The First Day

1.9K 103 1
                                    


Ali terbangung dari tidurnya, menatap langit-langit kamar yang berbeda dari kemarin. Ibunya menyiapkan kamar dengan pemandangan yang sangat indah. ​

Begitu terbangun Ali akan langsung disuguhkan dengan pemandangan danau pelangi. Ali tak tahu mereka menamainnya apa, tapi Ia langsung teringat salah satu fenomena alam klan bumi begitu melihat warna yang ditampakkan danau tersebut. Pada bagian atas pinggiran danau tanpak warna merah melingkari sekeliling danau sekitar setengah meter, lalu berganti warna hijau, lalu kuning.

 Pada bagian atas pinggiran danau tanpak warna merah melingkari sekeliling danau sekitar setengah meter, lalu berganti warna hijau, lalu kuning

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi danau pelangi yang terlihat dari kamar Ali namun dengan keteraturan warna seperrti pelangi

Walau dari kamar Ali Ia hanya bisa melihat sampai warna kuning, tapi Ia yakin semakin dalam danau itu warna yang dipantulkan mengikuti urutan warna pelangi. Tak susah menjelaskannya, di klan bumi pun ada fenomena yang sama walau warnanya tak seteratur itu.

Beberapa burung liar berwarna-warni yang tak Ali kenali mematuk-matuk rerumputan hijau yang tumbuh di sekitar danau, suara ciutan hewan-hewan lain juga terdengar, menambah keindahan pagi itu.

Ali tersenyum, Ia dapat mendengar suara spatula beradu dengan wajan, hidungnya mencium aroma lezat makanan. Ibunya tengah memasak. Sungguh hal aneh mengingat teknologi sagaras yang sudah begitu maju, harusnya mereka mempunyai teknologi membuat makanan tanpa memerlukan api tapi Ali jelas melihat semua peralatan masak bumi juga ada dalam rumah Ibunya, seakan Ibunya tak ingin meninggalkann cara-cara masak bumi yang mungkin di sagaras sudah dianggap purba.

"Ali, bangun sayang" Ibunya berteriak dari lantai bawah, lagi-lagi Ali tersenyum. Ini suasana pagi yang benar-benar Ia impikan.

Namun detik selanjutnya senyumnya pudar, tak ada lagi sekolah, tak ada pak Gun dengan ceramah dan pelajaran biologinya, juga tak ada lagi Seli dengan segala pertanyaannya. Pun tak ada lagi gadis berambut panjang yang setiap hari ingin Ia jahili, mata indahnya yang melotot setiap Seli menggoda, juga wajahnya yang memberenggut setiap kesal.

Ini baru hari pertama, apakah Ia sudah merindukan Raib?

***

Raib menatap datar bunga-bunga yang sedang bermekaran di balik jendela. Tanpak jelas mata Raib yang bengkak, ditambah bagian bawah matanya yang hitam, efek kurang tidur. Raib sudah berusaha sekuat tenaga menerima semua, bahwa mungkin kemarin adalah pertemuan terakhirnya dengan Ali. Walau rindunya semakin besar, Ia yakin tak sanggup melewati gerbang-gerbang SagaraS sendirian.

Mungkin juga benar, tak ada lagi yang menarik di klan bumi untuk Ali. Masalah-masalah klan telah selesai. Tamus dan Lumpu kehilangan kekuatannya, pangeran tanpa Mahkota masih aman di dasar laut bersama ceros. Sedangkan SagaraS benar-benar definisi tempat impian Ali. Tempat sumbernya segala pengetahuan, teknologi termutakhir dan tentunya di sana ada manusia yang paling berharga untuk Ali.

"Kenapa dingin sekali" suara teman-temannya memecah lamunan Raib "Wajar saja ini masih pagi" teman lainnya menimpali "tapi biasanya tidak sedingin ini" Raib menghela nafas, berusaha mengirimkan energi ketenangan ke tubuhnya, Ia tak ingin merugikan orang lain karena kesedihannya. Bagaimana pun semua sudah terjadi, Ia hanya harus menerima. dan membiasakan diri tanpa kehadiran Ali.

"Ra" Diantara teman-temannya, ada Seli. Sahabatnya itu menatapnya khawatir, tapi tetap mencoba tersenyum.

"Ini baru hari pertama, dan kau sudah serindu itu" Seli menggoda dengan nada jahilnya. Raib melotot "Siapa yang rindu?"

"Benar kata Dilan, rindu itu berat sampe naging-nangis"

"siapa yang nangis?"

"sampe kurang tidur?"

"siapa yang kurang tidur?"

Seli hanya terkekeh sambil menatap sahabatnya yang saat ini sedang melotot dengan kening mengerut, hilang sudah wajah sedihnya.

"Nanti kalau Ali balik, aku bilangin, jangan sampe ninggalin Raib lagi. Bisa-bisa satu bumi ini membeku"

Raib terdiam, dalam hati mengamini. Semoga suatu hari nanti Ali bisa kembali.


To be Continued......

After SagarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang