40: terlelap

5 1 0
                                    

Manusia yang seperti malaikat saat terlelap.
Aku minta maaf, Ra, telah menjadi pengecut.
Aku minta maaf karena lebih dulu Sean dan Daneen yang menyatakannya, padahal perasaan itu sudah ada, semenjak rambutmu dikepang dua, atau dikuncir kuda oleh Ibunda. Karamel kecil yang masih bermain masak-masakan dengan teman-temannya, juga Sean. Aku duduk melihatmu dengan buku tebalku. Pikirku, perjalanan ini akan membuatku kehilangan perasaan itu, tetapi. Aku berpikir, aku harus belajar serius, mengejar cita-cita dan melupakanmu.

Sean tumbuh bersamamu, bermain denganmu, mungkin perasaannya juga tumbuh. Tapi, meskipun aku telah mengatakan pada Sean, belum tentu perasaannya tidak tumbuh pada perempuan sepertimu. Tidak ada jaminan. Aku tidak pernah melihat wajah Sean semarah itu, hari itu ia mencegah kami menemuimu. "Jangan sekarang! Kau bahkan tak tahu siapa yang ada di hati Kara!" Bentaknya padaku.

Siapa yang ada di hatimu, Karamel?
Daneen? Lantas, kenapa kamu meninggalkannya?

Laki-laki itu memang baik, dia suka membantu teman-teman, tidak sepertiku yang asyik sendirian. Daneen orangnya supel, Ra. Berbeda denganku yang selalu serius. Kamu lebih menyukainya?

Aku memang pengecut, Ra, berkali-kali mencoba menghapus kamu dari hatiku. Saat temanku menyatakan perasaannya padamu. Saat kalian bersama. Lalu, pada suatu waktu, Daneen bercerita kalau kamu menyudahinya. Itu seperti menyudahi bertahanku, Ra, bertahanku yang sudah lama. "Mungkin Kara tidak mencintaiku," kata Daneen.

Lantas Kara mencintai siapa?

Sejak Daneen dekat dengan orang lain, aku berani membawamu, Ra. Aku pikir semuanya benar-benar selesai. Tapi, kenapa kau menangis di sana? Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah hanya aku yang tidak tahu tentangmu? Apakah aku terlalu sibuk dengan duniaku?

Mata itu perlahan terbuka.

[..]

BerteduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang