26. Missing you

42 8 0
                                    

Langit terlihat begitu kelam, hanya dihiasi oleh lampu dari gedung-gedung tinggi pencakar langit. Deras air hujan membasahi Seoul malam ini, belum ada tanda-tanda akan berhenti. Sementara suhu udara semakin menurun, dingin menusuk tulang. Sekarang sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, kesunyian kian menyelimuti ruangan tersebut, hanya suara hujan dan monitor pendeteksi detak jantung yang mendominasi indera pendengaran.

Terlihat seorang gadis duduk tepat di samping ranjang, membersihkan wajah pucat itu dengan handuk yang ia basahi air hangat. Maniknya terlihat memerah menahan isak tangis, melihat pemuda yang ia cintai terbaring lemah disini. Perasaan baru tadi siang, ia melihat senyum manis terbit dari bibirnya, tetapi kini terlihat sangat pucat tanpa senyum yang menghiasinya.

Jemari gadis itu mengusap rambut tersebut dengan perlahan, menyibaknya kebelakang agar tidak menutupi dahi. Wajah pemuda itu lebih terlihat sangat tampan setelah ia bersihkan tadi, tidak berubah sama sekali. Hanya saja, terlihat pucat dari biasanya. Ia sangat berharap, pemuda itu segera sadar dari tidurnya.

"Oppa, aku harap kau segera bangun. Aku merindukanmu." Eunhyun mengelus pipi pucat milik Raein dengan perlahan, ia memejamkan mata sejenak untuk mendapat ketenangan. Penglihatan gadis itu memburam, karena cairan asin kembali mendesak keluar dari pelupuk matanya.

"Oppa harus tanggung jawab, karena membuatku menangis." Eunhyun mengambil tangan Raein, menghapus air matanya menggunakan ibu jari dingin pemuda itu. Ia meletakkan tangan pemuda itu di pipinya, membungkusnya dengan tangannya yang terasa lebih hangat.

"Aku sangat tersiksa melihatmu seperti ini," monolog gadis itu dengan suara tangis tertahan. Tetapi usahanya sia-sia, air mata tetap tak bisa ia dibendung, jujur saja ia sangat takut jika pemuda ini menghilang darinya. Suara isak tangis Eunhyun, seperti melodi yang di iringi dengan suara hujan.

Eunhyun meremas tangan dingin pemuda itu, berharap agar di respon olehnya. Suara tangisan gadis itu, semakin terdengar menyedihkan, ia semakin sulit untuk mengontrol emosinya. Air mata tak bisa ia bendung lagi, menahan rasa sesak yang kini ia rasakan. Bersama air hujan, ia menumpahkan segala rasa sedihnya, meredam suara tangisan Eunhyun, menumpahkan air asin tersebut tanpa henti.

"Ku mohon, jangan tinggalkan aku," lirih Eunhyun membenamkan wajahnya ke lengan dingin milik Raein. Kini, ia tak sanggup lagi untuk berpura-pura menahan emosi nya.

***

Taekyung berhasil ditenangkan oleh Yoogi dan Seojin. Kini pemuda itu tampak termenung, menatap ke bawah, tanpa melihat mereka yang terlihat sangat iba padanya. Manik pemuda itu masih setia, mengeluarkan cairan bening yang enggan berhenti. Sekarang mereka sudah berada di kediaman keluarga Kang, meninggalkan Eunhyun di rumah sakit sekaligus memberi ruang bagi gadis itu untuk mengeluarkan emosi nya.

Mata Seojin masih terlihat sangat sembab, tetapi ia berusaha terlihat kuat untuk Taekyung. Yoogi sangat memahami perasaan mereka berdua, hancur melihat saudaranya terbaring lemah di rumah sakit. Yoogi terlebih dahulu menyuruh kedua kakak beradik itu untuk membersihkan diri, sebelum mengisi lambung mereka.

"Taekyung, lebih baik sekarang kau mandi terlebih dahulu. Aku akan menyiapkan makanan untuk kalian. Dan kau juga, Jin Hyung, aku tidak mau kalian berdua sakit, itu sangat merepotkan," ucap Yoogi menatap kedua kakak beradik itu, ia harus mengingatkannya karena mereka pasti tidak mementingkan kondisi fisik mereka sendiri.

Yoogi langsung bergegas menuju ke dapur, untuk bertempur dengan bahan makanan. Terlebih dahulu ia melihat isi kulkas, memeriksa kelengkapan kebutuhannya untuk mengolah makanan, ternyata semuan bahan yang ia perlukan lengkap. Setelah mengambil bahan makanan tersebut, ia langsung mengolahnya menjadi makanan. Tangan pemuda itu terlihat terampil menggunakan pisau, wajahnya tampak serius memotong bahan tersebut sesuai dengan keinginannya.

Can You Heal Me? Where stories live. Discover now