BAB 5 || Aneh

235 85 15
                                    

Saat ini aku tengah berjalan menuju gedung 2 dengan tujuan pergi ke perpustakaan. Berhubung kelasku sekarang dalam keadaan jam kosong, jadi aku ingin memanfaatkan waktu tersebut untuk sekedar membaca buku, ralat lebih tepatnya novel hehe.

Aku sebenarnya termasuk siswa yang rajin di sekolah, teman-temanku pun mengakui hal tersebut. Tapi tentu dibalik itu semua aku memiliki kekurangan.

Aku termasuk orang yang sedikit pemalu dan susah untuk akrab pada orang baru, tapi pengecualian untuk Edwin si lelaki menyebalkan dengan segala rahasia yang dimilikinya.

Sahabat-sahabatku sebenarnya ingin menemaniku pergi ke perpustakaan. Namun, aku menolak. Aku takut mereka akan menciptakan keributan seperti saat di kantin kemarin.

Saat aku berjalan menuju ke gedung 2, dari kejauhan aku dapat melihat siswa kelas XI IPA 1 sedang mengikuti pelajaran olahraga. Dan pastinya aku dapat melihat Rafa yang sedang berlari keliling lapangan beserta teman-teman sekelasnya.

Kemudian aku mendekat ke pinggir lapangan, agar dapat melihatnya lebih jelas. Aku sungguh terpesona saat melihatnya. Tanpa aku sadari, sedari tadi aku tersenyum sendiri menatapnya.

Saat kulihat siswa kelas XI IPA 1 sedang beristirahat, aku mulai mencoba untuk menunjukkan perhatianku padanya. Dengan berlari, aku mencoba pergi ke kantin di dekat gedung 2 untuk membeli sebotol air mineral untuk Rafa.

Sepertinya ini akan menjadi langkah pertamaku untuk mencoba lebih dekat dengannya. Disertai rasa senang dan gugup, kakiku tetap melangkah dengan cepat. Sungguh aku sudah tak sabar ingin memberikan air mineral yang ada di genggamanku ini untuknya.

Namun, saat aku hampir mendekatinya, tiba-tiba kakiku terhenti dengan sendirinya bahkan kakiku terasa lemas saat itu juga. Aku melihat seorang wanita mendekatinya.

Wanita itu sungguh cantik, dengan tubuh yang proporsional dan juga didukung oleh wajahnya yang amat menawan. Dibandingkan dengan aku, aku sungguh tidak ada apa-apanya.

Aku melihat wanita itu memberikan minuman isotonik kepada Rafa. Rafa pun menerimanya dengan senyum manis yang masih terbit di wajahnya. Aku pun melihat wanita itu mencoba mengelap keringat yang ada di dahi Rafa.

Rafa sama sekali tidak risih saat mendapat perlakuan seperti itu, ia justru terlihat bahagia. Bahkan aku melihatnya sedang mengacak acak rambut si wanita itu dengan lembut sesekali mereka tertawa bersama.

Wanita tersebut ialah Siska, primadona dari angkatan kami. Dia merupakan siswi dari kelas XI IPA 2. Dan dia juga wanita yang akhir-akhir ini tengah dirumorkan dekat dengan Rafa. Mungkin kini hal itu bukan lagi menjadi sebuah rumor belaka.

Sungguh, hatiku rasanya sangat sakit. Aku pun rasanya sulit untuk bernafas. Kenapa sangat sakit, saat aku melihatnya bersama orang lain?

Aku hanya bisa menatap nanar kepada dua insan yang sedang tertawa bahagia tersebut. Dengan rasa sakit yang masih menemaniku. Kakiku semakin lemas, air mineral yang aku genggam sedari tadi aku remas kuat-kuat untuk menyalurkan rasa sakit yang aku rasakan.

Tanpa aku sadari pandanganku semakin buram. Air mataku hampir menetes, namun aku mencoba untuk menahannya.

"Kenapa gue harus suka sama Rafa sih?! Bego lo, Na! Bego! Dia gak mungkin mau sama lo! Sampe kapanpun lo gak bakal bisa dapetin Rafa!" ucapku lirih sangat lirih.

Tak terasa air mataku menetes sedikit demi sedikit karena aku sudah tak kuasa menahannya, dan pandanganku masih tetap menatap nanar ke arah dua insan tersebut.

Aku sudah tak kuat lagi melihat pemandangan yang sungguh menyiksa perasaanku. Dengan cepat aku pergi meninggalkan tempat tersebut. Sambil berlari air mataku terus menetes. Entah langkah kakiku akan menuntunku pergi kemana, yang pasti aku tidak ingin melihat kejadian itu lagi.

My True First LoveWhere stories live. Discover now