[15] Kecelakaan

55 42 41
                                    

"Mbak, Reyna berangkat dulu, ya!"

"Iya Non, Hati-hati!"

Ah, hari ini gue bangun kesiangan gara-gara album semalam. Bayang-bayang wujud orang layaknya mendatangi mimpi gue, tapi anehnya dari semua bentuk bayangannya 'tak ada satupun yang jelas dan dapat gue kenali.

"Pak Wito, Kok berhenti?" tanya gue. Kesibukan merapikan rambut sedari masuk mobil membuat gue baru sadar bahwa telah terjadi macet .

"Permisi Pak, ada apa ya?" tanya Pak Wito kepada seorang pengemudi motor di sampingnya.

"Ada kecelakaan katanya, Pak."

"Mobil atau motor, ya?"

"Saya juga kurang tahu."

"Ada kecelakaan, Non," ucap Pak Wito setelah kembali menutup kaca jendela mobil.

Hari sial. Padahal sudah pukul 07.30 WIB, jika macet begini kapan sampainya?

"Gimana, Non?" tanya Pak Wito.

"Reyna turun aja deh Pak," jawab gue.

"Terus kalau turun, Non Reyna mau gimana?"

"Reyna pesen gojek aja, Pak Wito bisa pulang setelah gak macet lagi," jelas gue.

"Gak papa, Non?" tanya Pak Wito khawatir.

"Gak papa Pak. Keburu telat. Reyna keluar dulu ya." Lalu gue keluar dari dalam mobil.

Macetnya sungguh luar biasa, padahal sebelumnya 'tak pernah terjadi macet. Jika sungguh karena kecelakaan kondisinya jadi 'tak bisa disalahkan. Sudah keluar dari dalam mobil pun gue masih kesulitan mencari jalan keluar dari padatnya pengendara di jalan raya.

"Ampun deh! Hari apa ini sial banget."

Gue terus berjalan untuk mengakhiri kepadatan kendaraan. Namun entah kenapa 'tak berakhir-berakhir juga. Kaki rasanya sudah pegal-pegal dan gue masih kesulitan mencari jalan untuk keluar dari kemacetan.

Tin tin tin ....

Suara klakson terdengar sangat nyaring di telinga gue. Gue menoleh ke arah suara klakson tersebut.

Deg-deg, deg-deg.

Degup jantung ini, mulai lagi.

Tangan gue langsung menutup mulut gue. Tubuh gue bergetar hebat dan perlahan menjadi lemas. Rasanya ini hampir sama dengan kejadian kemarin. Tangan gue berpindah ke kening, rasanya tiba-tiba pusing.

"Ada kecelakaan lagi."

"Di mana?"

"Itu!"

"Bagaimana dengan korbannya?"

"Aku juga belum tahu, mari kita lihat bersama!"

Kedua obrolan ibu-ibu itu terdengar oleh gue. Suara klakson itu berasal dari mobil yang menabrak motor CBR 150R berwarna hitam. Kerasnya suara klakson membuat jantung gue berdegup kencang dan rasanya sesak.

"Permisi ... Mohon maaf ...." Gue berjalan mendekati tempat kejadian kecelakaan yang barusan terjadi, langkah-langkah gue perlahan membuka jalan menuju TKP.

Tunggu, motor itu ...? gue seperti 'tak asing. Gue pernah melihatnya, dan siluet pengendaranya pun, gue juga merasa 'tak asing.

Dia ...,

Mulut gue mengatup rapat. Kedua mata gue langsung terpaku dengan sosok yang tergeletak di jalanan.

"Coba buka helmnya pak!"

 My Long Feeling Donde viven las historias. Descúbrelo ahora