🕛
Saat ini langit Apgujeong berselimut beludru hitam dengan ornamen ribuan gemintang. Malam sudah merajai, ketenangan menjadi permaisuri, menandai saatnya membuat tubuh dan otak beristirahat, serta membiarkan jantung berdebar dengan ritme yang stabil. Sudah menjadi tugasnya sang malam untuk mengakhiri ributnya hari dan mengawali heningnya perjalanan ke dunia mimpi.
Sebagian besar orang sudah melakukan rutinitas ketika malam; tenggelam dalam lelap, tetapi sayangnya, tidak dengan Jisung.
Beberapa hari terakhir ini, malamnya datang tidak membawa ketenangan. Khususnya malam ini, yang entah kenapa kata tidur tidak ada, menghilang, dari kamus rutinitasnya.
Meskipun ada keheningan nyaman dan lembutnya cahaya sang ratu malam, Jisung tetap tidak bisa menenangkan kekacauan yang terjadi di benaknya.
Ia duduk bersila di kasur lipatnya, kedua maniknya memicing, menatap hampa pada dinding, dan setiap helaan nafasnya berhembus dengan kasar.
Sekian lama terdiam, Jisung mengakhirinya dengan satu gerakan cepat, mengambil buku harian Jaemin yang lagi-lagi berpindah tempat persembunyian, tetapi dia tetap bisa menemukannya.
Ia kini bersedekap dengan sesekali berdeham layaknya seorang detektif yang tengah berusaha memecahkan kasus pembunuhan berantai. Jemarinya bergerak lambat; membalik halaman, manik rubahnya menilik setiap untaian kalimat, pikirannya berkutat dengan sesuatu yang dirasa tidak tepat.
"Kenapa?" gumamnya lirih.
Ia kembali membalik halaman yang berisi penuh dengan goresan tangan Jaemin. Pertanyaan yang berupa bisikan pun kembali terdengar.
"Kenapa bisa?"
Heran, bingung, dan ada sedikit cemas di sela-sela yang merundung si Pemuda Februari saat ini.
"Kenapa kejadian di pasar malam itu tidak ada saat aku membacanya?" Jisung memiringkan kepalanya, jari telunjuk menuding paragraf yang ditulis Jaemin tentang kenangan mereka di pasar malam tempo hari.
"Apa karena dia tidak merencanakan itu sebelumnya?" Terdiam sejenak, Jisung kembali bersedekap lalu menghela nafas panjang nan lirih. "Momentary act that led to a sudden change of fate?" tambahnya kemudian.
Ya, sudah berhari-hari, sejak mereka pergi ke pasar malam, Jisung tidak bisa tidur dengan tenang karena memikirkan hal ini. Sesuatu yang menambah satu pertanyaan lagi di dalam daftar tentang The Finest Art of Bullshit-nya.
Memang, dia sudah menemukan jawaban tentang bagaimana isi buku harian Jaemin akan berubah jika Appa-nya itu tidak melakukan apa yang dia pinta atau dia ikut campur tangan untuk membenahinya, tetapi itu tidak meringankan beratnya beban pikirannya.
YOU ARE READING
18 || SUNGJAEM
Fanfiction【ONGOING】 【BAHASA】 ❝ʏᴏᴜʀ ғᴜᴛᴜʀᴇ ɴᴇᴇᴅᴤ ʏᴏᴜ, ʏᴏᴜʀ ᴘᴀᴤᴛ ᴅᴏᴇᴤɴ'ᴛ❞ ╔═════▣ ⚠️️ ▣═════╗ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ╚═════▣ ⚠️️ ▣═════╝ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ. 🔞 ɴᴏ ᴋɪᴅs ᴜɴᴅᴇʀ 18 ᴏʀ ᴡɪᴛʜᴏᴜᴛ ᴘᴀʀᴇɴᴛs' ᴀᴅᴠɪsɪᴏ...