06. Tak terduga

467 60 0
                                    

.

.

.

6 bulan kemudian

Karir Jerry semakin melejit dengan lagu terbarunya. Walau ia tak bisa tampil di panggung karena kondisinya, namun para fans akan setia menunggu hingga ia bisa.

"Kerja bagus Jerry!"

Pemuda manis itu tersenyum kepadanya. "Bayimu semakin besar. Sudah berapa bulan?" Tanya orang itu.

"8 bulan 7 hari."

"Wah.. setelah bayi ini lahir, kapan kamu bakal cerai sama Mago?" Pertanyaan itu lagi. Kenapa dia selalu bertanya? Jerry menatapnya jengah. "Kamu kenapa, sih? Udah aku bilang itu mustahil."

"Aku kasihan sama kamu. Kalau kamu nikah sama aku, aku bakal jaga kamu! Gak akan nyiksa kamu seperti yang Mago lakukan."

Satu langkah mundur Jerry lakukan. "Kamu.. suka sama aku?" Ia menatap pria itu dengan tatapan aneh. "Tentu saja. Kalau bukan, kenapa aku masih setia melajang sampai sekarang? Buat apa aku nemenin kamu selama ini kalau bukan karena aku mau jadi milikmu!?"

Orang itu semakin mendekat. "Kamu gila, Nando!" Jerry menyeret kakinya untuk keluar studio. Namun terkunci.

"Kamu pikir bisa lari dari aku?"

Oh God! Jerry pikir, ia selamat karena Mago akhir-akhir ini melunak. Ternyata sekarang ia telah masuk ke kandang harimau lain.

Nando memeluknya dari belakang. "Kamu tau, aku itu cinta banget sama kamu. Kamu cantik, baik, dan juga.. seksi." Kekehnya di telinga Jerry. Tangan nakalnya meremas benda kenyal milik jerry.

"Aku penasaran, gimana rasanya seks bareng orang hamil."

Sebelum Jerry menjawab, ia membekap mulut pria manis itu. "Sstt.. kamu harus berterimakasih sama aku.  Kasi aku reward dong. Dengan tubuhmu contohnya."

Jerry hanya bisa menggeleng pelan dan menangis. Berharap seseorang menyelamatkannya.

Tubuhnya tiba-tiba terjatuh ke sofa miliknya. Nando memaksa agar celananya terbuka. Mencium bibirnya dengan ganas. Jerry berusaha melawan, namun jika terlalu kuat, maka bayinya akan terluka.

BRAK

Seorang pria mendobrak pintu dengan mata membara. Ia mendorong Nando menjauh. Meninjunya hingga pria itu pingsan.

"BAJINGAN! Menyentuh milik orang lain." Teriaknya. Setelah puas, ia menghampiri Jerry yang sangat menggenaskan. "Sayang.." Ujarnya lembut. Mengusap wajah manis itu.

"Hiks hiks.. Mago.." Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia bersyukur memiliki Mago. "Bertahanlah." Mago menggendongnya dengan hati-hati. Takut jika pria yang ia cintai semakin terluka. Jerry mengeratkan pelukannya di leher sang suami.

.

.

.

"Bagaimana?"

Cello menggeleng kecil. 6 bulan berpacaran dengan Baraji, ia berpikir akan dapat sesuatu. Harka mengusak rambutnya kasar.

"Cari lagi. Pancing terus dia. Papi yakin, ada yang gak beres sama Aji. Dan tolong jangan sampai babamu tau. Dia sahabat terbaik Jerry."

"Siap, papi." Merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, ia keluar dari ruang kerja sang papi. "Lele?"

Dirinya terkejut mendapati babanya. "Baba! Ngagetin Lele aja."

Renand menaikkan satu alisnya. "Tumben kamu masuk ke situ. Habis ngomongin apa?" Matanya bergerak gelisah. "Pertandingan basketnya Sura. Iya basket! Minggu depan dia tampil. Katanya papi mau ikut."

"Baba boleh ikut juga?"

"Boleh dong. Lele laper, nih. Cari makan di luar yok, ba."

Sang baba menyetujui saran putranya. Ia sedang malas masak. Tidak ada salahnya menghambur uang suami. Lagi pula, sekarang hubungan mereka merenggang. Ia tak perlu memasak dan peduli pada suaminya.

.

.

.

Harka memijat dahinya. Kasus ini sangat sulit di pecahkan. Korban semakin banyak.

Ia melirik beberapa foto mayat yang telah ditemukan. Pola potongan tubuh mereka sama. Berjumlah 21. Namun, Cello pernah mengatakan bahwa sebenarnya berjumlah 23. Lalu kemana sisanya?

Sura. Ia pernah bertemu dengan pemuda itu di dekat lokasi ditemukannya mayat ke 6. Apakah ia harus mencurigai pemuda itu juga?

"Lama-lama rambutku bisa botak. Ck."

Perutnya berbunyi. Baiklah waktunya makan. Ketika menuju meja makan, kosong. Apa Renand tidak memasak? Tentu saja bodoh. Dia sedang marah pada Harka. Terlalu banyak yang pria tan itu sembunyikan.

"Ramen lagi, deh."

.

.

.

TBC.

RecordTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon