1 Minggu kemudian, setelah pulang dari rumah sakit.
Matahari pagi terlihat begitu menterik saat ini, Adelio menemani Acel dan Carloz berjemur di taman rumah.
Adelio memegang pipi Carloz pelan, dia mengelusnya. Carloz yang dielus tersenyum tipis.
"Anak ayah senyum, suka ya? Dipegang?" Acel yang melihat itu tersenyum bahagia, sebahagia ini Adelio mempunyai Anak darinya.
Adelio mencium Carloz berkali-kali, Carloz dibuat nangis olehnya. Acel berdiri, dia tenangkan Carloz.
"Kok masih nangis sih sayang? Tangan kamu bau, jadinya dia masih nangis. coba sini, sama aku!" Acel langsung menatap tajam padanya, "coba ngomong? Sekali lagi."
Adelio menyengir, "baby C aku yang gendong." katanya dengan ingin merebut Carloz dari istrinya.
"Gak, dia Anak aku. kamu gak boleh gendong, kamu yang nangisin!" Adelio yang mendengar itu berdecak kesal, "tapi dia Anak aku jugaaaa." katanya, dengan rengekkan.
"Tapi aku yang lahirin, wlee!" ledek Acel. "lah! Aku yang buat Cel." jawab Adelio tidak terima.
"Pokoknya gak boleh gendong!" tegas Acel. Adelio menggeleng, "boleh!" Acel menatap tajam kepadanya. "gak! dia nangis karna kamu, jadi kamu gak boleh gendong."
"Ngapain? Dekat-dekat? Kita gak teman!" cetus Acel. Adelio menunduk, "kan kita sudah suami dan istri, masa gitu!" Acel memutar bola matanya malas, "biarin, suka-suka aku dong." jawabnya.
Beberapa menit tidak ada jawaban dari Adelio, Carloz sudah tenang seperti awal. Carloz tidak menangis lagi, Acel menoleh pada Adelio. ia melihat Adelio yang sedang duduk dikursi taman, Adelio sedang memainkan jari-jarinya.
"Lucu banget punya suami! Hari-hari punya bayi dua." kata Acel, dengan menjulurkan lidahnya.
"Acel lebih sayang kebaby C, dari pada aku sekarang.." Acel terkekeh mendengarnya, lalu duduk di sebelah suaminya. "Adelio.." Adelio yang namanya dipanggil membuang mukanya, dia tidak ingin melihat Acel.
"Kok ngambek? Pundung deh, pundung.." Acel mendekatinya, Adelio yang merasakan itu sedikit bergeser. lagi dan lagi, Acel mendekatinya, hingga Adelio sudah mentok dengan pembatas kursinya.
Adelio menoleh pada Acel, matanya berkaca-kaca.
"Ih! Kok mata kamu berkaca-kaca? Mau nangis ya?" Adelio langsung menangis, "huaaa!! Acel.. hikss." tangisnya pecah.
Acel panik, sementara Carloz yang berada digendongan Acel, seperti senang sekali melihat Adelio menangis.
Acel menghapus air mata Adelio menggunakan tangan yang satunya.
"Jangan nangis, lucu kamu, kayak bayi" Adelio berhenti menangis, kepalanya bertumpu dipundak Acel.
"Acel masih sayangkan? Sama aku?"
Acel tertawa kecil, "aku sayang banget sama kamu! Siapa yang bilang gak sayang?" Adelio cemberut, "aku iri sama baby C, baby C disayang mulu sama Acel." jawab Adelio.Acel mencubit pipi Adelio gemas.
"Masa iri dengan Anak sendiri, aneh-aneh aja Mas. aku sayang kamu juga kok, malu sama baby C, pas kamu nangis, dia kaya senang gitu" Adelio menatap Anaknya. "baby C, kalau kamu senang ngeliat ayah nangis. sama aja kamu ledekkin Ayah, nanti kita gak teman lagi, kalau kamu senang ngeliat Ayah nangis." kata Adelio, dengan menatap Carloz.
***
Malam hari.
JMT dan Acel dkk berkumpul di rumah keluarga Hapsari. tidak ada Aldo dan Muthe, karena keduanya pergi bersama Fejinanraz dan Cindy, mereka berempat menyiapkan untuk hari pernikahan Aldo dan Muthe yang akan mendatang.
"Eh, tunggu! Kok ada yang kurang? Ollan dan Christy mana?" tanya Adelio. "gak tau," kata mereka.
"Marsha ke sini bareng siapa?" tanya Acel. Marsha melirik Zean, Zean yang dilirik mengerti. "bareng gua, Cel." jawab Zean.
Seseorang mengucapkan salam, yang tak lain adalah Ollan dan Christy. mereka menoleh pada sumber suara, terkejut mereka melihatnya.
"Pacaran? Bagaimana dengan Marsha?" gumam Adelio, dengan menatap keduanya.
VOTE! TIDAK MAKSA, HARGAI, KETIKA SUDAH MEMBACA. TERIMAKASIH..
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE MINE S2 END✓
Teen FictionBACA DULU YOU ARE MINE SEASON 1. Ini adalah perjalanan mereka yang berlanjut dari YOU ARE MINE SEASON 1. "Pengkhianatan!" *** Jangan melompat cerita, tidak paham alurnya? salah sendiri. KAMU MILIKKU 2. Mohon bijak dalam membaca, jangan dibawa real l...