4| White Chrysanthemum

152 35 11
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Pukul sembilan malam dan Florey baru saja keluar dari kompleks bangunan kampusnya. Gadis itu berjalan sendirian usai membeli satu gelas teh chamomile di cafe seberang kampus. Meminum teh hangat usai lelah seharian memang sebuah obat penat paling menenangkan. Dia menghirup kepulan asapnya dalam-dalam sembari memjamkan mata. Saat aroma hangat itu menyapa indah penciumannya, beban lelahnya seolah-olah terangkat perlahan.

Rencananya, malam ini dia akan menyelesaikan tugas linguistik agar bisa fokus pada penelitian di akhir pekan. Dia juga sudah membeli roasted bread sebagai teman untuk nanti malam.

Ponsel Florey di saku celana berdering. Gadis itu buru-buru merogoh dan melihat kontak yang terpampang di sana. Panggilan dari Mykah. Mungkin gadis itu ingin menginap di flat Florey lagi. Florey ingin fokus mengerjakan tugas malam ini. Dia tidak mau diganggu.

Lagi. Mykah kembali menelepon.

"Kenapa gadis ini? Aku tidak mau diganggu malam ini," omelnya sembari menolak panggilan kedua Mykah.

Samar-samar, terdengar suara ambulans. Beberapa orang di sekitar Florey berjalan cepat seolah berbondong-bondong menuju suatu tempat.

Mykah tetap kekeh dengan panggilannya. Kali ini, Florey mengalah dan menerima panggilan itu. Dia menempelkan ponsel ke telinga.

"Kenapa baru diangkat sekarang?" sembur Mykah dari seberang.

Mykah mengatakan sesuatu bersamaan dengan sebuah ambulan dan mobil polisi melewati Florey. Suara sirenenya terlalu keras hingga Florey tidak bisa mendenger ucapan Mykah.

"Apa?" tanya Florey sembari menatap ke arah gedung flatnya yang sudah ramai orang.

Ambulans dan mobil polisi ternyata juga berhenti di sana. Melihat itu, Florey merasa ada yang menekan dadanya hingga sesak dan menimbulkan rasa gelisah. Dia menjauhkan ponselnya dan menghampiri salah satu orang yang ada di dekatnya.

"Flo! Florey! Kau mendengarku?" Suara nyaring Mykah masih sempat terdengar tapi Florey benar-benar mengabaikannya.

"Ada apa ini?" tanya Florey.

Wanita paruh baya itu menoleh pada Florey dan memasang raut ketakutan. "Ada mahasiswa yang bunuh diri di temukan oleh kurir barang. Jasadnya ... mati kering seperti di berita pagi tadi," jelasnya sembari mengusap dua lengannya karena hawa dingin.

Florey bergeming. Gadis itu menatap segerombolan orang yang mengerubungi pintu masuk flat. Otaknya memerintahkan seluruh tubuhnya untuk diam di tempat ini hingga keramaian itu bubar. Namun, hatinya berkata lain. Sekuat apa pun tubuh Florey menolak untuk menghampiri, perasaannya menang. Meski Florey yakin hatinya tidak sekuat itu, namun pada akhirnya dia menuruti intuisinya.

Kakinya melangkah perlahan menghampiri kerumunan. Pandangannya menangkap figur nyonya pemilik gedung yang tampak ketakutan dan syok. Refleks, Florey berjalan ke arahnya.

THE DAWN NEVER COMESWhere stories live. Discover now