enam belas

833 133 5
                                    

Sarah menggebrakan meja dengan kuat ketika mendengar Gisella mengurungkan niat nya untuk mutusin Melvin, "Shit Gi are you crazy?" logat bule nya seketika keluar ketika ia sudah murka, "Gila ya lo?!! Masa di gituin aja udah luluh?!"

Jira menarik Sarah agar kembali duduk, karena meja tempat mereka berkumpul sudah menjadi pusat perhatian banyak orang di kantin, "Kak ayo duduk dulu."

Sarah menghela nafas kasar lalu menuruti perkataan Jira, ia menatap lekat sahabat nya yang tengah menunduk dan tak bergeming sedikit pun.

"Sekarang jelasin sama gue Gi, apa alasan lo mau mertahanin dia selain ucapan dia kemarin?" tanya Sarah yang mulai melembut.

Gisella menggelengkan kepala pelan, "I have no reason."

Sarah memijit pelipis nya yang pening, "Terserah lo deh, Gi. Kalo emang lo masih mau mertahanin, yaudah jangan di putusin. Tapi gue gak mau ikut campur if someday he's cheating you again." tegasnya yang membuat Gisella makin terasa runyam.

"Cheating is like a drug, lo tau sendiri kan? Lama lama bisa jadi penyakit dan bakal keterusan, apa lagi dia selingkuh gak cuma sama satu cewe." Sarah beranjak dari duduk nya, berpindah untuk lebih mendekat ke arah Gisella. Di rangkul erat sahabat dekat nya itu, "Gi, gue cuma khawatirin lo. Gue gak mau kejadian yang sama terulang terus menerus. Gue gak mau temen gue masuk jebakan buaya. You deserve better, Gisella."

"Yang di bilang kak Sarah itu bener kak. Aku tau kakak sayang sama bang Melvin, tapi perasaan tulus kakak itu gak pantes buat dia. Yakin deh, kakak bakal ketemu orang yang sama tulus nya kayak kakak. But now, you have to let go someone who has hurt you." imbuh Jira menambahkan.

Mendengar ceramah yang di lontarkan oleh kedua sahabat nya membuat Gisella mantap dengan keputusan pertama nya. "Oke, gue bakal putusin dia. He doesn't deserve me."

Gisella bergerak gelisah, dari tadi kedua mata nya terus memandang ke arah jendela luar cafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gisella bergerak gelisah, dari tadi kedua mata nya terus memandang ke arah jendela luar cafe. Sudah hampir satu jam ia menunggu Melvin sejak gadis itu mengirimkan lokasi seperti yang telah di janjikan kemarin.

Gisella sendiri cukup terheran, dia sangat tau kalau Melvin adalah orang yang tepat waktu. Seperti sebelum sebelumnya, pemuda itu tidak pernah telat sedikit pun untuk menjemput, mengantar atau kegiatan yang lain nya yang berhubungan dengan waktu.

Ia bersandar ke kursi kayu yang sedang di duduki nya, menyumbat kedua telinga dengan earphone agar menjauhkan rasa bosan nya.

Cuaca di luar cukup mendung, entah karena memang sudah pukul empat sore, atau pertanda hujan sebentar lagi akan turun. Namun, Gisella bertekad akan memutuskan hubungan nya dengan Melvin hari ini, bagaimana pun cara nya.

Tanpa sadar, Gisella memejamkan mata nya sambil melipat kedua tangan di dada, menikmati lagu yang berputar dari playlist nya.

Tak lama ponsel nya bergetar, menandakan ada notifikasi pesan yang masuk. Buru buru Gisella mengecek ponsel nya yang ia pikir adalah notifikasi dari Melvin.

Favorite Crime | Jihoon GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang