BAB 15

3.6K 221 6
                                    

Amaris menggengam tangannya . Sejuk tangannya saat ini. Pintu biliknya dibuka oleh umi  

" Cantiknya adik sepupu aku . Tak sangka kan dulu kau yang beria cakap taknak kawin lah itu lah ini lah sekarang tengok kau yang kawin dulu pada kami . Jadi isteri yang baik dan solehah tau . Jadi ibu yang baik pada anak kau . Walaupun budak tu bukan anak kau . " Amaris mengangguk . Dia menggenggam erat tangan kakak sepupunya itu .

" Umi aku takut . " Umi hanya tersenyum.

" Apa yang kau takutkan.? Bukan kau yang nak lafaz akad pun " usik umi .

" Ish aku tak main main lah " satu cubitan hinggap di peha kiri umi . 

Klak

" Amboi kemain seronok sembang "  tegur bonda Audra Marina ibu kepada Amaris. 

"Sekejap ja masa . Nak kawin dah anak bonda ni . Jadi isteri yang taat pada suami . Jangan melawan cakap suami faham ?" Amaris hanya mengangguk. Tubuh bondanya dipeluk . Bonda Audra hanya tersenyum apabila terasa degupan jantung anaknya begitu cepat .

" Pengantin dah siap ? Semua dah tunggu dekat bawah " mereka mengangguk . Amaris menghembuskan nafasnya sebelum melangkah keluar .

Perlahan lahan anak tangga dituruni . Semua mata tertumpu padanya  . Riven terkaku melihat Amaris yang sungguh cantik . Dikenakan lagi tudung putih yang menutupi rambutnya . Sangat indah . Sungguh cantik dia saat itu .

"Bismillahirrahmanirrahim Riven evander bin Reynier aku nikahkan engkau dengan puteri bongsuku Tunku amaris aiyana binti Tunku  Brayden dengan mas kahwin sebanyak 6 ratus ribu ringgit tunai. "

" Aku terima nikahnya Tunku amaris aiyana binti Tunku Brayden dengan mas kahwin sebanyak 6 ratus ribu ringgit tunai " . Dengan sekali lafaz Amaris sudah bergelar seorang isteri.

" Sah
"Sah
"Sah

Air mata Amaris mengalir ke pipi .  Tubuh bondanya dipeluk lagi . Kini dia bukan lagi milik bonda dan ayahandanya .

"Give me your hand babygirl" Amaris menyuakan tangannya kepada Riven.
Riven mencium dahi Amaris saat Amaris menyalam tangannya .

" thank you for accepting me in your life sayang" Amaris tersenyum nipis.

Amaris berjalan ke arah dapur . Tekaknya terasa kering . Para tetamu sedang menjamah makanan mereka  .

"Hey baby . Buat apa hm?" Soal Riven pada isterinya

" Cangkul rumput . Tak nampak ke ? Orang minum airkan " balasnya geram.  Dah nampak tanya lagi .

" Amboi garangnya isteri saya ni " pipi Amaris dicubit geram .

Mereka berjalan ke arah ruang tamu.  Riven menggengam tangan isterinya.

" Sayang nak tahu tak apa beza sayang dengan bulan ? " Amaris menggeleng

" Bulan menerangi langit malam tapi sayang menerangi hidup abang " Amaris menunduk ke bawah  . Pipinya terasa panas .

" Are you blushing baby?" Amaris menjeling ke arah Riven .

" Ehem hormatlah sikit kami single ni ."  Erela membuat muka pasrah . Mereka segera menoleh ke arahnya

" Kahwin la " pantas Amaris menjawab. 

" Aku bukan macam kau jodoh sampai awal yang sampainya bodoh  mesti terjangkit dekat tungau ni " dia menunjuk ke arah umi

" Eh kau sedap mulut kau panggil aku tungau . Dasar mangkuk tingkat. Kalau aku tungau kau tu lalat " bidas umi geram .
Tergeleng kepala Amaris .

" Oh ya majlis resepsi kau nanti buat dekat istana sana ya nenda nak sangat majlis kau buat dekat sana . Almaklumlah cucu bongsu kan . Bulan depan ya majlis kau " Amaris mengangguk faham .

" Awak Reen mana ?" Soalnya pada Riven .

" Ada dekat mummy " Amaris segera bangun dari duduknya .

" Nak pergi mana?" Soal Riven .

"Pergi dekat Reen" Riven mengangguk.  Amaris mencari susuk tubuh anak tirinya itu 

" Reen " dareena segera menoleh . Tersenyum lebar dia melihat Amaris di depan mata .

"Mama" dipeluk erat kaki Amaris .

" Reen lapar . Reen nak mama siapkan Rin boleh?" Soalnya dengan mata yang dikelipkan beberapa kali .

" Aih Reen nanti kotor baju mama . Tokmy suapkan ya " Reen menggeleng.

" Reen taknak tokmy Reen nak mama yang suapkan Reen " Amaris tersenyum.

" Boleh sayang sini mama suapkan ya" tersenyum lebar Reen .

" Bismillahirrahmanirrahim " Amaris menyuap nasi ke dalam mulut anaknya.  Riven datang ke dapur mencari isterinya

" Patutlah lama ,suap anak makan ..abang taknak suap?" Usik Riven . Amaris menjeling tajam . Riven bergerak ke ruang tamu semula .

" Best nampak ? Seronok mak kau suapkan ? Ops maksud aku nak tiri kau suapkan?" Reen hanya menunduk takut untuk memandang muka di depannya. 

" Oh btw aku Cindai . Cindai Arasya " Amaris hanya mengangguk.

" Oh kenapa kau kahwin dengan abang riv eh? Bukannya kau layak pun . Yang lebih layak tu aku " dengan penuh riak dia bercakap begitu

" Sya apa yang kamu merepek ni?" Cindai hanya menjulingkan matanya ke atas

" Betullah apa yang Sya . Yang layak jadi menantu Maksu adalah Sya bukan perempuan ni" jarinya menunding ke arah Amaris

" Macam ni lah cik penyidai eh maksud saya Cindai . Saya rasa cik tak perlu kot nak pertikaikan benda ni sebab semua ni kan takdir dan jodoh saya tu abang riv "  Dengan penuh sopan Amaris membalas.   Dia segera membasuh tangannya.

" Reen jom sayang " dia segera berlalu pergi . Jika melayan pasti lagi menjadi. 

AMARIS masuk ke dalam biliknya. Badan direbahkan di atas katil.

" Letihnya " dia mau melelapkan mata .

" Mandi dulu sayang tak elok tidur waktu ni " Riven menegur isterinya.

" Ya Allah terkejut saya . Sejak bila awak ada dalam bilik?" Soal Amaris terkejut .

" tadi waktu sayang tengah sibuk dengan Reen " Riven membuat muka merajuk .

" Oh okeyh " Riven memandang ke arah isterinya. Oh je ?

Selesai solat maghrib Amaris keluar dari bilik mencari anaknya  

" Mummy nampak Reen tak ? " Soalnya pada si ibu mertua.

" Dekat pool rasanya " Amaris segera ke arah kolam renang  

" Eh kau tau tak mak kau tu tak sayang kau pun . Dia tu cuma nak harta bapak kau saja " sayup sayup Amaris mendengar suara Sya  dia bersembunyi di belakang tiang mau mendengar setiap butir perkataan dari mulut Cindai

" Tak mama sayang Reen . Mama taknak harta daddy " Reen menjawab dengan suara takut takut

" Yakinnya kau . Dia tu cuma nak harta lepas dia dapat harta bapak kau dia akan tinggalkan kau dengan bapak kau macam mana mau kandung kau buat dulu " Reen menggeleng kepalanya.

" Tak auntie Sya tipu . Mama tak macam tu " Reen meninggikan suara pada Cindai. 

" Eh berani eh kau tinggikan suara dekat aku " dicubit lengan Reen dengan kuat. 

" Kau menangis aku lempar kau dalam kolam tu " Reen menahan tangisnya .

"Hiks mama tak kan buat macam tu hiks " Cindai menolak Reen masuk ke dalam kolam .

" Ya Allah Reen " jerit Amaris . Dia tidak menyangka Cindai akan menolak anaknya . Mereka di dalam rumah segera keluar mendengar jeritan dari Amaris . Dia membawa anaknya naik ke tepi kolam .

" Kau nak bunuh budak ni ka ? Apa masalah kau huh?" Tengking Amaris .

ONLY HER [C]Where stories live. Discover now