24| Painted Night

155 20 1
                                    

"Kenapa kau tidak di kamarmu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kau tidak di kamarmu?"

Suara itu membuyarkan lamunan Florey. Gadis itu bahkan sampai tidak menyadari jika Havan sudah berdiri di sampingnya, turut bergabung menatap langit malam melalui balkon.

"Jenuh di kamarmu, ya?" tanya Havan lagi sembari mencondongkan tubuhnya untuk melihat ke bawah, ke arah para penjaga yang selalu siap dan sigap setiap waktu.

Florey tersenyum simpul. Gadis itu mencoba menghindari pandangan Havan, entah kenapa. Setelah bertemu dengan Ratu Amarantha tadi, ada banyak pertanyaan bergumul di kepalanya. Menyeruak tenggelam menyeruak dan tenggelam lagi seolah ingin membuat Florey terus memikirkannya tanpa punya opsi jawaban.

Mulut Havan terbuka ingin mengatakan sesuatu tapi buru-buru terkatup kembali. Dia menatap gadis di sampingnya lamat. Tanpa Havan perlu untuk membaca pikiran Florey, dia tahu bahwa gadis ini sedang tidak baik-baik saja.

Laki-laki itu melongok ke batar balkon, mengadahkan kepala untuk melihat dinding kastil yang menjulan ke atas. Jika di balkon kamarnya, Havan biasanya memanjat dinding timbul dan naik ke atap. Namun, dinding di bagian ini tidak terlalu timbul. Jaraknya dengan bingkai jendela lain juga sedikit jauh, tidak seperti miliknya. Havan mengamati dengan teliti, memastikan jika Florey bisa mengikutinya untuk memanjat naik.

Dalam satu lompatan, Havan sudah berdiri di tepi balkon, membuat Florey memekik terkejut dan memelototkan mata.

"Apa yang kau lakukan?" pekik Florey. Dia hendak memegang satu tangan Havan dan menarik laki-laki itu turun tapi terlambat.

Havan sudah lebih dulu memanjat di selasar jendela yang jaraknya dua meter lebih tinggi dari pada balkon. Laki-laki itu bahkan terkekeh seolah dia ini makhluk setengah laba-laba yang bisa merayap dan menempel di dinding. "Ayo, Flo!" ajaknya tanpa dosa.

Florey mengerutkan dahi. Dia melongok dan mengadah, memperhatikan apa yang dilakukan Havan dengan gerakan secepat dan seakurat itu.

"Kau bisa. Ayo, naik, Flo!" ajak Havan lagi. Laki-laki itu sudah berada di atap sembari menunduk ke bawah dan mengulurkan tangan pada Florey.

Sesaat, Florey melupakan kegelisahannya dan merasa tertantang. Gadis itu melongok ke bawah dan seketika dadanya berdegup hebat. Florey tidak tahu seberapa kuat vampir hingga mereka sulit untuk mati, tapi apakah vampir juga tetap hidup dan badannya akan tetap utuh jika jatuh dari ketinggian lima belas meter langsung menghantam bebatuan cadas? Syukur-syukur jika penjaga itu mampu menangkapnya atau menahannya. Jika tidak .... Florey menggeleng cepat.

Di atas sana, Havan terkekeh ringan. "Aku tidak akan membiarkanmu jatuh, Flo. Tenang saja."

Anehnya, Florey percaya begitu saja. Gadis itu memanjat balkon dengan hati-hati. Tangannya bersiap untuk meraih selasar jendela di atas sana, sesuai dengan arahan Havan. Dalam hitungan ketiga, Florey benar-benar bisa merasakan tubuhnya begitu ringan untuk memanjat. Lengannya juga kuat untuk bergelantung beberapa detik seolah pekerjaan ini bukan hal yang berat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE DAWN NEVER COMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang