🧸 ada sidak

597 112 54
                                    

"WOI MAMPUS ADA SIDAK!!" Suara panik Ican yang baru datang dari ambang pintu membuat seisi kelas terdiam beberapa saat, kemudian baru bergerak kesana kemari setelah tersadar.

"Lah kok kalian di sini?" Ican nunjuk Eji dan kawan kawan yang masih anteng di tempat duduknya.

"Ini IPA3 ege, lo yang salah alamat!"

"Loh?!" Ican langsung berlari keluar setelah denger sahutan Juno. "JAJAAA SELAMATKAN UMATMU, ADA SIDAK WOI SIDAKK!" Eji, Juno sama Bian masih sempet ngetawain kegoblokan Ican di saat temen sekelas mereka udah sibuk nyembunyiin barang penting masing-masing.

"Anjir, gue bawa vape!" Bian yang baru keinget sesuatu langsung berbalik ke tempat duduknya.

"Eh uno kita mau taro di mana?" Sahut Juno yang langsung nyusul Bian ke tempat duduknya.

"AAA LALA BARU PAKE KUTEK SEMALEM!"

"Gue lupa potong kuku lagi!"

"Ada yang punya kaos kaki panjang nggak??"

"Liptint gue limited edition, anying. Jangan sampe disitaaa."

Eji di tempat duduknya cuma duduk manis sambil nonton keributan yang diciptakan temen-temennya. Untung Eji anaknya taat peraturan, atributnya selalu lengkap, nggak pernah bawa barang aneh-aneh.

Setiap bulan SMA Kumbang emang selalu ngadain sidak setidaknya satu kali sebulan dalam waktu yang tidak ditentukan, alias harinya dipilih secara acak aja gitu. Jadi kalo ada siswa yang bawa barang aneh—kayak si Bian yang bawa vape itu—nggak bisa ngehindar.

Sebenernya bisa aja sih, soalnya Bian udah ke pojok baca yang ada di sudut kelas untuk nyembunyiin vapenya. Karina juga nitip liptintnya buat diselipin ke sela sela buku yang ada di sana, Jillian bahkan ikut ke pojok baca buat nyelipin komik yang dia bawa. Pokoknya rak buku literasi di pojok kelas ini beneran berguna di saat saat seperti ini.

Setelah mastiin semua perlengkapannya aman, Eji menoleh ke belakang ke arah Shilla yang masih diem di tempatnya.

"Lo aman?" Shilla yang tadinya lagi merhatiin kesibukan temen temennya kini berganti menatap Eji yang barusan nanyain dia.

"Aman." Bisa Shilla liat Eji ngangguk ngangguk di tempatnya, kemudian kembali duduk menghadap ke depan.

Suasana kelas menjadi hening bersamaan dengan datangnya Pak Rilliyanto sebagai kepala kesiswaan, pria dengan mata setajam jarum suntik itu menelisik keadaan sekitar sebelum bersuara. "Silahkan berdiri di depan, tinggalkan semua barang di atas meja. Yang atributnya tidak lengkap langsung catat nama."

Untuk beberapa saat kelas itu cuma terdengar suara kursi dan meja yang bergesekan dengan lantai, para penegak kedisiplinan pun berpencar dan mulai memeriksa satu persatu isi tas setelah semua orang sudah berdiri di depan.

"Pagi, Bu Sana." Eji nyengir menyapa Bu Sana yang bakal meriksa atribut dia.

Bu Sana cuma mendelik ke arah Eji, setelah ngecek isi kantong dan isi sepatu—siapa tau Eji nyembunyiin sesuatu di balik saku dan sepatunya—Bu Sana udah mastiin Eji kembali lolos di sidak kali ini.

"Atribut udah lengkap, kamu nggak nyembunyiin sesuatu kan?" Eji pura-pura mikir setelah denger pertanyaan Bu Sana.

"Ada, Bu." Bu Sana mengerutkan dahi pas ngeliat Eji kayak nyari sesuatu di saku seragamnya, setelah itu Eji ngasih Korean heart sign ke Bu sana. "Cinta saya ke Ibu."

𝐀𝐌𝐈𝐆𝐎 | 00l TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang