ch 20

168 5 0
                                    

haiiii

---

bertemu dengan prasetya selalu membuat ares mual. apalagi jika bicara bisnis, prasetya tak akan segan menindas dan menyebutnya bodoh. bukan berarti ares keberatan, tapi ia lelah menahan dirinya untuk tak menonjok kakaknya.

harus ares akui, prasetya tiran kalau menyangkut pekerjaan. ares tipe yang agak santai namun bisa mengejar.

"saya denger kamu baru aja beli usaha." kata prasetya. "siapa tuh? dari temen kuliah kamu?"

"kakak tingkat."

"kok bisa?"

"bisa lah."

"mau sama siapa diurusnya?" tanya prasetya. "saya gak mau fokus kamu kebagi."

"saya ada orang, kok." ares berdecak. "kamu gak usah khawatir."

prasetya membuang napas, menyulut cerutu dan menghisapnya. di lorong outdoor restoran itu yang menghadap ke pelabuhan, hanya ada mereka dan sepasang kekasih di meja lain. angin dari pantai bersemelir. pasir terlihat suram ditimpa cahaya bulan.

"sudah sampe mana progresnya?" tanya prasetya.

"hampir lima puluh persen."

"saya gak mau progres yang penthouse itu ketunda, ya."

"iya iya, ah."

prasetya kemudian menyimpan cerutu di asbak. "sebenernya, saya ngajak makan malam kamu juga karena ada sesuatu yang mau saya bicarain."

"apa?"

"mami pingin kamu cepet nikah. menurut kamu gimana viola?"

ares terdiam. viola?

sepupu stephanie yang hedonis dan mengerikan itu?

"bukannya mami dari dulu emang kaya gitu?" kata ares mengabaikan prasetya soal adik iparnya.

"beda. sekarang eve udah tunangan."

"hah?" ares terkejut. ia kemudian tertawa. prasetya melihatnya dengan aneh. "kenapa saya harus kaget, ya? si evie bisa milih laki mana aja. dia kan cadangannya banyak."

"ini jadi kaya perlombaan, mentang mentang si evie mau kawin. kamu juga harus segera. mami pikir, itu bakal nyelamatin muka keluarga."

"kenapa peduli amat? dia mau kawin mau apa kek, terserah dia lah."

"yah, coba bayangin aja. evelyn santoso bakal nikah setelah putus dari kamu. kamu tau kamu lagi jadi bahan olok olokkan?"

"siapa yang berani?"

"everyone!" prasetya berdecak. "kamu cuman gak tau dan gak pernah denger aja."

"halah, ribet amat." kata ares.

"bukan ribet, emang ini resikonya. kamu, ares wiranta, hidup kaya gini, ini resikonya. kamu pernah sama dia. kamu dikenal semua orang di lingkaran kita. wajar. cuman emang, mami sama papi aja yang ngerasa. kamu kan cuek dan gak peduli, kan?"

"eh, kamu nikahin steph karena cinta, kan? gak pernah tuh saya denger kamu dipaksa kawin cuman buat nyelamatin wajah keluarga."

"ya iya lah saya nikah karena cinta. emang saya gak pernah ngecewain mami sama papi. saya nikah bener, punya anak juga bener. kayanya jarang sih saya ada berita gak enak. stephanie juga disukai," kata prasetya. "dia cantik, pintar, ibu yang baik, keluarganya baik baik dan selevel sama kita, dia juga sepadan sama saya, makanya gak pernah ada masalah. coba aja kamu tetep sama evie ..."

"coba deh kalau kamu gak cinta sama steph, kamu tetep kawinin dia apa gak?" tantang ares. prasetya enggan menjawab. "nah itu!" tembak ares kemudian.

"jangan sok bikin nasihat soal kaya gitu." prasetya membunuh cerutunya. "benerin dulu hidup kamu. sekarang udah ada cewek lagi?"

i've got my eyes on you.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora