25

257 23 12
                                    

Sebuah laptop ditutup, ketika pemiliknya sudah menyelesaikan pekerjaan. Ia menautkan jari jemarinya, fikirannya melayang memikirkan segala hal.

Masalalu, hal yang paling dominan pria itu fikirkan, ia menarik laci meja kerjanya, mengeluarkan sebuah gantungan kucing berwarna hitam. Sebelumnya gantungan itu sudah ia buang ke tempat sampah, tapi hatinya sakit ketika melihat gantungan kunci itu disana.

Benda yang merupakan satu-satunya kenangan dari cinta pertamanya, Lala. Wanita yang begitu anggun, manis, lembut, tidak terlalu banyak tingkah, dan penyayang.

Lala selalu tidak tega melihat siapapun kesusahan, ia rela memberikan semua uang jajannya pada siapapun yang membutuhkan, ia selalu membelikan lauk untuk ia beri makan kucing liar dijalanan.

Terlintas di benaknya sosok gadis lain ketika Abidzar tengah memikirkan Lala, gadis yang hadir di masa lalunya.

Abidzar kini memikirkan gadis yang mendesak masuk ke kehidupannya. Ia membandingkan lala dengan Bilqist yang sikapnya sangat berbalik.

Bilqist memiliki sifat barbar, kasar, pecicilan, tidak bisa jaga image sebagai seorang wanita dan tidak peduli terhadap sekitar. Abidzar bahkan pernah melihat Bilqist menendang moza, kucing kesayangan Abidzar.

Abidzar keluar dari kamar, ia melihat ke arah dapur, disana ada Icha yang sedang mengeluarkan belanjaannya ditemani seorang santriwati. Kedua wanita itu sedang berbincang.

"Ohh kamu putrinya tante Nia. Berarti kamu adiknya Elya? " Kata Icha ketika santriwati itu menyebutkan nama orang tuanya.

"Iya umi"

"Ohh Iya, umi kenal, dulu waktu umuran tiga tahun Abidzar sering main ke rumah neneknya, omah sari, dia sering main sama Elya, karena mereka seumuran, sekarang Elya sudah nikah?"

"Sudah umi" jawab Shia sambil tersenyum.

Abidzar kini menatap Shia sedang menghampiri kucing, yang duduk di bawah meja makan sambil menjilati bulunya. Shia mengusap kucing itu lalu memangkunya.

"Kamu suka kucing?" Tanya Icha.

Shia mengangguk "suka banget umi" Jawabnya.

Jika Abidzar fikir, sifat Shia sama persis dengan Lala. Anggun, manis, kalem dan penyayang.

"Kamu sedang apa disana Abidzar?" Tanya Icha menyadari Abidzar tengah berdiri di depan pintu dapur.

Abidzar melangkah masuk menuju rak piring, mengambil gelas lalu menuangkan air putih.

"Abidzar haus umi" Jawab Abidzar.

"Sedangkan Shia yang mendadak canggung karena kehadiran Abidzar memilih untuk pamit pergi dari sana.

" Abidzar " Panggi Icha.

"Iya umi" Jawab Abidzar.

"Shia cantik ya, baik lagi, umi suka" Ujar Icha, membuat Abidzar tersedak.

"Ekhem,, ya dia cantik, tapi menurut Abidzar lebih cantik umi"

"Kalau Shia jadi istri kamu, mau gak?" Tanya Icha. Abidzar kembali tersedak.

"Kamu kenapa sih nak, batuk mulu?" Tanya Icha, mengambil segelas air lalu memberikannya pada Abidzar.

"Ya umi nanyanya aneh-aneh aja"

"Kok aneh sih? Wajar dong, Shia perempuan dewasa kamu laki-laki dewasa. Kalo umi suruh kamu nikahin cinta pertama kamu baru gak wajar, kamu aja gak tau dia dimana sekarang"

"Umii,, " Tegur Abidzar lembut.

"Apa?" Tanya Icha judes.

" Enggak umi, abidzar siap-siap dulu ya sebentar lagi sholat maghrib. Assalamu'alaikum " Pamit Abidzar, lalu melenggang pergi.

"Waalaikumsalam" Jawab Icha

______

"So caper banget sih loh sama umi Icha" Sindir Bilqist ketika di kobong ia sedang berdua bersama Shia. Ia sedang membuka lemari mengambil mukena dan sajadah.

"Kenapa? Cemburu?" Tanya Shia dengan nada meledek.

Bilqist tersenyum getir "jadi ceritanya lo mau nikung gw?".

Shia menoleh menatap adiknya sambil melipat tangan didada "Kalo gw bisa, kenapa enggak?"

Bilqist menutup kasar pintu lemarinya balas menatap Shia tajam. "Munafik. Lo udah tau kan dari awal gw suka sama om Abidzar, dan dengan gak tau malunya lo mau nikung gw? Adik kandung lo sendiri? Bisa gak sih lo gak usah rebut yang sudah jadi milik gw" Hardik Bilqist menggebu-gebu.

"Denger ya, dulu mami selalu saja bandingin gw sama lo, paling banggain lo, setiap kali lo ngeraih penghargaan gw selalu tersisihkan, mami selalu saja ngungkit ngungkit prestasi lo dihadapan gw, lo ambil semua perhatian mami tanpa sisa, gw diem aja, tapi sekarang gw gak mau ngalah, gw akan berusaha buat dapetin Abidzar"

"Ya harusnya lo sadar, itu bukan salah gw, lo nya aja yang emang gak bisa dibanggain. Lulus kuliah aja telat, nilai aja pas pasan, prestasi apa yang udah lo raih? Apa yang musti mami banggain dari lo?" Sungut Bilqist, memancing emosi Shia.

Shia menggebrak pintu lemari keras. "Lo gak usah sok tau, lagipula gak ada istilah tikung menikung, selagi jamur kuning belum melengkung, siapapun bebas deketin Abidzar, termasuk gw, jadi lo gak usah sok ngehalangin" Ucap Shia pelan namun mengintimidasi. Ia yang kelewat kesal memilih pergi meninggalkan Bilqist yang masih tidak menyangka jika kakaknya memendam rasa iri terhadapnya.

____

Hari demi hari suasana nampak semakin berbeda. Shia dan Bilqist sudah tidak lagi berdebat namun juga tidak pernah saling bersuara, bahkan saling menatap pun tidak.

Bilqist sudah tidak lagi mengejar Abidzar, ia seperti seorang yang tidak pernah menyukai pria itu. Bilqist juga membiarkan Shia yang semakin hari semakin dekat saja dengan Icha, umi Abidzar.

Kedetakan antara Shia dan Icha sudah diketahui oleh semua santri. Gosip mulai menyebar, tentang Icha yang akan memilih Shia menjadi mantunya.

Bilqist sudah tidak peduli lagi, mungkin memang niat awal ia ke pesantren demi mendapatkan Abidzar. Tapi kali ini ia sadar, mendapatkan Abidzar bukanlah hal mudah, apalagi orang tua Abidzar lebih dekat dengan kakaknya.

Bilqist perlahan mulai berubah, tidak lagi pecicilan, ia lebih kalem. Sekarang ia berniat untuk merubah dirinya, dan memperbaiki akhlaknya.

Seperti yang ustadzah Adiba bilang, kejar cinta Allah maka Allah akan dekatkan semuanya. Jika ia sudah berubah dan Allah masih menjauhkan Abidzar darinya, mungkin suatu saat, ia akan bertemu dengan seseorang yang lebih baik dari laki-laki itu. Karena Bilqist yakin, semua rencana Allah adalah yang terbaik.

Namun dibalik semua perubahan sikap Bilqist ada seseorang yang merasa kehilangan.

Kehilangan perhatian yang selalu ia dapat dari gadis itu.

_____

Bersambung,,,

Jangan lupa tinggalkan jejak😘

Allah First Then You (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang