29

699 153 6
                                    

Seakan tahu, langit yang biasanya biru kini tengah muram, seakan tahu bagaimana kesedihan mengiringi langkah demi langkah orang-orang yang menuju pemakaman. Baik Hybe, Neo, maupun Rosé, Zooya, Jane, dan Lisa semuanya turut hadir dalam pemakaman Yuta dan Jeffrey.

Upacara demi upacara dilaksanakan, hingga dua peti itu sukses memeluk bentala. Bunga-bunga ditabur di atasnya, tetes air mata seakan membasahi tanah, bahkan tangisan yang begitu larat terdengar dari pihak keluarga.

Jayden rasakan seseorang mengusap punggungnya, Rosé, gadis itu tersenyum tipis padanya. "Tidak apa-apa."

Jayden masuk dalam pelukan Rosé dan menumpahkan semuanya di sana, ia masih terbayang bagaimana dua orang itu tergeletak penuh darah di atas aspal. Vee yang melihat itu sempat terbakar api cemburu, hanya saja sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengurus kecemburuannya.

Tangis larat Jayden terasa menyayat hati Rosé, sungguh Rosé sendiri terkejut dengan semua kejadian ini. Baru kemarin Jayden katakan kebiadaban Yuta dan Jeffrey, tapi sekarang keduanya kompak peluk bentala.

"Tenangkan dirimu, Jayden." Kata Rosé bergetar.

Jayden tegakkan dirinya, menghapus jejak air matanya. Jayden mengatur napasnya hingga dirinya mulai terasa tenang. Tangan kanan Jayden membawa masuk dalam pelukannya, "Maaf, mungkin kejadian ini mengerikan bagimu, seharusnya dengarkan katamu kemarin."

Rosé menggeleng dalam pelukan Jayden, "Tidak, jangan meminta maaf, semuanya sudah terjadi."

"Hei, Jane. Bukankah mereka seperti orang berpacaran?" Bisik Lisa pada Jane.

Jane melirik Jayden dan Rosé sekilas, ia mengangguk dan menoleh ke arah Lisa, "Ya, menggelikan memang." Balas Jane.

Vee yang berdiri di sebelah Jane, jelas mendengar topik pembicaraan Jane dan Lisa. Sontak Vee berpindah menjadi di sisi kanan Rosé, hingga Rosé berposisi ditengah-tengah antara Jayden dan Veenan.

Vee usap kepala Rosé lembut, kemudian tersenyum simpul saat si empu menoleh padanya. "Tidak apa, yang berbuat akan menerima balasannya, jangan sesali apapun."

Rosé sedikit menggeser tubuhnya menghadap Vee dengan senyuman tipis, "Seharusnya aku yang katakan itu padamu, Vee."

"Berikan saja aku senyuman terbaikmu dan aku akan baik-baik saja."

Rosé terkekeh pelan, kemudian ia tersenyum pada Vee dengan tulus. "Apa ini cukup?"

Vee mengangguk, "Lebih dari cukup."

"Kita sedang di pemakaman, jangan bermesraan." Sewot Jayden sambil menarik Rosé agar tak lagi menatap Vee.

"Siapa yang bermesraan, sih?" Sungut Rosé tak terima.

Vee sendiri menatap malas Jayden yang menurutnya suka sekali ganggu momennya bersama Rosé, memang dasar cemburuan.

Ekhm!

Deheman Nick seakan teguran bagi Rosé, Jayden, dan Vee. Buktinya ketiga orang itu langsung diam tak berkutik, Nick itu sedikit menyeramkan jika ketegasannya sudah datang.

Sepuluh menit berlalu, satu persatu mulai tinggalkan pemakaman, pun dengan Hybe juga para gadis. Rosé berjalan di depan bersama dengan Zooya, Jane, dan Lisa. Sedangkan para pria di belakang berjalan lebih lambat menyesuaikan Vee yang kesulitan berjalan.

Dua mobil untuk sebelas orang, Rosé awalnya akan masuk ke dalam mobil yang sama dengan ketiga temannya, sayang Vee dan Jayden menahannya.

"Pulanglah bersamaku." Kata Jayden dan Vee bersamaan.

"Wow, babak pertama dimulai." Bisik Lisa pada Zooya.

Rosé sendiri berdecak kesal, kemudian berbalik menatap Jayden dan Vee. "Aku tidak mau, lepaskan tanganku dan pergi."

[✓] THE DOCTORWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu