5. Stabbed Lord Habriel and Memories

57 48 20
                                    

“Neyza!”

Dae Han sontak menarik Neyza, sehingga anak panah itu mengenai lengan kirinya. “Kamu baik-baik saja?”

“B-baik, Dae Han. Tanganmu … berdarah,” ringis Neyza melihat darah merembes.

Prixi dan Yui segera mengeluarkan senjata masing-masing. Tidak jauh dari mereka berdiri, seorang pria dengan iris biru tua tengah memperhatikan. Pria itu  tersenyum hangat dan terlihat bersahabat. Pakaian berupa tunik yang memiliki rancangan warna gelap dan aksen galaksi serta jas dengan hiasan emas.

“Halo, Anak-anak. Apa kabar kalian?” tanya pria itu sembari tersenyum lebar.

Yui mengacungkan katana-nya. “Sudah menyerang kami, tetapi masih sok kenal? Tidak tahu diri.”

“Apa maumu?” tanya Prixi. Selendangnya siap menyerang kapan saja.

Senyum secerah matahari membuat pria ini terlihat tampan. “Aku hanya ingin menyapa kalian. Bukankah penyambutan yang kulakukan sangat berkesan?”

Cih! Berkesan apanya? Dae Han saja hampir mati karena seranganmu! Kalau saja paman ini tidak jahat, pasti aku akan minta foto dengannya. Yui segera menghilangkan pikiran ngawurnya. “Jangan basa-basi! Apa mau, Paman?”

Ketika pria itu hanya diam, Dae Han berbisik pada Neyza. “Jika keadaan mulai memburuk, gunakan kedua marmut agar kita bisa kabur.”

“Akan kulakukan,” balas Neyza.

Pria itu melompat dari dahan dan mendarat sempurna di atas tanah. Ia berjalan menghampiri Tim Emas, kemudian berjalan memutar. Tidak ia sangka kalau murid Maple Academy sungguh berbakat dan memiliki refleks bagus. Padahal, anak panahnya hampir mengenai gadis berambut galaksi.

“Let’s play, Kids. Call me Antares.”

Pria yang mengaku bernama Antares itu menyerang. Granat seukuran bola tenis dilempar, asap mulai membungkus tim. Tidak lama ledakan sedang terdengar. Antares menyaksikannya dari atas dahan. Ketika ia berjalan menuju asap tebal, sejumlah shuriken menyerang dibalik asap. Antares segera menghindar ke arah lain.

“Wah, kalian bisa bertahan, ya?”

Di balik asap tebal dan hasil ledakan itu, tim dilindungi jubah kulit milik Neyza. Skin Cape miliknya mampu menahan ledakan sedang. Jubah ini membentuk pelindung transparan berwarna galaksi, sesuai dengan rambutnya.

“Kami tidak akan mati karena seranganmu!” sinis Prixi.

Antares tersenyum. “Baiklah, Anak-anak. Mari kita coba permainan selanjutnya.”

Antares berlari sembarangan arah, ia menghilang ke balik pepohonan dan air terjun. Beberapa hewan bersayap bersuara dari balik semak. Semua tim menatap semak-semak tersebut. Namun, serangan sebenarnya datang dari arah yang berlawanan. Antares melempar pisau berbilah ganda dengan kawat panjang. Benda ini memutar dan mengikat tim bersamaan.

Dalam ikatan kawat, tim tidak bisa melarikan diri. Antares muncul dari balik semak, kemudian mengambil pisau miliknya. Antares tidak memberi kesempatan tim untuk kabur. Gravitasi di sekitar tiba-tiba menghilang, tim dalam lilitan kawat mengambang di udara.

“Apa yang kamu lakukan?” pekik Yui. Tubuhnya sakit, kawat ini benar-benar ingin melilit seolah tubuhnya akan terpotong.

Wajah bodoh Antares nampak menyebalkan, pria itu memainkan pisau berbilah ganda. “Hanya bermain. Apalagi?”

Dae Han yang memunggungi Yui menyuruh gadis itu mengalihkan perhatian Antares. Sementara, Neyza dan Dae Han berusaha mengeluarkan marmut sekaligus memberinya makan. Prixi akan menjadi senjata terakhir untuk menyelamatkan mereka.

Precious MemoryWhere stories live. Discover now