7

233 26 3
                                    

Belum sempat Jisung menjawab, Jisung terlihat berjalan ke arah belakang Minho.

"Ada apa Ji,?" Tanya Minho heran.

"Ada itu kak..." jawab Jisung dengan suara bergetar.

Terlihat seseorang berjalan ke arah Jisung dan Minho.

"Ohh jadi sekarang lo tinggal di daerah ini, manis?" kata orang itu.

Jisung meremat ujung kemejanya dan terus berada di belakang Minho.

Minho yang menyadari itu, menggenggam tangan Jisung di belakang badannya.

"Ka-aak, kita balik aja yukk.." ucap Jisung seperti menahan tangis.

Tanpa menjawab, Minho menggenggam erat tangan Jisung, lalu membawanya keluar dari tempat itu.

Sosok laki-laki tadi hanya berdecih.

"Tciihh.. rupanya sudah berani pacaran" gumamnya dengan pandangan remeh.

*Minsung*

Minho membukakan pintu untuk Jisung, lalu mengarahkan Jisung untuk duduk, Minho merasakan bahwa badan Jisung bergetar hebat seperti ketakutan.

Setelah Minho masuk ke dalam mobil, Minho melihat Jisung menangis.

"Ka-ak, hiksss.."

Tanpa berkata apapun, Minho menarik Jisung ke dalam dekapannya, menenangkan Jisung yang terus terisak.

"Sssh, tenang Ji, ada kakak di sini, jangan takut, kalo kamu ngga bisa cerita sekarang gapapa" Minho terus mengelus bagian belakang kepala dan bahu Jisung, yang membuat Jisung semakin terisak.

Setelah hampir 20menit Jisung menangis, akhirnya kini dia mulai perlahan tenang, meskipun masih terdengar isakan pasca menangis.

"Ka-ak maaf yaa, baju kakak jadi basah" Jisung berusaha menjauhkan wajahnya dari pelukan Minho.

Minho melepaskan pelukannya dan melihat ke bajunya.

"Ngga papa Ji, kan nanti kering, ini dilap dulu air mata sama ingusnya" Minho menahan tawa karena sedari tadi Jisung selalu berusaha supaya ingusnya tidak mengenai baju Minho.

"Iiiih kak, maluu" Jisung menutup wajahnya menggunakan tissue.

Minho terkekeh.

"Kita ke kafe deket apartemen aja ya Ji,?" Tawar Minho.

"Huum boleh kak" jawab Jisung dengan suara khas orang habis nangis.

Setelahnya Minho melajukan kendaraannya.

Di tengah perjalanan, Minho menyadari seperti ada yang membuntuti mereka di belakang.

Namun karena Minho tidak mau membuat Jisung panik lagi, Minho tidak mengatakannya sekarang, sesampainya di kafe yang disarankan Minho tadi, dia memesan beberapa makanan, sedangkan Jisung menunggunya di meja.

Minho menuju ke meja mereka, membawa 2 botol air mineral dan 2 gelas ice americano.

"Ji, malem ini kamu nginep di apart ku aja ya" ajak Minho tiba-tiba.

"Emmm, kenapa kak,? Aku gapapa kok" jawab Jisung yang belum paham maksud Minho.

"Ji, orang yang tadi ngikutin kita" Minho mengatakan ini sembari menggenggam tangan kiri Jisung yang berada di atas meja.

Benar saja, sesuai dugaan Minho, tangan Jisung kembali bergetar.

"Tapi dia udah pergi Ji, sejak kita masuk ke sini tadi" Minho mengelus tangan Jisung untuk menenangkannya.

"Ka-ak, aku takut banget, aku ta-kut kakk" suara Jisung terbata-bata.

"Gapapa Ji, ada kakak di sini, kamu boleh tinggal sama kakak dulu sementara" Minho mengelus pundak Jisung.

"Makasih ya kak, maaf jadi ngrepotin kak Minho" Jisung menundukkan kepalanya lesu.

Minho sebenarnya penasaran siapa laki-laki tersebut, tapi dia menunggu Jisung untuk menceritakannya sendiri.

Beberapa saat kemudian makanan mereka datang.

Jisung terlihat tidak begitu berselera dengan makanannya, beberapa kali dia terlihat melamun.

"Ji, kalo ngga habis ngga papa kok, bisa dibungkus" kata Minho menyadarkan Jisung dari lamunannya.

"Ehh, maaaf kak, iyaa kak, kayanya dibungkus aja" Jisung kemudian membenarkan posisi duduknya.

Minho meminta waiters untuk membungkuskan makananan Jisung, setelahnya mereka menuju apartemen Minho.

"Yuk masuk Ji" ajak Minho.

Sesampainya di dalam apartemen Minho.

"Kak..." Jisung berhenti di belakang pintu.

"Iyaa Ji,?" Jawab Minho yang sudah hampir sampai di dekat sofa.

"Kak, orang yang tadi..." belum selesai Jisung bicara, dia sudah menangis dan duduk jongkok di posisinya.

Minho bergegas menuju Jisung untuk memeluknya (lagi).
Minho segera merengkuh badan Jisung yang terkulai lemas, lalu memeluknya.

"Ji, tenang Ji, tarik napass, tahannn, hembuskan lewat mulut" (ini beneran efektif pas kena panik) Minho sembari mengelus punggung Jisung.

Karena terasa Jisung yang tidak memiliki daya untuk berdiri, akhirnya Minho menggendong ala bridal menuju sofa.

Minho mendudukkan Jisung di sofa dan tetap memeluknya.

"Ji, kalo kamu belum bisa cerita gapapa, jangan dipaksa" Minho mengatakan itu lagi, untuk menenangkan Jisung.

Jisung masih terus terisak, mengingat hal-hal menakutkan yang pernah dia alamai dulu, mengingat masa-masa dimana dia tidak tau harus bersandar pada siapa saat itu.

Jisung memendam luka itu sendirian, sampai akhirnya dia berani bercerita ke bundanya dan bundanya membawa dia pindah ke kota ini.

"Ka-ak.." Jisung membuka suara.

"Iyaa Ji, kakak di sini" Minho masih memeluk erat Jisung.

"Kak, di-di-dia orang yang pernah suka sama aku dan maksa aku buat jadi pacarnya...." Kata Jisung.

Bersambung...

Terimakaih sudah mampir 😭😭
Maapkan untuk segala kekurangannya 🙏🏻

My MoChiWhere stories live. Discover now