28

5.3K 535 276
                                    

Naruto memarkirkan mobilnya di halaman rumah—melirik sekilas jam digital yang ada di head unit mobilnya. Bibirnya merutuk pelan, tak habis pikir tentang Karin dan segala kebodohannya. Wanita itu memiliki toleransi alkohol yang rendah sehingga mudah mabuk walaupun hanya minum sedikit. Ditambah lagi dengan kondisi tubuhnya yang memang cenderung lemah dan mudah sakit, sehingga membuat Naruto yakin bahwa Karin akan jatuh sakit, demam setelah menenggak cairan beralkohol tersebut.

Maka dari itu, ketika mengetahui bahwa Karin kembali menyicip minuman tersebut, Naruto tidak bisa tidak peduli. Sekeras apa pun Ia memasang pertahanannya terhadap wanita itu, Naruto tentu tidak akan mengabaikannya, lagi.

Tidak, Naruto tidak bisa.

Tanpa pikir panjang, Naruto pun segera menyusul Karin, ke tempat yang sudah sangat dikenalinya, yang bahkan sandi keamanan unitnya pun masih sangat dihafalnya di luar kepala.

Naruto menghela napas kasar, berkali-kali, sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Lampu ruang tamu dan ruang tengah telah dimatikan, tetapi tidak dengan dapur yang bersambung dengan ruang makan. Dahi Naruto mengernyit sesaat dan menyambangi ruangan tersebut hanya untuk menemukan Hinata yang tengah tertidur di meja makan.

Mata Naruto sedikit membelalak kaget, apalagi melihat posisi tidur istrinya itu yang sedang duduk dengan kepala yang menumpu pada meja makan. Jejeran sushi yang ada di atas meja pun terlihat belum tersentuh sama sekali—menandakan bahwa wanita itu belum makan dan menunggunya pulang.

Setelah memacu langkah kakinya mendekati Hinata, Naruto lalu mengulurkan tangannya untuk menyingkap helaian rambut yang menutupi wajah cantik wanita yang tengah terlelap itu. Ia kembali mengambil napas panjang, dihantam rasa bersalah karena membuat Hinata menunggunya sampai selarut itu. Mengamati wajah damai Hinata, mau tidak mau Naruto kembali mengingat perkataan Karin tadi.

Menekan angka demi angka hingga pintu apartemen itu berbunyi, Naruto segera menyelonong masuk ke dalam. Matanya seketika tertuju pada Karin yang tengah duduk seorang diri di sofa tengah sambil memutar-mutar sebuah rock glass di tangannya.

Untuk beberapa detik, Naruto hanya terdiam, memandang Karin dengan tatapan tajamnya yang dibalas santai oleh wanita bersurai merah gelap yang hanya memakai jubah tidur itu.

"Kau benar-benar datang," ucap Karin tenang. "Pada akhirnya, kau selalu datang."

Naruto melangkah menghampiri dengan langkah tegas. "Kau berbohong," ujarnya terdengar sinis, setelah pandangannya mengitari ruangan apartemen dan tak menemukan siapa pun selain Karin.

Karin mengedikkan bahunya tak acuh—menaruh gelas yang sedari tadi memang belum disentuhnya, sebelum bangkit berdiri dan berjalan ke arah Naruto.

Naruto memejamkan matanya menahan geram, dan kembali membukanya kala merasakan usapan lembut di dadanya.

"Bisa kita bicara?" tanya Karin seraya tersenyum kecil.

"Kita memang harus bicara," ucap Naruto kemudian. "Tapi kau tidak harus berbohong hanya untuk membuatku datang kemari."

"Kalau aku tidak berbohong, kau pasti akan mencari seribu alasan lain untuk tidak datang," balas Karin meraih lengan Naruto—menarik pria itu untuk ikut bersamanya ke sofa.

Namun, Naruto hanya bergeming.

"Duduk dulu," sambung Karin.

"Sebenarnya, apa yang kau inginkan?" tanya Naruto langsung pada intinya—mengabaikan ajakan wanita itu.

"Aku?"

"Kau mengatakan yang tidak-tidak pada Hinata, bukan? Saat kalian bertemu."

Bibir Karin menyunggingkan sebuah senyuman sinis. "Dia mengadu padamu?"

Secretly Married [NaruHina] ✅Where stories live. Discover now