🍑CHAPTER 24🍑

1.2K 141 67
                                    

Gak seru tau

__________________

Jisoo berhasil melepaskan eratan tangan Seokjin di lengannya. Gadis itu mengusap air matanya kasar agar tidak di pandang lemah oleh pria di hadapannya ini.

"Ajussi gak malu?"

"Apa maksud kamu?"

"Apa Ajussi udah lupa? Ajussi sendiri yang usir aku dari rumah, dan sekarang Ajussi jemput aku buat kembali ke neraka itu lagi?!"

Seokjin menundukkan kepalanya seperti merasa menyesal karna sudah mengusir gadisnya dari rumah. Namun Seokjin kembali mengangkat kepalanya lalu menatap mata Jisoo dengan sepenuh hati.

"Maaf.." Jisoo nampak sedikit terkejut. "Maaf.. karna sudah menyusahkan mu. Maaf karna saya baru menyadari yang sebenarnya. Saya memang pantas kamu benci. Namun, saya menyesal, Kim Jisoo"

"Ajussi ngomong apa sih?!"

"Maafkan saya karna masalah Bibi kamu, kamu jadi menanggung semuanya. Saya baru mengetahui kalau kamu berusaha membayar hutang-hutangnya. Kim Jisoo, lihat saya!"

Jisoo menurut namun matanya tiba-tiba saja mengeluarkan cairan bening. "Kamu tidak perlu melakukan itu, Jisoo-ya. Itu adalah hutang Bibi mu, jadi dia yang harus melunaskan nya, bukan kamu. Tugas kamu hanya-"

"Ajussi pikir aku adalah perempuan yang tidak tahu diri?! Bagaimana bisa aku hanya berdiam diri sambil menunggu bibi Kim melunaskan semua hutangnya?! Apa ajussi pikir aku bahagia selama ini?! TENTU TIDAK! Aku selalu memikirkan bibi 'dia sudah menyicil hutangnya pada Ajussi atau belum' tapi apa hasilnya? Bibi belum sedikit pun membayar hutangnya, dan sekarang Bibi kabur, ya 'kan?!"

"Dan aku gak bisa diam begitu aja, Ajussi. Hutang itu akan dibawa sampai mati. Makanya Jisoo mau bantu Bibi buat lunasin hutangnya. Jisoo malu, Ajussi.. hiks. Jisoo malu sama orang tua Jisoo diatas sana. Jisoo gak bisa bahagiain mereka. Yang ada mereka kecewa sama Jisoo.. hiks. D-ditambah lagi.. kehidupan Jisoo yang-"

Suara itu terputus karna Seokjin membekap tubuh kecilnya. Jisoo tidak, namun tidak juga membalas. Gadis itu terlalu larut dalam kesedihannya.

Memang gadis seumuran Jisoo seharusnya bermain dan belajar dengan teman sebayanya. Biasanya mereka asik mengobrol tentang hal yang disukai maupun sebaliknya, menonton film bersama dirumah atau di bioskop, dan berjalan mengitari mall tanpa membeli barang. Ya, seharusnya Jisoo seperti itu sekarang. Namun apa daya, keadaan yang memaksanya untuk tidak merasakan itu semua.

"Maafkan saya. Mari kita hidup bersama-"

"Maaf, Jisoo gak bisa. Ajussi ingin kita seperti dulu lagi? Sepertinya itu terlalu sulit. Ajussi gak melupakan seseorang kan? Seseorang itu membuat kita sulit jika kita ingin hidup seperti awal lagi"

Damn. Seokjin melupakan itu. Namun, Seokjin merasa takjub dengan pola pikir gadisnya ini. Semua itu sangat berbeda dari apa yang ia lihat sebelumnya. Tidak ada lagi tingkah laku yang seperti bocah 7 tahunan.

Tin!

Tin!

Jisoo bersyukur karna mobil Eunwoo datang.

_____________

"Kenapa berhenti disini?"

"Gak apa-apa. Ayo turun"

Jisoo menurut. Kedua orang itu turun lalu berjalan berdekatan sembari melihat indahnya sungai han di malam hari. Karna udara sedikit dingin, Eunwoo berinisiatif memberikan Jisoo jaket padding nya.

Alpaca Ajussi || JinsooWhere stories live. Discover now