24. Terguncang

548 17 3
                                    

"Dok, tolong istri saya!"

Marvel berteriak, keras, mengalihkan perhatian pasang mata tertuju padanya dengan pandangan tak asing dan kaget secara bersamaan. Istri, pikir mereka tak percaya. Entah sadar atau tidak dengan apa yang barusan diucapkan, ia telah membongkar rahasianya sendiri yang sebelumnya telah menggemparkan café dan kini giliran di rumah sakit.

Tak berselang lama, beberapa perawat datang seraya mendorong brangkar kosong. "Silahkan Mas, istrinya ditidurkan disini."

Marvel langsung merebahkan tubuh Putri disana dengan hati-hati. Semua perawat menatap Marvel dan Putri bergantian seolah memastikan apakah yang mereka lihat di depan mata itu benar adanya, Marvel Raharja, penyanyi yang diketahui masih single alias belum menikah. Lalu kenapa sekarang mendeklarasikan sendiri telah beristri yang kini tengah hamil.

Lain dengan Putri, diam-diam mengulas senyum tipis di bibir mendengar mendengar panggilan 'istri' pertama kali keluar dari mulut Marvel untuknya di hadapan umum. Apakah ini pertanda, Marvel menunjukkan status mereka pada orang lain. Yang jelas, wanita manapun pasti ingin status yang jelas, bukan.

"Mas, sebaiknya lukanya diobati," ujar salah satu perawat yang lebih peduli dengan keadaaan Marvel.

Marvel menunduk menatap lilitan kain berlumur darah di tangan kanannya, tak lain untuk membungkus lukanya supaya darahnya berhenti keluar. "Tak masalah. Kondisi anak saya jauh lebih penting sekarang ketimbang keadaan saya."

Kaget namun itulah kenyataannya bukan, pengakuan keluar langsung dari mulut Marvel membuat mereka yang tak percaya tidak bisa berkutik selain percaya. Perawat itu tak bisa memaksa, lantas menurut dan mendorong brangkar dengan dibantu Marvel guna mendapatkan pertolongan secepatnya dari dokter.

Seiring langkah lebar menghentak lantai dan bunyi gesekan roda pada lantai, Marvel menggenggam erat tangan Putri seraya memanjatkan doa untuk keselamatan sang anak.

Hingga tibalah langkah Marvel terhenti dihadang perawat saat brangkar yang membawa Putri masuk ke dalam ruangan. "Maaf, Mas silahkan tunggu diluar."

Marvel menurut, berdiri di depan pintu yang telah di tutup rapat dari dalam dengan pandangan hampa dan perasaan kacau. Banyak yang dipikirkan mulai dari anaknya, Putri dan tentunya kejadian beberapa detik lalu yang terekam jelas di kepala namun rasanya seperti mimpi.

"Anakku, bertahanlah. Maafkan papamu ini yang terlambat menolongmu."

Dari sekian banyaknya yang dipikirkan, hanya anaknya saja yang menguasai pikirannya.

"Vel, Putri gimana keadaannya?"

Marvel tersentak, menoleh mendapati Bastian terengah-engah berdiri dihadapannya.

"Masih diperiksa dokter di dalam. Semoga anak gue baik-baik ..."

Bugh

"Elo gila? Seharusnya elo mendoakan Putri juga. Nggak hanya anak aja. Kalau ibunya baik-baik saja sudah pasti anak elo baik juga, brengsek!"

Marvel melengos membuang nafas kasar, benar, namun tak sedikitpun kekhawatiran dalam dirinya untuk Putri. Apa ayng terjadi sekarang murni kesalahan Putri sendiri, hingga merelakan anaknya ikut terkena imbasnya, begitupun dirinya.

"Elo lihat sendiri, dia yang bahayain dirinya sendiri. Anak gue yang terkena sialnya."

Bastian terdiam, apa yang dilakukan Putri memang salah namun sesaat mengggelengkan kepala, di mata Marvel Putri selalu salah. Bukannya ingin membela, di posisi Putri sangatlah sulit, wajar bila emosi seperti itu, meski ia tak membenarkan juga tindakan Putri membahayakan diri sendiri dan orang sekitar terlebih keadaannya tengah hamil.

MELAHIRKAN ANAK untuk BERONDONGWhere stories live. Discover now