WAKTU DAN TAKDIR

419 69 2
                                    

Terima kasih banyak guys, untuk vommen dan waktu kalian yang mau melihat cerita ini, love you pokoknya 😘😘.
Selamat membaca ya 💜♥️💜

Woo Bin beradu tatapan tajam dengan Kim Jae Wook. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan sejak satu menit lalu. Jae Wook tidak pernah bisa terima putri bungsunya mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari putra sulung Woo Bin. Sementara Woo Bin tidak terima anaknya di campakkan seperti sampah oleh gadis yang dia anggap seperti putrinya sendiri.

“Jika tidak mau bicara, aku pergi” Jae Wook berdiri dari duduknya, mengaitkan kancing satu kancing jas hitam dengan motif garis vertikal abu-abu.

“Duduklah Jae Wook-ssi, kita salah paham memahami cerita putra-putri kita” Jae Wook enggan duduk, tatapannya menuntut Woo Bin untuk bicara langsung pada intinya.

“Fakta yang kita ketahui berbanding terbalik. Putrimu mencampakkan putraku, seperti sampah yang dia bawa ke mana-mana dalam sepuluh tahun, kini dia membuangnya. Aku tidak ingin kau membenci putraku atas kesalahan yang tidak pernah dia perbuat, meski putraku melarang untuk mengatakan fakta ini pada siapa pun termasuk orang tua mantan calon istrinya” Jae Wook  kembali duduk tanpa melepas kancing jas yang terkait. Posisi duduknya tegak, siap beradu tegang dengan Woo Bin.

“Kau mau memutar fakta dan menyalahkan putriku?”

“Aku menghajar putraku, fisik dan perasaannya. Kau tau benar bagaimana aku mendidik putraku. Jika dia salah aku tidak pernah membela atau memanipulasi kesalahan menjadi kebenaran. Sebaliknya, jika dia benar, aku tidak akan mundur membelanya, satu langkah pun.”

“Putriku mencintai Seokjin, tidak ada alasan apapun untuknya membatalkan pernikahan Kim Woo Bin!” Rahang Jae Wook mengeras, emosi membuat intonasi suaranya menjadi lebih tinggi. Beruntung dapat redam, tamu restoran VVIP selalu memiliki ruang khusus kedap suara, tamu penting dan obrolan yang juga penting.

“Tanya itu pada Ji Soo. Aku kecewa sekali padanya. Aku menganggap dia sebagai putriku sendiri, aku menyayangi putrimu Jae Wook seperti anak kandungku. Seokjin sangat mencintai Ji Soo, hingga dia berbohong padaku, pada kita semua untuk melindungi Ji Soo dari amarahmu, amarah kita para orang tua” Woo Bin tidak lagi memandang visus. Sementara Jae Wook merasa rahangnya mengendur. Dia percaya pada Woo Bin,  98% mempercayai kejujuran teman sepermainannya itu. Namun, dia juga percaya pada putrinya.

Jae Wook lama menerawang, mengurutkan kejadian setelah pihak gedung memberi kabar pembatalan reservasi gedung sedang dalam proses. Komplain desainer gaun pengantin yang tidak bisa di batalkan tiba-tiba sampai pada jam makan malam keluarga intinya. Ji Soo tidak mengatakan apapun saat dia bertanya alasan dari semua pembatalan itu. Putrinya hanya melimpahkan pertanyaan untuk di jawab oleh Kim Seokjin. Jae Wook ingat, putrinya selalu bungkam, seolah enggan mengucap kebohongan dari bibirnya.

“Apa putramu membenci putriku sekarang?” Tanya Jae Wook akhirnya.

“Entahlah Jae Wook, aku tidak punya jawaban. Tetapi jika aku bisa memprediksi, 10 tahun tidak akan mudah terhapus” Jae Wook mengangguk

“Kita putuskan lanjutan dari permasalahan ini Woo Bin. Kita pertemukan dua anak itu. Lusa, setelah pernikahan putra bungsumu. Datanglah ke rumahku, pukul 10.00 pagi” Woo Bin mengangguk setuju.

🍃🍃🍃

Tzuyu memandang wajah sempurnanya di dalam cermin, hiasan sederhana saja, dia ingin penampilan yang natural. Surainya di gelung, terhias oleh bunga-bunga kecil berwarna putih. Lambang suci untuk ikatan sakral hatinya dan pria yang sangat dia cintai, melebihi cinta untuk dirinya sendiri.

“Anak eomma akan menjadi pengantin tercantik di dunia ini” Nyonya Chou mengecup puncak kepala Tzuyu yang masih duduk menghadap meja rias. Para perias wajah dan desainer gaun-gaun pengantin Tzuyu tersenyum, ikut dalam rasa bahagia ibu dan anak di hadapan mereka.

“Eomma juga sangat cantik, hanbook itu melengkapi kesempurnaan eomma”

Shilla Hotel adalah tempat yang menjadi pilihan keluarga Kim dan Chou untuk mengikat putra-putri mereka dalam pernikahan. Seluruh aula di penuhi oleh warna putih susu, sekali lagi semua warna dan dekorasi mengikuti selera Tzuyu, Taehyung menyerahkan semua pendapatnya pada calon istrinya, di samping juga Taehyung tidak mau di repotkan.
Tzuyu hampir siap menjadi pengantin, di ruang rias dan persiapan mempelai wanita, Tzuyu sedang di persiapkan untuk mengenakan gaun putih bergaya khas Korea Selatan, sebuah gaun seperti ilusi dengan Tulle A Line, gaun tanpa lengan dengan dua bahu ganda. Sementara Tuan dan Nyonya Chou  berada di ruang sebelah dan sudah siap dengan pakaian tradisional Korea Selatan. Hanbook bernuansa baby pink metalik yang lembut, di kombinasi dengan warna ungu muda metalik pada bagian pita di bagian dada yang menjuntai hingga ke bagian rok wanita. Sementara Tuan Chou mendapat kombinasi warna itu pada celananya. Nanti, keluarga mempelai pria memakai Hanbook yang warnanya senada, namun bertukar posisi. Hanbook nya di dominasi oleh warna ungu muda metalik dengan kombinasi baby pink metalik.

Min Ah dan Woo Bin di rias di rumah mereka sendiri berbeda dengan keluarga Tzuyu yang tidak mau ambil pusing dan memilih menginap di hotel saja. Alasannya sederhana Woo Bin tidak bisa lelap tidur jika bukan di rumahnya, dia merasa perlu tidur nyenyak untuk hari panjang pernikahan putranya. Penampilan bugar dan elegan untuk mengantarkan putra bungsunya pada jenjang hidup yang lebih tinggi.

Seokjin dan Namjoon tampak sama tampan dan bugarnya dengan Woo Bin dalam balutan Hanbook. Mereka semua sudah bersiap di ruang keluarga menunggu Taehyung yang masih memerlukan sedikit waktu lebih lama untuk di rias.

“Dia itu pria bukan wanita, lama sekali” Cibir Seokjin kesal menunggu adiknya dari 30 menit yang lalu. Min Ah hanya terus tersenyum memandang Seokjin dan Namjoon, terakhir kali melihat putra-putranya memakai Hanbook adalah 20 tahun lalu, saat acara pernikahan adik perempuan Woo Bin, putri satu-satunya Kim Hyuk Jae.

“Sabar Seokjin, jangan memarahi adikmu terus” Tegur Woo Bin.
Seorang gadis turun dari lantai dua menghampiri pihak keluarga yang menunggu. Gadis itu memakai rok span hitam serta kemeja hitam yang di balut oleh blazer putih terlihat memburu anak tangga terakhir di bawah membuat atensi kepala keluarga tertuju padanya.

“Maaf tuan besar, tuan Taehyung meminta kalian untuk berangkat lebih dahulu” Semua yang duduk di sofa mauve memandang penuh tanya. Namun tetap diam, menghormati Woo Bin yang akan angkat bicara.

“Apa ada masalah, kita masih bisa berangkat bersama? Waktu berkumpul di sana kan 1 jam lagi, perjalanan menuju Shilla Hotel hanya 30 menit saja dari rumah”

“Maafkan aku tuan besar” Gadis itu membungkuk berkali-kali sebelum akhirnya memberi alasan.

“Tuan Taehyung baru akan siap 1 jam ke depan”

“Apa maksud kalian? Kalian sudah berada dalam kamarnya 2 jam yang lalu. Belum dua jam itu saja kami sudah siap, apa yang membuat kalian begitu lama?” Woo Bin menahan marah. Tidak tepat waktu adalah sikap yang tidak bertanggung jawab, dia tidak suka akan hal itu.

“Tuan Taehyung menolak, dan baru siap untuk di rias tuan besar”

“Anak itu...”

“Sayang” Min Ah mencegah Woo Bin yang akan menghampiri kamar tempat Taehyung di rias.

“Sudahlah, mungkin dia gugup dan perlu waktu. Kita berangkat lebih dulu, agar keluarga Tzuyu tidak merasa kecewa yang berlebih jika Taehyung benar-benar terlambat nanti” Min Ah kembali membawa Woo Bin untuk duduk.

“Kau kembalilah ke kamar, dan sampaikan pada Taehyung tolong jangan banyak tingkah lagi” Ucap Seokjin pada pegawai desainer.

“Dia tidak akan macam-macam kan?” Bisik Namjoon pada Seokjin.

“Aku berdoa pada Tuhan sejak tadi” Lalu keduanya menahan tawa untuk rasa khawatir yang entah dari mana hingga sejak pagi tadi.

🍃🍃🍃

Taehyung memacu Lexus L500 hitam dengan kecepatan yang cukup tinggi mengingat dia sudah banyak membuang waktu dengan pikiran keraguannya. Sudah 1 jam 25 menit sejak kedua orang tua dan kakaknya memutuskan untuk berangkat lebih dulu. Getar gawai di jok sebelah kanan membuat Taehyung yakin situasi tegang yang Woo Bin hadirkan dalam ruang tunggu. Taehyung menekan lebih dalam pedal gas mencapai kecepatan 160 Km/jam. Mobil yang sudah di rias sedemikian rupa, sehingga siapa pun yang melihatnya akan langsung mengerti bahwa itu adalah mobil pengantin.
Taehyung seperti sedang bermain balap mobil di playstation milik Seokjin, liuk-liuk berkendara menghindari mobil satu demi satu tidak heran hampir semua pengguna jalan memberinya klakson panjang dan lampu peringatan. Taehyung tidak peduli, dan tidak akan berhenti sebelum tiba di aula pernikahan, atau...

BRAAAK!  GEDEBUM! PRANG!

Lexus L500 itu kehilangan kendali menabrak truk yang melintas rapat dalam kecepatan relatif lambat. Mobil hitam mewah itu seakan tidak lagi memiliki arti ketika terpental dan berguling-guling menghantam aspal hitam.

Krak Kriet Krak Kriet Krak Kriet

Suara dua sisi pintu mobil tak berkaca yang berayun-ayun, seperti nyanyian pilu nyaring di tengah jalan maut. Posisi mobil itu terbalik sempurna, atas menjadi bawah. Mobil-mobil mulai menepi dan menjauhkan kendaraan mereka dari  pusat kecelakaan, takut jika terjadi ledakan karena asap dan aroma bensin yang tajam menyebar di sekeliling lokasi. Tetes-tetes cairan yang entah apa namanya itu mulai mengaliri ruang mesin dan jatuh menuju aspal.

Oppa, Taehyung Oppa

“I-I-Rene”

Oppa, ayo bangun, mengapa kau berbaring saja di sana

“Sabuk pengamannya buka dulu”

“Awas, hati-hati mengeluarkannya, kepalanya banyak mengeluarkan darah”

“Tarik pelan-pelan, tangannya terjepit, tunggu sebentar”

Taehyung oppa, buka matamu. Kau harus membuka matamu

“Irene”

“Dengar dia masih sadar"

“Cepat, fokus saja untuk mengeluarkannya, mobil ini kemungkinan akan meledak”

“1,2,3 tarik”

Beberapa orang baik berani mendekati mobil naas itu dan membantu Taehyung keluar dari sana. Setelah berhasil, mereka membawa Taehyung sejauh mungkin dari titik mobil yang mulai mengeluarkan percikan api.

BOOM!

Asap hitam mengepul, membalut mobil mewah yang di lalap api dalam sekejap hangus bersisa kerangka.
Taehyung terbaring dengan kondisi yang hampir sama naasnya. Darah segar terus keluar dari kening dan lehernya yang luka menganga terkena serpihan kaca, bahkan beberapa serpihan kaca masih tertancap di tubuhnya. Tangan Taehyung juga mungkin patah atau dislokasi karena bentuknya yang memutar ke arah badan. Seseorang sudah menghubungi pemadam kebakaran dan ambulans, hanya menunggu waktu sampai mereka tiba di tempat kejadian.

🍃🍃🍃

“Seokjin, susul adikmu. Sudah 2 jam sejak dia bilang dalam perjalanan. Jangan sampai dia membuat ulah, lihat keluarga Tzuyu kecewa sekali, para tamu undangan juga pasti lelah menunggu” Woo Bin memerintah anak sulungnya menjemput Taehyung. Baru Seokjin mau melangkah, gawai Woo Bin berdering. Panggilan tidak di kenal masuk dalam suasana hati yang tidak tenang, membuat Woo Bin mengabaikannya. Namun, panggilan itu terus menerus berdering.

“Appa, biar aku yang mengangkatnya” Seokjin mengambil gawai ayahnya setelah pria paruh baya itu setuju dan menyerahkan benda persegi panjang itu padanya.



“Selamat siang, kami dari kepolisian. Apakah benar saya berbicara dengan bapak Kim Woo Bin?”

“Benar”

“Baik, mobil Lexus L500 berwarna hitam dengan pelat nomor 3003-KWB telah mengalami kecelakaan. Korban, pengemudi bernama Kim Taehyung saat ini sudah berada di Seoul National Hospital untuk mendapatkan penanganan pada Unit Gawat Darurat. Kecelakaan terjadi di distrik Jung-Gu, 1 KM sebelum Shilla Hotel”

Seokjin pucat seketika, tubuhnya tegang, mati rasa, seperti jantungnya berhenti untuk memberinya denyut kehidupan.

“Sekian informasi dari kami. Selamat siang”



Woo Bin heran sekaligus khawatir. Tangan Seokjin bergegar, bola matanya tidak tenang menatap Ayah dan Ibunya bergantian. Lidahnya kelu, bibirnya bungkam, Seokjin takut memberi kabar buruk di hari yang bahagia.

“Nak?” Min Ah memegang wajah Seokjin yang dingin.

“Appa, eomma, Tae-Taehyung kecelakaan dan sekarang sedang di tangani intensif di UGD. Seoul National Hospital” Kalimat itu terucap bersamaan dengan air matanya yang mengalir. Min Ah menggelengkan kepalanya tidak percaya, wanita itu tertawa dengan air mata yang tabur berjatuhan seiring pergerakan kepalnya.

“Tidak, jangan bercanda bilang adikmu Seokjin. Telepon dia lagi, eomma tidak percaya. JANGAN MEMBOHONGI EOMMA!” Woo Bin terpaku, tubuhnya serasa ringan dan tidak lagi menapaki bumi, pikirannya kosong. Serupa dengan Seokjin, Namjoon pucat pasi.

“Kau diam saja! Lihat anakmu itu selalu membuat masalah, suruh dia cepat kemari jangan main-main terus” Min Ah memukul-mukul dada bidang Woo Bin sambil terus menangis.

“Eomma, tenanglah, eomma dia akan baik-baik saja” Namjoon memeluk ibunya dan menjauh dari Woo Bin yang mematung.

“Joon-ah, hyung akan ke rumah sakit, kau tenangkan ibu dan ayah. Jika memungkinkan kabari keluarga Chou di ruang sebelah ya”

“Hati-hati hyung” Seokjin mengangguk dan cepat bergegas menuju rumah sakit bersama Range Rover putih miliknya.

Perjalanan menuju rumah sakit terasa sangat panjang dan melelahkan seperti menghabiskan seluruh hidup Seokjin untuk sampai ke sana. Dalam perjalanan dia melewati titik kejadian, mobil hangus yang sedang di derek menepi pada bahu jalan. Mobil itu salah satu koleksi milik ayahnya yang rencananya akan diserahkan untuk Taehyung.

Seokjin mengendurkan pedal gas seiring mobilnya memasuki pekarangan rumah sakit. Langkah cepat dan lebar dia ambil melewati koridor senyap. Park Hyung Sik keluar dari UGD bertepatan dengan kehadiran Seokjin di depan pintu hitam berkaca itu.

“Bagaimana keadaannya Hyung?”

“Tenang Seokjin, kemari” Hyung Sik membawa Seokjin duduk di kursi hitam seberang pintu UGD.

“Kondisi adikmu tidak separah Tzuyu hingga harus mengalami operasi di bagian vital. Namun dia kehilangan banyak darah, lebih dari yang Tzuyu keluarkan, kondisi luka di fisiknya parah Seokjin pecahan kaca membuat luka dan sobekan yang cukup dalam, itulah yang menjadi penyebab dia hampir tiada karena kehabisan banyak darah. Sobekan di pelipis mendapat bayak jahitan, sementara sobekan di leher hampir menembus kerongkongannya. Pada bagian tubuh lain, lengan kirinya mengalami dislokasi dan memerlukan terapi. Hari ini ada tiga pasien dengan golongan darah yang cocok dengan Taehyung dan ke semuanya memerlukan darah, sehingga aku memberi darah pada adikmu hanya separuh dari kebutuhannya, jika tidak ada pasien yang tidak mendapatkannya. Aku butuh donor darah untuk Taehyung, 5 kantung lagi”

“Aku cocok dengannya, tidak perlu di cek lagi hyung. Aku pernah mendonor untuknya dulu saat masih kecil” Hyung Sik mengangguk dan meminta perawat langsung melakukan transfusi darah di UGD.

🍃🍃🍃

Irene duduk melamun di dalam kamarnya, memandang kotak hitam yang separuh terbuka. Kilau berlian merah muda terpancar megah seiring lampu redup memberinya cahaya. Siang ini Irene tiba-tiba ingin merapikan pakaian di lemarinya yang sudah berantakan. Bunga dagangannya sekarang menjadi kesukaan Ji Sung, remaja itu menghabiskan waktu di sana sembari berjualan dan belajar.

Saat sedang mengeluarkan baju terakhir pada sekat ruang ketiga dari lemarinya, Irene menangkap kotak hitam terpojok. Dia membuka kota itu dan kenangan bagaimana perhiasan mahal itu bisa menjadi miliknya terputar kembali.

Pria yang memberinya hak atas berlian itu, hari ini sudah mengikat hubungan dengan kekasihnya, sekarang mereka adalah sepasang suami istri. Ikatan suci yang mengikat pria dan wanita sepanjang kehidupan. Tanpa sadar air mata Irene jatuh, seteres demi setetes, harapannya sudah usai. Cerita tentang harapan telah tamat dan menemukan akhir yang menyakitkan. Cintanya telah pupus, menguap bersama kata demi kata dalam sumpah pernikahan yang mungkin sedang berlangsung atau telah berlangsung di sana.

“Selamat atas pernikahanmu Taehyung oppa, aku selalu berharap kau akan bahagia dalam kehidupanmu dalam semua masa. Terima kasih telah membuatku jatuh cinta, dan merasakan cinta, meski menyakitkan aku tetap tidak bisa menolak indahnya kebersamaan singkat kita. Matahari terbenam di tepi sungai Han, juga hujan di bulan Juni yang membasahi kita.” Irene berbisik sembari memandang batu indah yang berkilauan itu.

TOK TOK TOK

“Irene kau di dalam nak?” Suara Taeyeon menginterupsi, tapi anehnya suara itu terdengar jauh.

“Iya, eomma sebentar” Irene menyimpan kembali kotak hitam itu pada tempatnya semula.
Ceklek! Pintu berderik kemudian dan terbuka. Irene terkejut bukan main saat menoleh ke arah pintu.

“Seulgi!” Irene menghambur memeluk sahabatnya yang entah bagaimana bisa datang menemuinya ke Daegu.

“Ahjumma dan Yeri? Dan apa kabar mereka”

“Mereka di Belanda, Appa dan Eomma seperti pasangan bulan madu. Yeri sedang gila-gilaan dengan pria lokal di sana”

“Aku merindukanmu, dan maaf jarang menghubungimu. Aku takut mengganggu” Irene membawa Seulgi duduk di ranjang kecilnya.

“Aku seharusnya yang minta maaf, terkadang pesan darimu baru sempat aku balas 2-3 hari kemudian, jangankan menelepon. Perbedaan waktunya tidak adil, aku jadi tidak bisa bercerita panjang lebar denganmu. Pekerjaan-pekerjaan sialan itu melelahkan” Seulgi mengerucutkan bibirnya setelah itu. Irene hanya tertawa melihat sahabatnya itu.

“Kau pindah ke sini atau hanya sekedar berkunjung?” Keduanya sudah berbaring menatap langit-langit kamar yang usang.

“berkunjung saja, kebetulan aku sedang ambil cuti satu minggu. Aku mau berkeliling bersamamu, aku menyewa mobil juga” Binar bahagia terpancar di wajah Irene, tetapi tidak sepenuhnya, gadis itu tiba-tiba terus membayangi wajah Taehyung dalam pikirannya.

“Kau parkir di depan, dekat jalan?”

“Tidak, ladang Lee ahjumma, lagi pula tidak ditanami apapun, dia mengizinkannya kok” Irene mengangguk dan mencubit pipi Seulgi.

“Kau tambah tembam”

“Sakit Irene!” Irene berlari keluar kamar setelah mendapat lemparan bantal di wajahnya.

🍃🍃🍃

Tzuyu menangis tersedu-sedu, gaun pengantin masih melekat di tubuhnya, sama seperti para orang tua yang juga harap-harap cemas. Seokjin duduk lemas setelah berhasil mendonor darah, di sampingnya ada Namjoon yang terus memeluk Min Ah. Woo Bin terus memandang Taehyung yang sudah dipindahkan ke ruangan tempat Tzuyu dahulu menghabiskan masa kritisnya. Kaca besar itu tidak luput dari tatapan tajam Woo Bin sejak satu jam berlalu, melewati detik demi detik seperti melawati satu abad lamanya. Hyung Sik bilang Taehyung akan segera sadar, tetapi mengapa belum ada tanda-tandanya. Seokjin berusaha menenangkan Min Ah yang terus bertanya kapan Taehyung membuka mata, memberi pengertian bahwa itu tidak bisa ditentukan dengan waktu, kesadaran Taehyung relatif, bagaimana dia bereaksi terhadap bius.

“Pernikahan ini sangat aku nantikan eomma, tapi mengapa gagal dan gagal lagi” Tzuyu membuka suara. Dan Seokjin membenci kalimat itu, seolah tidak peduli dengan kecelakaan yang menimpa Taehyung. Namun Seokjin tetap diam, tidak mau membuat keributan dengan memprotes perkataan Tzuyu.

“Sekarang bagaimana? Tamu undangan dan segala persiapan kita, mereka terabaikan di sana” Tzuyu masih terus meracau. Kali ini Woo Bin langsung menoleh pada sumber suara, mencoba maklum setelahnya.

“Apa kata teman-temanku, relasi appa, Taehyung oppa mengapa bisa seceroboh ini...”

“Tidak bisakah kau merasa khawatir sedikit saja tentang keadaan adikku di dalam sana!” Bentak Seokjin tidak tahan. Semua pasang mata memandang Seokjin sekarang.

“Oppa, aku sedang mengkhawatirkannya, menangis karenanya, kau tega...”

“Hah! Sayangnya aku tidak merasa seperti itu. Kau bilang adikku ceroboh, tutup mulutmu itu!” Seokjin menyalang, mengadu tatapan Tzuyu yang terang-terangan menatapnya dengan tajam.

“Kim Seokjin” Nyonya Chou mengingatkan.

“Nyonya, kau perlu menegur putrimu untuk bisa sedikit bersimpati jangan selalu egois memikirkan dirinya sendiri.” Seokjin benar-benar naik pitam hingga dia harus pergi dari sana untuk meredamnya sebelum semakin parah. Min Ah tidak tahu harus berbuat apa, dia sudah lemas dan sedih memikirnya putranya.

“Ajari putramu Woo Bin-ssi”  Pinta Tuan Chou.

“Tindakannya benar, aku tidak perlu mengoreksinya” Jawab Woo Bin tegas sambil membalas tatapan Tuan Chou yang duduk di samping kiri Tzuyu.

“Apa maksudmu, anakmu kasar pada adik iparnya”

“Calon, jangan lupakan kata itu”

“Ini keterlaluan Woo Bin”

“Kau di sisi putrimu saat dia mengatakan kalimat-kalimat tidak sopan di depan orang yang sedang bersedih tentang kejadian ini. Aku tidak perlu mengulang kalimat menjijikkan itu lagi, kau mendengar dan kau memahaminya. Jika yang di dalam adalah putrimu dan yang mengatakan kalimat tidak berempati tadi adalah Taehyung, aku yakin kau akan menamparnya...” Tuan dan Nyonya Chou bungkam saat Woo Bin memberi jeda bila mereka ingin menyanggah.

“Ahjussi, mengapa kau salah paham, aku yang sedih di sini, ak...”

“Aku tidak memintamu untuk menangis siang malam merasa khawatir, diam di pojokkan, menghindari orang-orang, putus asa dan terus mengucap kaimat cinta seperti yang Taehyung lakukan padamu. Tidak, aku tidak mengharapkan itu, paling tidak kau diam itu sudah cukup” Woo Bin membalikkan tubuhnya kembali ke arah Taehyung setelah selesai bicara. Memunggungi keluarga Chou yang sedang membeku karena kalimat sinis dan visus Woo Bin berhasil mengintimidasi mereka bertiga.

Layar kecil di samping Taehyung berdetak memberi informasi bahwa pria yang terbaring itu masih memiliki kesempatan hidup. Tubuh yang biasa tegap dan kokoh itu terkulai lemas tidak berdaya dengan bekas jahitan yang hampir seluruhnya memenuhi tubuh bagian atas.

Tuhan belum selesai dengannya, akhir cerita cinta Taehyung belum berakhir maka pernikahan itu tidak akan pernah terjadi , gagal dan gagal lagi. Waktu dan takdir selalu beriringan, berbeda tetapi tidak saling menegasikan. Takdir memerlukan waktu. Karena, waktu yang salah menarik takdir menuju jalan yang berbelit.

○○○○○
TBC

IF IT IS YOU ♡VRENE♡Where stories live. Discover now