06. Close but far

1.3K 219 65
                                    

Halo

Vote + Comment

Enjoy!

.

.

.


"Loh kak Rasi kenapa belum tidur? Lagi ngerjain apa?" Tanya Bintang penasaran kala mendapati kakaknya tengah duduk seorang diri di ruang keluarga saat dirinya ingin mengambil air putih di dapur. Aneh sekali melihat Rasi yang biasanya sudah mengunci kamar dari jam 10 malam kini masih sibuk melakukan hal yang tidak Bintang ketahui apa itu, padahal sudah hampir tengah malam.

Rasi menatap sinis kearah adiknya yang tiba-tiba saja datang menghampiri. Ia tak menjawab pertanyaan Bintang yang baginya sangat tak penting, pemuda yang berstatus sebagai kakak itu memilih untuk fokus pada tugas seninya.

Bintang menghembuskan napas pelan karena kehadirannya tidak dihiraukan. Sudah seminggu sejak sang ayah marah pada Rasi karena mendengar aduan dari dirinya tentang kejadian saat berangkat sekolah di hari pertama ia pindah, kakaknya itu jadi menjauh dan menjaga jarak dengannya. Padahal sebelum kejadian itu Rasi masih mau berbicara atau membantu Bintang jika ia meminta tolong sesuatu walau Bintang harus bersiap diri mendengar omongan pedas dari kakaknya.

Tapi sekarang, berbicara atau membantu adiknya bukan hal yang ingin Rasi lakukan lagi. Menurutnya, Bintang itu sangat munafik. Rasi tau dirinya memang salah, tapi semua hal yang ia lakukan kemarin bermula karena Bintang sendiri yang memaksa ingin berangkat sekolah dengannya padahal dirinya sudah dengan jelas menolak hal itu. Jadi, bukan salah Rasi kalau ia menurunkan Bintang di tengah jalan kan? Lagipula Rasi sudah berniat untuk bertanggung jawab saat melihat asma adiknya kambuh di sekolah dengan mengajak Bintang pulang bersama, tapi anak itu sendiri yang menolak ajakannya.

Bintang yang menjadi biang awal permasalahan ini, tapi dirinya yang terlihat paling bersalah di mata ayah. Bagi Rasi, sangat tidak adil sang ayah hanya memarahinya tanpa menegur Bintang yang juga bersalah. Ia yakin sekali Bintang mengadu hal yang tidak-tidak tentang dirinya hingga membuat sang ayah marah dan menyalahkan dirinya saja.

Tangan Bintang terulur untuk mengambilkan gunting karena melihat kakaknya yang kesusahan menggapai benda tersebut.

"Ck, gue bisa sendiri," ketus Rasi dan mengambi gunting yang disodorkan Bintang dengan kasar.

"Kak Rasi masih lama ya bikin tugasnya? Abin bantuin mau ya? Biar kak Rasi tidurnya gak kemaleman."

"Gausah."

"Gapapa kak, sini Abin bantuin, Abin bisa kok. Ini stick ice cream nya mau dijadiin kerangka kayak di gambar itu kan?"

"Gue bilang enggak ya enggak! Lo tuli?! Gak denger gue bilang apa tadi? Hah?!"

"Abin denger kok, tapi Abin mau bantuin kakak.. Kak Rasi keliatan udah ngantuk, Abin gak tega biarin kakak ngerjain tugasnya sendirian. Apalagi ini udah jam sebelas malam, kakak gak boleh kurang tidur, nanti sakit. Mending Abin bantuin aja ya? Biar kak Rasi tidurnya gak kemaleman."

Bibir rasi terangkat menciptakan sebuah seringai kecil, terlintas di kepalanya sebuah ide untuk sedikit mengerjai Bintang. "Yakin mau bantuin gue?"

Bintang mengangguk mantap hingga rambutnya bergerak mengikuti gerakan kepalanya.

"Kalo gitu, lo lanjutin tugas gue sampe selesai. Bikin bentuk kerangkanya kayak contoh di gambar itu, gak boleh sampe salah, awas aja kalo ada yang salah. Sekarang gue mau tidur, besok pagi pas gue bangun tugasnya harus udah selesai, ngerti?"

Rasi Bintang || Jaemin - RenjunWhere stories live. Discover now