4. Emosi

487 18 4
                                    

“Dasar wanita tidak tahu diuntung!” keluhnya menjatuhkan pantatnya di ranjang  empuk dengan kasar.
Ruangan temaram dengan cahaya minim menjadi tempat melepas penat dan keluh kesahnya selama ini, tak lain adalah apartemen tempat tinggalnya melewati kehidupan kejam ini. Sengaja tak menyalakan lampu utama membuat suasana temaram karena perasaannya sedang kacau. Sehabis pertengkarannya dengan wanitanya, memilih pulang ke apartmen.
“Semuanya telah pergi,” teriaknya keras. “Semua bisa bahagia, kenapa gue, nggak? Apa salah gue?” tanyanya entah pada siapa, menumpahkan isi hatinya.
“Kakek, bawa Marvel pergi dari dunia ini.” teringat seseorang berjasa dalam hidupnya dengan perasaan bersalah atas jalan hidup yang ia pilih. “Marvel lelah dengan semua ini, Maafin, Marvel,”
Tak banyak yang tahu, bila Marvel memiliki masa lalu kelam. Di usianya masih kecil, tepatnya ketika 10 tahun harus menerima kenyataan pahit, orangtuanya bercerai karena ketahuan sama-sama selingkuh. Karena sudah tidak saling mencintai meski ia telah hadir di dunia di tengah mereka.
Sedih dan hancur, itulah perasaannya karena sudah tak memiliki siapa-siapa lagi yang menyayanginya. Untungnya kakeknya dari sang ayah mau merawat dan mengasuhnya hingga dewasa di apartment tersebut. Sayang, tepat usianya menginjak 18 tahun kakeknya meninggal, membuatnya harus bisa berjuag sendiri tentunya dengan mengandalkan suara emasnya dan warisan.
Ting
Ponselnya berdering, namun diabaikannya karena ia tidak ingin diganggu. Hingga ponsel itu berdering berkali-kali mulai mengusiknya.
Group bangsat, itulah nama perkumpulan online yang terdiri dari tiga orang termasuk dirinya ditengah hidup kesepiannya selama ini.
Ia mendesah kecil teringat sehabis menyanyi di acara pernikahan orang, ia memilih pulang dulu dan menunda waktu kumpulnya dengan teman-temannya. Niat hati ingin mengingatkan Putri untuk tidak pergi jauh dan banyak beraktivitas apalagi berlari seperti di mall sebelumnya, malah berujung pertengakaran hebat. Dan itu membuatnya kesal bukan main, apalagi masih teringat dirinya hendak ditampar Putri meskipun  pada akhirnya ia yang menampar wanita itu sama sekali tak membuatnya merasa bersalah.
Ceklek
Pintu terbuka membuatnya menoleh. Bayangan hitam membentuk lekuk tubuh proporsional molek sedang berjalan mendekat, bau wangi semerbak mulai menusuk indra penciumannya.
“Are you OK, baby?” tanyanya mendayu langsung mendudukkan tubuh diatas kedua paha Marvel.
“Monica,” Marvel mengenal suara itu, wanita cantik dan seksi mengenakan dres ketat warna maroon dengan make up penuh di wajahnya. tak lain adalah teman dekat sering menghabiskan waktu bersama dari dulu.
“No,”
“Why?” Marvel memicing tak suka akan keingintahuan Monica., bukankah wanita itu tahu urusan pribadinya tak ingin diusik.
“Sorry, tapi aku khawatir, baby.” Monica memeluk tubuh Marvel seraya membenamkan wajahnya di dada bidang Marvel yang telanjang itu.
Dialah Monica, wanita yang dekat dengan Marvel sejak duduk di bangku SMA meski tanpa hubungan yang jelas walau begitu ia tetap mau. Entah Monica telah menjadi wanita yang keberapa hadir menemani Marvel. Pasalnya laki-laki itu sering gonta ganti wanita namun tidak ingin terikat sebuah hubungan, katakanlah pacaran. Masa lalu orangtuanya telah membuatnya mati rasa tenggelam dalam trauma menjalin hubungan yang bisa berujung perpisahan karena perselingkuhan.
“Want to play with me, baby?” bisiknya menawar menatap sayu mata Marvel yang sendu.
Jujur ia senang melihat mainannya datang, ya wanita itu dianggapnya mainan sejak dulu terlepas apa yang telah mereka lakukan selama ini. Marvel menggeleng sebenarnya ingin, namun suasana hatinya tidak memungkinkan untuk menuntaskan seperti biasa mereka lakukan. Anggaplah dia brengsek karena ia terbiasa melakukan hal tidak senonoh namun percayalah ia tidak sampai kebablasan layaknya ketika melakukannya dengan Putri.
“Sayangnya aku tidak menerima penolakan.” Monica mendekatkan wajahnya langsung meraup bibir Marvel. “Aku menginginkannya.”
Marvel memejamkan mata menyambut bibir lembut itu dengan lunatan liarnya. Hingga keduanya tidak bisa mengelak saling beradu lidah menimbulkan suara decapan khas orang berciuman memenuhi ruangan. Diakui Marvel permainan wanita itu masih sama. Ya, Marvel dan Monica dulu pernah bermain panas di atas ranjang ketika masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Hinggat satu kenyataan yang ia dapatkan, dirinya bukanlah yang pertama untuk wanita itu.
“You are so hot, Ca.” ucapnya terengah usai melepas tautan bibir itu.
“I know that. Do you like it?” seringainya puas.
Marvel mengangguk lantas menyerang bibir Monica yang terlihat basah. Monica membalasnya hingga kedua bibir itu kembali bertaut untuk kedua kalinya malah jauh lebih liar daripada sebelumnya.
Secepat kilat Marvel mengubah tubuh wanita itu di bawah kungkungannya tanpa melepas tautan bibir itu. Posisi yang intim itu menguntungkannya berbuat lebih panas lagi untuk menyerang titik sensitive lainnya di tubuh seksi wanita itu. Sedang wanita itu hanya menggeliyat seraya  mendesah tak karuan menikmati sentuhan dan serangan nikmat di tubuhnya.
Jder
“Dasar brengsek!”
“Ke … kenapa baby?” Monica kecewa, tiba-tiba Marvel berhenti.
“Ini salah,” Marvel beranjak meninggalkan Monica begitu saja dengan penampilan berantakan.
“Whats? Dia kenapa?” Tidak biasanya laki-laki itu menolak permainannya. Monica membenahi gaunnya yang melorot menampilkan bra hitamnya menyusul Marvel yang pergi meninggalkannya begitu saja yang sudah horny.

Marvel terlihat kusut sekarang, terdapat kantung hitam di bawah matanya menunjukkan kurang tidur. Ya, semalam usai batal bermain dengan Monica di apartemen, pikirannya berkelana tak henti memikirkan Putri. Dan hari ini, ia harus kuliah walau keadaannya kurang mendukung.
“Bro, elo semalam kemana?”
“Diam, jangan ganggu gue, Kev,” desisnya kesal, menatap laki-laki di sebelahnya yang sedari tadi mencolek lengannya, membuatnya terganggu.
Kevin heran seraya memperhatikan detail wajah Marvel tampak berbeda dari biasanya, terlihat menyedihkan. “Eh wajah elo kenapa, kusut begitu. Mata elo, kurang tidur elo, kelamaan mainnya sama Monic sampai kurang tidur.” Penampilan Marvel yang tidak biasanya tidak luput dari perhatian teman-teman kuliahnya.
‘Sial,’ umpatnya kesal.
“Atau jangan-jangan batal main, ops.”
“Elo lanjut, kita baku hantam sekarang.” ancam Marvel menatap tajam Kevin.
“Sorry bro.”
“Ya elah bro, mau elo jadi atau kagak main sama Monic kan urusan kalian. Santai aja bro.”
“Tapi masalahnya disini, kenapa muka elo kusut begitu? Ada masalah?” peduli teman satunya, Bastian tipe orang serius namun peduli. “Cerita kalau ada masalah, kita siap bantu.”
Marvel menghela nafas panjang. Disini masalahnya pelik, temannya tidak ada yang tahu akan statusnya yang telah menjadi suami dan sebentar lagi punya anak serta belum tentu paham akan perasaannya. Ya mereka adalah Bastian dan Kevin, teman kuliah sekaligus seperjuangan mengais rezeki sendiri tanpa bantuan keluarga yang tentunya tahu maslaah masing-masing termasuk kehidupan Marvel itu.
“Bukan apa. Gue hanya kecapekan aja.”
“Nah tuh, bener kan elo habis main sampai kecapekan gitu.” Marvel menatap tajam Kevin yang selalu ingin tahu dan cerewet terhadapnya.
“Tapi stop. Kalau elo main sama Monica, kenapa tadi malam gue lihat dia sama cowok.”
Marvel menoleh Bastian. “Jam berapa elo lihat?”
“Jam 11.”
“Sial. Dasar jalang.” umpat Marvel yang dapat di dengar teman-temannya.
Inilah yang ditakutkan Marvel, menjalin hubungan dengan wanita akan berakhir dengan pengkhianatan seperti kedua orangtuanya dulu. Ia semakin yakin meneguhkan hati untuk tidak menjalin hubungan walau sayang prinsipnya itu telah runtuh karena kecerobohannya dengan Putri membuatnya terikat tidak bisa lepas tanggungjawab.
“Elo bilang apa, jalang?”
Marvel diam. “Gue sama Monic nggak ada hubungan selain sebatas teman. Jadi nggak mungkin gue main sama tuh cewek lagi.” Walau semalam hampir melakukannya dengan Monica, untungnya tidak jadi. Katakanlah ia merasa bersyukur bayang-bayang Putri tiba-tiba datang, bila tidak ia akan melakukannya dengan wanita murahan itu.
“Tapi dulu,”
“Itu dulu, dua tahun lalu. Setelah itu gue hanya main aman aja.” Apalagi setelah tahu dirinya bukan yang pertama, membuatnya menatap jijik Monica.
Lagipula laki-laki mana yang menolak bila disuguhkan jamuan oleh wanita itu. Ya, Monica sendiri yang datang menggodanya dan memberinya izin melakukannya, namun ia tetap teguh untuk tidak sampai pada penyatuan.
“Terus yang di perempuan di mall itu …,” Kevin teringat sesuatu.
Marvel terdiam teringat kejadian di mall tidak sengaja bertemu Putri.
“Ya, cewek hamil sama orang aneh kayak manggil elo.,” imbuh Bastian.
“Gue nggak tahu, nggak kenal.” Bohongnya menutupi pura-pura tidak mengenal Putri, tahu yang dimaksud kedua temannya itu adalah Putrid an ayah mertuanya. Sungguh ia malas membahasnya.
Dret dret
Ponselnya berdering membuat pembicaraan mereka terhenti. Marvel merogoh ponsel di saku celananya lantas melihatnya.
“Mamah?”beonya terkejut namun malas mengangkatnya.
Ting
‘Mamahmu kecelakaan. Cepat ke rumah sakit ajak istrimu sekalian.’
Deg

MELAHIRKAN ANAK untuk BERONDONGWhere stories live. Discover now