35. Ancaman

1.1K 231 41
                                    

Yuuto n Menik datang lagi. Udah double update kan hari ini? *Walau cerita berbeda plaaakkk ... makasih yang udah ngikutin cerita ini. Semoga terhibur.

***

Yuuto duduk tercenung di belakang kemudi sambil mengingat kembali obrolan sarapan pagi. Perjalanan Menteng ke Klender, tak terasa lama, karena otaknya disibukkan mencerna informasi terkini yang terjadi.

"Daru ternyata mau dipindah karena ingin merealisasikan rencana itu?" gumam Yuuto sambil menggeleng tak percaya. Dia teringat pertemuannya dengan Daru dengan Yudha, yang memercayakan adik Daru pada Yudha bila terjadi sesuatu. Dan ternyata, kemungkinan terburuk itu terjadi. Pemberontakan gagal dan Daru kini diburu.

Namun, saat Yuuto akan tiba ke kamp tempatnya bekerja, tiba-tiba laju kendaraannya harus terhenti. Yuuto terpaksa menekan pedal rem dan kopling, ketika melihat pemuda yang melintas. Matanya sipitnya memicing.

"Yudha-sensei?"

Pandangan Yuuto mengikuti gerakan Yudha yang berjalan terseok menghampiri mobil dan membuka pintu yang belum terkunci. Ketika masuk, mata Yuuto membeliak lebar mendapati Lengan lelaki pribumi itu yang terluka dan dibebat sapu tangan yang kini sudah berwarna merah. Napas Yudha pun  terengah seolah habis berlari berkilo.

"Apa yang terjadi? Kenapa Sensei terluka seperti ini?"

"Sembunyikan saya!" Yudha kehabisan napas. Dia hanya menyandarkan punggungnya kasar.

"Apa yang terjadi?" Yuuto mengulang pertanyaannya karena tak mendapat jawaban dari Yudha.

"Cepat! Sembunyikan saya!" Yudha hampir memekik. Tapi suaranya tak mampu keluar karena dia kehabisan tenaga. Dia mengerang tertahan sambil meremas lengannya. Lelaki pribumi itu meringis.

"Kenapa harus bersembunyi?" Kini Yuuto yang tak sabar. Dia masih membiarkan mesin mobil dalam keadaan netral.

"Saya … saya … gagal menyelamatkan Dokter Achmad." Embusan udara kasar terlontar dari mulut Yudha. Wajah kesakitannya dibanjiri peluh

Mata sipit Yuuto semakin membulat. Tak berpikir panjang, Yuuto kembali melajukan mobil dan memutar kemudi mobil ke arah sebaliknya.

"Kita ke mana?" Yudha terengah. Wajahnya semakin pucat seiring darah yang terus mengalir.

"Rumah Edogawa-san. Di situ tempat paling aman." Wajah Yuuto lebih tegang. Dia terpaksa mengingkari janjinya pada Kolonel Kagami agar tidak berurusan dalam kasus dokter Achmad.

Yudha masih terengah. Dia menatap Yuuto yang terlihat mencemaskannya. "Gomen (Maaf)… arigatou (terima kasih) …."

Yuuto hanya bisa tersenyum tipis. Setelah menentang hati nuraninya selama beberapa tahun ini, dia ingin menuruti kata batinnya. Setidaknya apa yang Yuuto lakukan ini bisa untuk menebus dosa atas semua tindakan yang pernah dia lakukan dahulu.

Tak lama kemudian, mobil yang Yuuto kendarai sudah masuk ke rumah Edogawa. Rumah itu hanya dihuni oleh Kenta dan satu orang pembantu pribumi. Yuuto segera membawa Yudha masuk ke dalam rumah di saat Kenta baru saja akan berangkat.

"Korehanandesuka (Apa-apaan ini)?" tanya Kenta sambil mengikuti Yuuto yang memapah Yudha.

"Kita sembunyikan Yudha-sensei di sini. Dia gagal menyelamatkan Achmad-sensei."

"Watashitachi no (Kita)?"

Yuuto tak mengindahkan nada protes Kenta. Dia membaringkan Yudha lalu memeriksa luka di lengannya.

"Ini … luka tembak?" Yuuto membeliak.

Yudha meringis, menahan perih. "Aku ketahuan saat akan melarikan dokter Achmad. Kami berdua tertangkap sebelum bisa keluar dari halaman. Hanya aku yang bisa lari walau sempat tertembak. Beliau diringkus pihak Kempetai …." Yudha mengerang ketika Yuuto mengurai simpul sapu tangan yang melilit lengannya. Dengan napas satu-satu, dia melanjutkan bicara. "Beliau … beliau pasti disiksa."

Menik (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang