🕛
"Jadi?" Sepasang manik ebony milik pemuda bermarga Seo membulat, kelopaknya enggan tertutup untuk beberapa saat. "Bagaimana akhirnya?!" pekiknya sampai membuat beberapa orang menoleh dengan tatapan aneh.
Yang ditanya, Na Jaemin, hanya mendengungkan gerutuan sebagai jawaban.
"Jangan mengoceh seperti itu, aku tidak paham bahasa balita!" omel Haechan seraya menyimpan tamagotchi-nya di dalam saku seragam. "Katakan yang jelas, aku sudah terlanjur penasaran, sial!"
Jaemin mengangkat kedua bahu, lagi-lagi tanpa disusul suaranya.
Saat ini, kelas Jaemin sedang jam pelajaran science, tetapi karena Lee Ssaem yang bertugas mengajar sedang berhalangan masuk, maka mereka diharuskan belajar sendiri di kelas dengan tenang.
Beberapa murid memang terlihat merapal rumus, mengerjakan beberapa soal, maupun mengulang materi, tetapi ada juga yang sibuk dengan hal lain, misalnya mendengarkan lagu lewat walkman atau bergosip seperti yang Jaemin dan Haechan lakukan saat ini.
Tidak pantas untuk ditiru.
"Katakan kepadaku atau tidak akan kupinjamkan celana jeans-ku jika kau kencan minggu depan," ancam Haechan sambil tetap memelototi sahabatnya itu.
Jaemin membuka lebar mulut dan kedua matanya. Jari telunjuknya pun terangkat tinggi. "Tunggu... apa kau bilang tadi?" ulangnya setengah tidak percaya.
"Ceritakan kepadaku tentang apa jawaban dari pernyataan cintamu, Na Jaeman."
"No, no, no." Jari telunjuk Jaemin bergoyang ke kiri dan ke kanan. "Yang terakhir. Kau bilang kalau kau sudah punya celana jeans?!"
"Eoh."
"What in the hell?!"
Haechan menyingkirkan buku-buku catatan Jaemin dari atas mejanya lalu bergeser mendekat. "Mau cerita atau tidak?" tegasnya lagi.
Sejenak, Jaemin terdiam, entah karena dia terkejut sekaligus iri sahabatnya itu sudah punya celana jeans atau karena memang tidak tidak tahu harus bercerita seperti apa.
"Hm??" Haechan kembali memelototi Jaemin sampai akhirnya si Pemuda Na menyerah dan bercerita seadanya.
"Dia bilang, dia ingin aku menunggunya sampai menjadi orang hebat." Jaemin menutup curahan hatinya dengan mengutip kalimat Yuta.
Mulut terkunci rapat, manik mengerjap lambat, jari telunjuk terangkat. Haechan mengalihkan tatapannya dari wajah Jaemin menuju sosok Sanha, yang sibuk bermain tamagotchi tanpa terganggu sama sekali.
"Serius, aku juga penasaran itu artinya ap—"
"Tunggu," sela Haechan.
"Uh, kupikir dia menolakku. Kalimatnya terlalu ambig—"
"Shut!"
"Kau juga bingung, kan? Apalagi ak—"
"Diam, Na Jaeman! Aku sedang mencoba berpikir."
Jaemin melengos, membiarkan sahabatnya berlagak seperti seorang Detektif yang sedang menyimpulkan deduksi-deduksi dari sebuah kasus penting.
"Apa jawabanmu?" tanya Haechan setelah sekian menit bergumam sendirian.
"Ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
18 || SUNGJAEM
Fanfiction【ONGOING】 【BAHASA】 ❝ʏᴏᴜʀ ғᴜᴛᴜʀᴇ ɴᴇᴇᴅᴤ ʏᴏᴜ, ʏᴏᴜʀ ᴘᴀᴤᴛ ᴅᴏᴇᴤɴ'ᴛ❞ ╔═════▣ ⚠️️ ▣═════╗ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ╚═════▣ ⚠️️ ▣═════╝ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ. 🔞 ɴᴏ ᴋɪᴅs ᴜɴᴅᴇʀ 18 ᴏʀ ᴡɪᴛʜᴏᴜᴛ ᴘᴀʀᴇɴᴛs' ᴀᴅᴠɪsɪᴏ...