Good Darkness

9 1 0
                                    


  "Kau mau bawa ke mana dia? Kembalikan Peixes padaku!" teriak seorang laki-laki yang berusaha bangkit dari posisi tengkurapnya. Kedua kakinya penuh lebam dan luka. Ia meringis karena kecewa dan kesakitan. Perasaan itu tercampur menjadi satu.

"Hey, bangunlah Si Tukang Tidur!" teriak Re sambil menarik paksa selimut yang ku pakai hingga membuatku terjatuh dari kasur. Aku pun mengaduh kesakitan karena punggungku menghantam lantai. Dia menarik selimutku dengan keras.

"Kak Sierra dan lainnya sudah bersiap untuk pergi ke pinggiran kota Betelgeuse. Hanya kamu yang belum bangun. Kita tidak ingin terlambat, kan?"

"Iya, Re. Aku tadi habis bermimpi aneh soalnya."

"Eh, mimpi apa?"

"Entahlah, ada remaja laki-laki yang sedang terluka memohon kepada seseorang untuk mengembalikan Piexes. Mungkin dia seseorang yang berharga baginya." kataku sambil menyentuh kepalaku yang masih pusing.

"Baiklah, daripada mikirin mimpi yang terlalu aneh, lebih baik kamu cepat mandi dan bergegas untuk berangkat." kata Re sambil mendorongku keluar dari kamar.

Saat fajar terbit, kami berangkat menuju pinggiran kota Betelgeuse. Banyak orang yang enggan ke sana. Pencurian, pembunuhan, perjudian, penyiksaan marak terjadi di sana. Entah karena pemimpin kota ini menyerah mengatasinya, atau acuh akan kondisi daerah ini. Setelah 2 jam berjalan kaki, kami akhirnya tiba di perbatasan. Daerah ini benar-benar gelap. Tatapan Kak Sierra terarah menuju seorang laki-laki yang bersandar di dinding bangunan kosong tepi sungai. Ia sedang melihat ke arah sungai yang kotor itu. Kak Sierra berjalan menghampiri laki-laki itu, kami mengikutinya dari belakang. Laki-laki itu menatap Kak Sierra yang sudah berada di sampingnya.

"Apa urusanmu denganku di sini?" kata laki-laki itu dengan lemas. Sepertinya dia belum makan selama seminggu.

"Apakah kamu lapar? Wajahmu terlihat pucat. Aku membawa makanan, ambillah kalau kau mau." Kakak menyodorkan sebuah bento kepada laki-laki tersebut. Tapi, laki-laki itu menjauhkan makanan itu darinya.

"Apa kau memberikanku makanan ini karena kasihan? Aku tidak butuh belas kasihan dari orang lain."

"Anggap aja ini bayaranku untukmu. Aku ingin menyewa jasamu. Kau tidak akan menolaknya, bukan?" Kakak menyodorkan kembali makanan itu kepadanya.

"Baiklah. Apa mau mu?" kata laki-laki itu sambil mengambil makanan itu dari tangan kakak.

"Aku ingin kamu ikut dalam petualangan kami." Sontak kalimat itu membuat kami terkejut, bahkan laki-laki itu. Aku berpikir, apakah laki-laki itu yang cocok dengan kristal sihir yang kami bawa?

"Kenapa aku harus ikut petualangan kalian? Kalian tiba-tiba muncul lalu mengajakku ikut dengan kalian. Aku tidak tahu kalian adalah orang-orang yang berbahaya atau tidak."

"Apa kau ingin ikut kami apabila kau bisa menemukan Piexes?" kini giliranku bertanya. Semua terkejut, tapi bukan karena pertanyaanku. Semua terkejut ketika laki-laki itu menarik kerah bajuku.

"Kenapa kau bisa tahu nama itu, hah! Apa kau salah satu orang yang menculik dia?" bentak laki-laki itu sambil melotot ke arahku.

"Tenanglah, aku hanya melihatnya di mimpiku. Aku memang bisa melihat sesuatu ketika tidur, baik ingatan orang maupun kejadian yang berhubungan dengan waktu lainnya." Aku melepaskan tangannya dari kerah bajuku. Dia pun berusaha untuk tetap tenang.

"Kalau begitu, kalian harus bisa menyelamatkan temanku Rehan. Dia sekarang diculik di salah satu bangunan tua di dalam kompleks rumah sana. Namaku Takumi Kuroe, aku adalah penduduk lama pinggiran kota ini. Kalian pasti tahu kenapa daerah yang dulunya asri ini berubah menjadi mengerikan. Dampaknya adalah anak-anak seperti kami dijadikan kelinci percobaan perusahaan ilegal, bahkan oleh orang-orang yang berkekuatan layaknya iblis. Salah satu korbannya adalah sahabatku Peixes. Aku tidak mau kehilangan Rehan seperti kehilangan Peixes. Jadi aku meminta bantuan kepada kalian untuk menyelamatkan kami dan mencari Peixes. Apapun ku lakukan termasuk ikut petualangan kalian hanya demi mereka berdua." Anak laki-laki tadi yang bernama Takumi memohon kepada kami dengan wajah panik. Aku dan Kak Sierra saling menoleh, lalu mengangguk menyetujui. Wajahnya tersenyum menandakan dia melihat secercah harapan. Langsung saja Takumi menunjukkan arah di mana Rehan disekap, dan kami bergegas pergi ke sana.

Curse Time TravellerWhere stories live. Discover now