ARUNIKA PERTAMA DI SUDUT DAEGU

503 68 9
                                    

Selamat membaca guys, vomment kalian selalu di nanti 😘🥰💜♥️💜♥️💜♥️💜♥️

Taehyung mengerjapkan matanya berulang kali, tidak bisa tidur sejak 4 jam yang lalu dia izin masuk ke kamar untuk tidur. Pria 25 tahun itu memiringkan tubuhnya menghadap ke kiri memandang wajah Irene yang tidur lelap. Tangannya terjulur merapikan anak rambut yang bebas menjalari sebagian wajah Irene yang tidur menghadap padanya.

Taehyung mengelus pipi tirus Irene, lalu menyentuh lebam dan luka di sudut bibirnya. Kembali Taehyung terbayang saat pertama dia bertemu dengan Irene, kalimat dan prasangka sarkas  terhadap penampilan gadis itu, terutama pada sepatu teplek lusuh yang Irene pakai di pertemuan pertama.

Tatapan Taehyung seketika berubah sendu ketika memori membantu dia mengingat lagi caci dan maki yang dilayang pada Irene oleh Min Ah, Tzuyu, bahkan oleh dirinya sendiri. Ingatan itu terbayang secara runut dari awal hingga Irene resmi menjadi istrinya. Sesak di dalam dadanya mulai terasa kembali.

Ada banyak penderitaan dan hinaan yang harus Irene terima semenjak bertemu dengan Taehyung. Air mata kesedihan dan harapan yang selalu mengecewakan terlihat dari nayanika Irene yang terkadang sendu saat menatap. Bahkan, pernikahan terjadi di dahului oleh tragedi yang hampir menghilangkan nyawa Irene. Sungguh, Taehyung merasa ngilu membayangkan apa yang terjadi kemarin malam.

Wajar saja jika Jaehyun menghajar Taehyung habis-habisan saat Taehyung membawa pulang Irene  dan mendeklarasikan bahwa dia dan Irene sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Hal itu mengejutkan seluruh keluarga Irene yang duduk di ruang tamu sekaligus ruang tengah rumah sederhana itu. Tetapi, hal lainnya yang menjadi fokus perhatian adalah kondisi Irene yang pulang dengan mengenaskan setelah hilang lebih dari 24 jam. Taeyeon dan ketiga adik Irene mencari ke sana dan kemari dalam kebingungan, Jaehyun sampai harus pergi ke kantor tempat Irene bekerja di tengah malam, hasilnya nihil. Siapa pun yang mereka tanyai soal Irene tidak ada yang mengetahui apalagi melihat gadis itu.

Kemudian, dia pulang bersama seorang pria dan mengatakan bahwa mereka sudah resmi menikah. Di tambah oleh penjelasan singkat yang keluar dari mulut Taehyung dengan suara parau bergetar yang di paksa untuk terlihat tegar, penjelasan bagaimana keadaan kakaknya bisa berantakan dan naas  serta pernikahan yang lebih terdengar seperti sebuah penghinaan bagi Jaehyun. Baginya, Irene dan Taeyeon adalah  dua wanita berharga dalam hidupnya. Kenyataan yang baru dia dapat malam hari itu sangat menyakiti hatinya, Irene diperlakukan serendah itu dan terumbang-ambing dalam perkara dua keluarga terhormat yang tidak memiliki rasa kemanusiaan.
Dalam benak Jaehyun sembari dia menghajar Taehyung tanpa ampun adalah Taehyung menganggap Irene mudah karena kemiskinan yang keluarganya derita. Membabi buta Jaehyun menendang dan meninju wajah serta tubuh Taehyung.

Sementara pria yang di hajar itu hanya diam, merasa pantas mendapatkan pukulan demi pukulan yang Jaehyun beri padanya. Taehyung bisa mati, jika Taeyeon dan Jisung tidak menghentikan Jaehyun. Irene menangis, tubuh lemahnya hanya sanggup untuk merangkak menjumpai tubuh Taehyung yang terkapar di bawah kursi roda ayah Irene.

Taehyung tersenyum pada Irene, meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Bodoh, Irene bukan orang idiot, dia melihat darah keluar dari mulut dan hidung Taehyung, bagaimana pria itu bisa baik-baik saja.

Jisung menenangkan Jaehyun di dalam kamar. Ayah Irene yang lumpuh duduk di kursi roda dengan air mata yang tidak berhenti mengalir, sedangkan Taeyeon membantu Taehyung duduk dan membersihkan darah serta luka di bibir Taehyung. Berkali-kali Taehyung mengucap maaf bahkan sampai menciumi kaki Taeyeon dan Young Joon bergantian sampai kata maaf terlontar dari bibir kedua orang tua Irene. Young Joon mengusak rambut Taehyung dan membuat pria yang sudah menjadi menantunya secara dadakan itu berjanji untuk terus mencintai, melindungi dan membahagiakan Irene. Taeyeon juga melakukan hal yang sama, kemudian dia memeluk Taehyung dan putrinya secara bersamaan.

Kini Taehyung memahami dari mana sikap sabar dan penuh maaf yang Irene miliki berasal. Istrinya tumbuh dalam keluarga sederhana bahkan cenderung kekurangan secara ekonomi, akan tetapi kasih sayang dan harmonis keluarga ini lebih dari apa yang tersedia di rumah besarnya.

Taehyung tersenyum, lalu beringsut mendekati Irene, membawa tubuh mungil itu dalam dekapannya. Kenyamanan menjalari seluruh tubuh, perlahan-lahan kelopak matanya memberat, tidak sampai lima menit dia sudah terlelap.

🍃🍃🍃

Seokjin dan Namjoon menatap kedua orang tuanya penuh tanya, ada rasa marah dan kecewa dari tatapan itu.

“Appa kalian tidak pernah mencintaiku, dia selalu menyakitiku” Min Ah mencoba menarik simpati putranya.

“Benar, 25 tahun yang lalu cintaku sudah mati untukmu dan kau tau benar apa alasannya” Jawab Woo Bin seadanya.

“Apa semua ini appa, eomma?”
Seokjin buka suara mewakili rasa penasaran adiknya.

“Tanya pada wanita yang kalian sebut eomma itu. Seberapa dia jujur dengan kesalahannya” Woo Bin membulatkan tekadnya bahwa anak-anaknya perlu mengetahui rahasia besar yang lama dia tutupi dan terlanjur dia pantik kebenarannya kemarin.

Min Ah diam. Kerongkongannya tercekat, seberapa lama dan jauh dia mengelak atau mengubur kebenaran semua itu sia-sia. Rahasia itu tetap aman, bila Woo Bin tidak memutuskan untuk mengumumkan aib kesalahan Min Ah di depan putranya karena hanya Woo Bin lah saksi dan kunci dari rahasia besar mereka.

“Eomma?” Namjoon menyadarkan kebisuan Min Ah.

“Wanita tinggi hati sepertinya, tidak akan mau bercerita sebuah aib. Biar appa yang melakukannya” Woo Bin menarik nafas panjang, mempersiapkan kisah pelik antara dia dan Min Ah.

Satu persatu kalimat Woo Bin ceritakan secara runut dan mendetail kisah pilu 25 tahun yang lalu. Pengkhianatan dan kebohongan yang terjadi dalam rumah tangga mereka. Kesempurnaan keluarga yang tampak hanya lah sandiwara belaka, mereka sedang memainkan opera kehidupan yang picik.

“Di mana putri hasil perselingkuhan itu, appa?” Tanya Seokjin penasaran.

“Min Ah, kau masih mau diam? Aku sengaja tidak menceritakan bagian itu.” Tanya Woo Bin pada Min Ah. Namun, yang di tanya masih diam tanpa jawaban.

Woo Bin menerawang 24 tahun lalu, saat putri Min Ah dan In Sung lahir. Bayi kecil tidak berdosa itu lahir di rumah Woo Bin, hati kecil Kim itu masih memiliki belas kasih untuk membiarkan anak hasil pengkhianatan Min Ah lahir di rumah meskipun hanya sehari. Sebab Min Ah adalah wanita yang menjaga reputasi, dia tidak malu berselingkuh, tetapi merasa malu kala melahirkan anak itu di rumah sakit.
Woo Bin membiarkan Min Ah pergi malam setelah dia melahirkan bersama sopir pribadinya menuju panti asuhan bernama Kasih Tuhan. Min Ah tidak menitipkan bayi itu secara layak, melainkan meletakkan bayi itu di depan pintu kayu, memencet bel lalu memantau dari jauh untuk memastikan bayinya di terima oleh pemilik panti.  Semenjak hari itu hubungan Min Ah dan putri yang belum sempat dia beri nama terputus. Dan semenjak hari itu Woo Bin menderita rasa bersalah, bayi tidak berdosa tidak pantas untuk menerima bayaran atas dosa kedua orang tuanya, tetapi di samping rasa sesal itu ada luka yang masih segar. Mengobati rasa bersalah itu Woo Bin membayar orang untuk mengamati tumbuh kembang putri Min Ah, menunggu kalau-kalau hatinya sembuh dan bisa membiarkan anak itu tinggal bersama dengan putra-putranya di rumah.

Waktu berjalan tiga tahun, hati Woo Bin tidak kunjung sembuh. Pernah dia melihat langsung anak berusia lima tahun bermain di halaman panti, wajahnya sama persis dengan foto yang orang suruhan Woo Bin berikan padanya. Anak perempuan itu cantik dan bersinar, meski sinar dari kecantikan itu sangat menyilaukan tetap saja belum mampu menyembuh luka Woo Bin yang semakin hari semakin besar menganga.

Dalam kurun waktu tiga tahun itu, Min Ah juga mengamati anaknya diam-diam tanpa sepengetahuan Woo Bin. Namun, dia bodoh mengira suaminya tidak peduli dan masa bodoh dengan putrinya. Dia dan putrinya selalu dalam pantauan Woo Bin, tidak lepas sedetikpun.

Tidak berselang lama Anak perempuan Min Ah di adopsi oleh sepasang suami istri yang Woo Bin kenal. Dia tersenyum lega saat melihat foto  seorang pria menggendong putri Min Ah dan wanita yang seusia istrinya terlihat bahagia sambil menatap anak perempuan itu.

Malam harinya Woo Bin sengaja sepulang kerja berkunjung ke rumah teman lamanya. Malu-malu putri Min Ah mengintip dari gendongan Tuan Chou.

“Siapa namamu?” Tanya Woo Bin sambil mendekat dan mengusak rambut lurus sebahu anak di pangkuan Tuan Chou.

“Namaku Chou Tzuyu, ahjussi” Suara Tuan Chou dibuat-buat seperti suara anak kecil. Tzuyu terkekeh melihat wajah pria asing yang menyuruhnya memanggil dengan sebutan Appa.
Woo Bin tersenyum dan meraih tangan mungil itu, menggenggamnya lembut penuh kasih, menyalurkan permintaan maaf bersamaan dengan ribuan rasa sakit yang menyerangnya.

Satu minggu dari kedatangan Woo Bin, giliran Min Ah yang bertamu. Matanya berair kala melihat Tzuyu bermain bersama pengasuh di depannya dan Nyonya Chou yang sedang bersantai di taman belakang rumah kediaman Tuan Chou.

Woo Bin mengetahui tindak laku istrinya yang mencuri-curi kesempatan menjumpai Tzuyu. Woo Bin membiarkan Min Ah melakukannya, toh dia memang ibu dari Tzuyu. Woo Bin memaklumi selama itu tidak melenceng.

Tahun-tahun berganti, usia Taehyung menginjak 21 tahun dan Tzuyu menginjak usia 20 tahun. Hari itu, Minggu di bulan November Woo Bin mengundang Tuan Chou dan keluarga makan malam bersama. Sengaja, memancing Taehyung untuk mengatakan sendiri dari mulutnya bahwa dia memiliki hubungan dengan Tzuyu.

Malam itu Taehyung dan Tzuyu mengatakan kepada keluarga masing-masing bahwa mereka sudah menjalin hubungan sejak satu tahun yang lalu. Woo Bin terkejut, mereka saudara dari rahim seorang wanita yang sama, meski tanpa pertalian darah tetap saja bagi Woo Bin itu hal yang tabu. Namun dia terjebak dengan sandiwaranya sendiri, berpura-pura tidak mengetahui apapun. Saat itu, Woo Bin berharap Min Ah mencegah hubungan kakak beradik berbeda ayah itu.

Sayang, harapan itu menguap. Min Ah berambisi mendekatkan keduanya untuk menginjak jenjang pernikahan, karena dengan begitu putrinya bisa tinggal satu atap dengannya, memanggilnya Eomma. Kata yang paling ingin dia dengar dari bibir tipis Tzuyu.

Woo Bin mengakhiri kisahnya  dengan menatap satu per satu ekspresi Namjoon dan Seokjin.

“Aku tidak percaya ini eomma, aku dan Taehyung mendapat karma. Cinta kami tidak pernah mulus, di hadang oleh pengkhianatan. Persis seperti yang kau lakukan pada appa” Seokjin memandang tidak percaya kedua orang tuanya. Meski dia pernah menguping, tetapi penjelasan sedetail itu tetap membuat rasa terkejut yang menyakitkan.

Namjoon merasakan hal yang sama dengan Seokjin, tetapi karena dia memang jarang berbicara dalam keluarga itu, Namjoon hanya diam.

“Appa, jika aku menjadi dirimu, sejak lama aku sudah menceraikan istriku dan hidup bersama anak-anakku. Walau terlambat keputusan itu appa ambil, aku mendukungnya. 100% menyetujui perceraian kalian berdua” Seokjin bangkit dari duduknya dan meninggalkan Sofa dilantai dua menuju kamarnya.

“Appa, terima kasih kau telah mengorbankan perasaanmu demi kami bertiga. Eomma, terima kasih sudah melahirkanku, mengurusku meski dengan sandiwara. Dan maaf karena aku satu suara dengan Jin hyung, kau harus lepaskan appa, biarkan dia menyembuhkan hatinya yang sudah kau lukai eomma”

Namjoon menyusul kepergian Seokjin, bedanya dia menuruni anak tangga karena ada urusan yang harus dia selesaikan di Jeju esok pagi. Dia akan berangkat menggunakan kapal laut malam ini juga

“Kau puas? Anak-anak mendukungmu!” Min Ah berkata dengan nada kasar.

“Beberapa hari lagi sidang perceraian siapkan dirimu” Woo Bin tidak menggubris dan lebih memilih masuk dalam ruang kerjanya.

“Irene jalang itu mengacaukan semuanya!” Min Ah mengacak-acak rambutnya frustrasi.

🍃🍃🍃

Suara cicit burung dan sinar matahari yang masuk ke dalam kamar kecil berukuran 3×3 meter melalui lubang kusen jendela, dan jendela yang tertutup oleh tirai polos berwarna coklat muda. Taehyung menggeliat, matanya melirik jam yang terpasang di dinding tepat di atas pintu. 05.20 pagi. Baru Taehyung sadari Irene tidak lagi berada di sampingnya.

“Dia bangun pagi sekali, argh” Ucap Taehyung mengucek matanya sambil berjalan keluar kamar. Erangan di akhir kalimat menandakan luka di kedua sudut bibirnya belum sembuh.

Dia berpikir ini adalah hari pertamanya menjadi menantu rumah ini. Jangan sampai mertuanya mengira dia adalah pria malas yang bangun kesiangan dan pengangguran. Banyak tugas yang harus Taehyung lakukan, membuat Jaehyun memaafkannya dan meyakini ketulusan cintanya untuk Irene, membuktikan janji yang dia buat semalam di hadapan kedua orang tua Irene, menjadi sosok kakak untuk tiga adik Irene dan menyayangi keluarga barunya ini sepenuh hati.

“Oppa, kau pasti lelah, tidurlah lagi” Kata Irene yang duduk di ruang tengah sedang melipat beberapa potong baju kaos lengan pendek.

Taehyung menggelengkan kepalanya dan duduk di samping Irene.

“Kau tidak lelah memangnya?” Tanya Taehyung sambil mengambil sepotong baju dan melipatnya.

“Tidak, sudah lebih baik. Oh iya oppa, apa kau nyaman memakai pakaian milik Jisung, terlihat kekecilan dan sesak” Tanya Irene setelah menyadari Taehyung memakai baju kekecilan.

“Ini nyaman” Jawab Taehyung sembari tersenyum menatap Irene.

“Ah!” Erang Taehyung lagi, kedua sudut bibirnya terasa sakit.

“Oppa, sebentar aku ambil salep milikku” Irene segera masuk ke dalam kamar, mengambil kantung plastik putih berisi berbagai macam obat dan salep yang dia dapatkan dari rumah sakit kemarin.

“Kemari oppa, biar aku olesi di bibirmu” Irene duduk menghadap Taehyung, sedikit mendongak ke atas mengingat Taehyung memiliki tinggi badan yang kontras dengannya.

Telaten Irene mengolesi pelipis Taehyung yang terluka, lalu mengolesi dua sudut bibir Taehyung yang memar dan pecah. Posisi Taehyung menunduk, wajah keduanya hanya berjarak dua jengkal saja.

Taehyung memegang pergelangan tangan Irene.

“Sekarang giliran sudut bibirmu” Taehyung mengambil salep yang Irene pegang dan bergantian mengolesi sudut bibir Irene.

“Sakit?” Tanya Taehyung setelah dia mengolesi.

“Ti-tidak” Irene gugup sebenarnya sejak tadi. Wajah Taehyung begitu dekat, walau dipenuhi lebam dan luka wajah itu masih terlihat sangat tampan. Jantung Irene berdetak lebih cepat menimbulkan efek terengah-engah. Semburat merah perlahan timbul di kedua pipinya. Taehyung ingin sekali tersenyum melihat pipi Irene yang memerah, tetapi keburu ingat tentang luka-luka dibibirnya yang masih perih.

“Oppa, perban di bahumu bagaimana cara menggantinya?” Irene menjauhkan wajahnya dari Taehyung dan menatap ke arah teras rumah.

“Kau mau menggantikannya ya?” Tanya Taehyung, Irene mengangguk.

“Nanti malam saja, nanti aku ajari”

“Baiklah, oppa aku ke dapur dahulu, membantu eomma menyiapkan sarapan”

“Jaehyun dan Jisung?” Taehyung menahan tangan Irene.

“Masih tidur oppa”

“Appa?”

“Masih tidur juga, oppa”

“Aku ikut membantu di dapur kalau begitu”

“Jangan!...”

Taehyung agak terkejut, baru kali ini dia mendengar Irene berkata dengan nada yang sedikit lebih keras.

“Ah maaf oppa” Detik berikutnya gadis itu meminta maaf setelah menyadari raut terkejut Taehyung.

“Tidak apa-apa, aku suka kau membentak begitu. Lain kali marahi aku ya, jangan meminta maaf terus” Taehyung terkekeh dan mencubit pelan pipi sebelah kiri Irene yang tidak lebam.

Irene buru-buru beranjak bangun dan pergi menuju dapur. Menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah, bukan lagi hanya kedua pipinya.

Taehyung segera menutup rapat mulutnya saat sakit di kedua bibirnya datang lagi.

‘Luka-luka sialan’ Batinnya kesal.

Taehyung sedikit beringsut menuju pinggir teras rumah yang memang tidak jauh dari ruang tengah rumah keluarga Irene. Memandangi langit pagi yang masih memerah, cicit burung, embun di tanaman halaman depan rumah Irene yang sempit, dan udara sejuk tanpa polusi. Suasana pagi yang tidak pernah dia dapatkan di rumah besar milik Woo Bin di Seoul atau apartemen milik Seokjin.

Ini adalah pagi pertamanya menjadi seorang suami, di rumah dan keluarga baru. Rumah sederhana yang membuatnya terlampau nyaman saat pertama kali menginjakkan kaki , rumah yang membuatnya serasa pulang. Hangat dan tulus. Terlepas dari keadaan yang berbanding jauh dari istana Woo Bin, rumah ini memiliki kelebihan yang berkali lipat. Kehangatan yang tidak dapat dibayar oleh harta kakeknya yang tidak habis hingga 14 keturunan.

Semburat arunika sangat indah di pandang dari tempat Taehyung duduk. Seindah harapannya yang bermunculan kala menatap wajah cantik Irene. Diantara banyak harapan yang muncul itu, ada satu harapan yang akan selalu menjadi prioritas Taehyung. Melihat senyum dan kebahagiaan di wajah Irene, menjadi alasan untuk setiap tawa dan rasa senang gadis yang kini menjadi istrinya, Kim Irene.

○○○○○
TBC

IF IT IS YOU ♡VRENE♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang