35. Foínix

71K 11.4K 874
                                    

Btw, makasih untuk yang sudah komen dan spam next dichapter sebelumnya. Maaf gabisa balas satu-satu 🙏🏻

Upload 2 chapter. Keduanya jangan lupa di vote dan wajib ramein komen ya ☺️ klo pada gak rajin vote dan komen...mon maap klo besok-besok Author juga gak rajin up. 😅

> 1700 kata.


Happy Reading...

𝓣𝓱𝓮 𝓕𝓪𝓽𝓮 𝓸𝓯 𝓘𝓻𝓲𝓷𝓪

Irina melirik Helios yang kini berjalan di sisinya sambil menggenggam tangannya. Sepanjang langkah mereka, Helios hanya membisu tidak cerewet seperti biasanya. Wajahnya cukup kaku, jelas menandakan jika suasana hatinya sedang buruk.

Semalam mereka terbuai suasana oleh keintiman yang tercipta. Helios mencecap inci demi inci kulitnya yang terbuka, tangan kuat tersebut juga meraba tubuhnya dengan lembut dan penuh pemujaan. Semalam Helios benar-benar menggelap oleh gairah.

Tiba-tiba Helios menghentikan sejenak keintiman mereka. Setelah ia bertanya, Helios berkata bahwa pergelangan tangannya berdenyut nyeri. Lalu mengalirlah cerita dari bibir pria berusia 30 tahun tersebut. Irina baru mengetahui kenyataan bahwa semenjak Helios jatuh cinta padanya, pergelangan tangan Helios yang terdapat gambar ular tersebut, terkadang menyebabkan nyeri.

Rasa nyeri yang tiba-tiba hadir, menjadi peringatan agar Helios tidak bertindak lebih jauh, juga menegaskan bahwa sampai kapanpun Helios tidak bisa menikahinya karena kutukan tersebut.

"Melihatmu diam terasa aneh. Aku terbiasa mendengar ocehanmu." Irina terdengar bersuara, memecah keheningan di antara mereka.

"Sebelumnya, aku tidak peduli dengan kutukan ini. Tapi sekarang aku merasa, kutukan ini menyiksaku. Bukan karena rasa sakit yang timbul, tapi lebih ke kenyataan bahwa aku tidak bisa menikahimu." Ujar Helios tanpa menatap lawan bicaranya. Tetapi, genggaman tanganannya pada Irina semakin mengerat.

"Tapi ada yang baik dari kutukan itu, buktinya semalam memperingatkanmu untuk tidak meniduriku. Hampir saja aku melakukan kesalahan karena terbuai olehmu." Seandainya Irina tidak menolak, tentu Helios akan melanjutkan keintiman mereka semalam.

"Baik katamu?" Helios mendengus kesal.

"Kau masih saja tidak percaya padaku. Bisa-bisanya kau melepaskan petir ke tubuhku." Lanjutnya.

Begitulah kenyataannya, Helios ingin melanjutkan keintiman mereka yang sempat tertunda. Namun Irina justru melepas petir ke tubuhnya. Lenyap sudah gairahnya karena tergantikan dengan rasa sakit.

Irina tertawa renyah. Ia mengusap lengan atas Helios, tempat dimana ia melepaskan petir agar pria ini tidak bertindak terlampau jauh. "Maafkan aku."

"Aku tidak mungkin meninggalkanmu. Tanpa aku bersumpah seharusnya kau juga tau kalau aku mencintaimu." Helios paham kenapa Irina demikian.

Wanita ini berpikir, mungkin suatu hari nanti ia akan meninggalkan Irina begitu saja. Alasannya karena mereka tidak berkomitmen dalam pernikahan.

"Tidak ada yang tau bagaimana takdir kita ke depannya." Balas Irina.

"Sekarang atau di masa depan akan tetap sama, aku tidak akan meninggalkanmu, aku akan tetap mencintaimu. Seandainya aku pria yang mementingkan hasrat semata, aku pasti menyimpan lusinan wanita agar hasratku terpenuhi. Tapi aku hanya menginginkanmu." Helios perlu menekankan hal tersebut agar Irina tidak menyimpan sedikit saja keraguan padanya.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now