Pertemuan

12.8K 1.2K 59
                                    

Sepagi ini aku sudah berperang di dapur. Sambil menunggu masakanku matang, aku meraih ponsel untuk menghubumgi seseorang. Ini masih jam 6 pagi, entah dia sudah bangun atau belum. Panggilan itu baru diangkat di dering kelima. Suara mengantuknya menyambutku pertama kali.

"Hnggg,"

"Baru bangun ini?" Tanyaku begitu mendengar lenguhannya.

"Hmmmm.."

Kalau masih mengantuk dia memang rese jika diajak berbicara. Jawabannya tidak jauh-jauh dari 'hngggg' atau 'hmmm' atau 'yaaaa'.

"Bangun. Mandi sana katanya ngawas ujian pagi." Aku kembali mengaduk masakan di depanku menggunakan tangan kanan, sementara tangan yang satunya memegang ponsel.

"Hmmm." Sudah seperti berbicara dengan limbat saja aku ini.

"Jangan ham hem ham hem doang. Ini udah jam 6 lewat, ngawas pagi kan? Mandi sana siap-siap. Nanti mampir ke apartemen Rara dulu. Ini ada bekal."

"Iyaa, udah mau mandi dulu."

"Awas kalau lupa."

"Nggak, sudah dulu ya Mas mau mandi."

"Nanti nggak usah naik, Rara nunggu di lobi."

"Yaaa."

Tut.

Panggilan langsung dimatikannya. Aku kembali meletakkan ponselku dan fokus menyelesaikan masakan. Hari ini aku memasak ayam mentega dan pakcoy bawang putih khusus untuk kekasihku tercinta ihiyyy. Di kulkas juga sudah ku buatkan salad buah untuknya. Sedangkan untuk sarapan aku membuatkannya roti panggang kesukaannya.

Aku memasukkan kotak bekal ke dalam tas bekal lalu membawanya turun bersamaku. Aku akan menunggu Pak Danes di lobi. Jadwal ujianku sendiri baru dimulai setelah zuhur. Dari kejauhan aku melihat mobil yang begitu ku kenal memasuki parkiran luar apartemenku. Aku langsung saja berjalan ke arahnya.

Wajahnya sudah segar begitu aku membuka kursi penumpang. Tidak ada lagi aura rese seperti saat aku menelponnya tadi. Dia tersenyum manis seraya membuka lebar-lebar tangannya.

"Perlu isi energi dulu." Ucapnya yang tentu langsung ku pahami.

Aku menubrukkan tubuhku ke padanya. Yang langsung saja ia peluk erat.

"Rara belom mandi Mas, masih bau acem." Aku terkekeh, Pak Danes sudah begitu rapi dan wangi sementara aku masih berantakan dan bau asap.

"Asem-asem juga tetap cinta." Gombalnya yang membuatku mencubit kecil pinggangnya.

Dia meregangkan pelukan diantara kami setelah puas saling membaui diri. Wajahnya memandangku penuh senyum sebelum mendekatkan diri dan memberi ciuman selamat pagi di bibirku. Aku tidak lagi pernah protes saat dia mencium bibirku. Jika dulu aku akan langsung mencak-mencak, sekarang aku justru begitu suka saat dia menciumku.

"Love you, Dek Rara." Dia terkekeh sendiri karena ucapannya.

"Geli ih jangan panggil gituuu."

"Jadi mau dipanggil apa?"

"Apa aja asal jangan Dek Rara."

"Siap Dek Rara." Dia malah meledekku lagi yang membuatku langsung menyerangnya dengan cubitan maut.

"Sudah sudah ampunn sayangg, mana katanya mau bekalin Mas?" Tagihnya sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Ini, yang ini buat sarapan. Isinya roti panggang." Aku langsung meletakkan tas berisi kotak bekal itu ke kursi belakang.

"Alhmdulillah rezeki anak sholeh dibekalin sama pacar. Terima kasih ya sayang sudah repot-repot masak untuk Mas."

"Hmm udah sana berangkat udah jam segini." Usirku padanya.

Sustainable LoveWhere stories live. Discover now