07. Assert

97.3K 13.3K 968
                                    

Hallo jumpa lagi. Ada yang nungguin? 😃

Makasih untuk yang sudah komen dan spam next dichapter sebelumnya. Maaf gabisa balas satu-satu 🙏🏻

Hari ini upload 1 chapter dulu ya....tapi 1800 kata kok, cukup panjang hampir kaya 2 chapter 😙
Spam komen sampai 500 baru author double up bahkan triple up 😚



Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Irina menghentikan langkahnya. Ia melihat Regina dan Ruby sedang mengobrol dengan Pangeran Hector. Untuk apa pagi-pagi begini pria itu dirumahnya? Entahlah. Irina tidak mengingat kejadian ini dimasa lalu. Ia sadar jika masa lalu dan sekarang terdapat banyak perubahan. Itu karena Irina mengubah banyak hal. Mulai dari pikiran, tujuan hidup, kegiatan yang ia lakukan, dan masih banyak lagi.

Irina terpaksa mendekat, tidak sopan jika melenggang pergi begitu saja. "Selamat pagi, Pangeran Hector." Sopan Irina seraya menekuk leher.

"Pagi." Balas Hector seraya melirik Irina yang sedang tidak menatapnya.

"Irina, ikutlah minum teh dan mengobrol bersama kami." Suara lembut Ruby terdengar.

Irina menggelengkan kepala, menolaknya. "Silahkan dilanjutkan. Permisi." Lantas membawa langkahnya untuk menjauh dari sana.

Ikut minum teh dan mengobrol? Ruby yang terlalu baik atau justru terlalu bodoh? Tidak bisakah wanita itu bergembira serta mengabaikannya, karena ia tidak lagi mengganggu hubungan mereka? Atau Ruby memerlukan pembuktian jika dirinya sudah tidak peduli terhadap hubungan mereka?

Mungkin Ruby hanya bersikap seperti yang sudah-sudah, berusaha dekat dengannya dan berharap hubungan mereka layaknya saudara pada umumnya. Namun Irina mendefinisikan lain, ia justru merasa Ruby sedang membuatnya cemburu dan ingin membuktikan jika wanita itu sudah menang. Ternyata berpikir positif itu tidak mudah, pikiran buruk masih saja menghampirinya.

Pohon delima yang tertanam didepan rumahnya sudah berbuah dan siap dipanen, ditandai dengan ukurannya yang mencapai 5 hingga 13 cm, juga kulit buahnya yang halus berwarna kuning kemerahan hingga merah. Irina mengambil keranjang berbahan bambu yang tidak jauh dari sana. Lalu mengambil gunting, gabungan dari dua pisau perunggu yang dihubungkan oleh mekanisme seperti pegas, membuat bilah-bilah itu terpisah sampai mereka terjepit bersama. Ia memanen delima tersebut menggunakan gunting agar batang tanaman tidak rusak.

Irina terkesiap pelan karena tiba-tiba, buah-buah delima tersebut terpisah dari ranting secara bersamaan, melayang lalu masuk ke keranjang. Ia menoleh pada sang pelaku, Pangeran Hector memetik buah-buah delima itu dengan sihirnya.

"Terima kasih sudah memudahkan pekerjaan saya, Pangeran." Entah apa maksud pria ini. Irina tidak tahu harus berkata apa selain mengucapkan terima kasih.

"Ibuku mengundangmu ke Istana. Beliau ingin membicarakan sesuatu denganmu, mengenai pakaian." Hector sengaja mendatangi Irina untuk menyampaikan amanat ibunya.

"Baik. Sampaikan pada Yang Mulia Ratu Isabella, saya akan ke Istana siang nanti." Sebenarnya Irina memang akan menemui Ratu Isabella, namun beberapa hari ini ia sedikit sibuk untuk mempersiapkan kepergiannya ke gunung putih.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang