunggu lama Reyno keluar dari ruangan musik dan segera bersiap-siap.

Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan lumayan laju. Dia tidak ingin terlambat sampai ke tempat tujuannya dan membuat seseorang sedih akan hal itu.

Reina dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang