45: akhirnya

6 2 0
                                    

Pandu melihat kembali perempuan cantik bergaun warna putih. Tersenyum begitu manis, membuat orang-orang haus melihatnya, ingin segera meminumnya.

Ayah menepuk-nepuk bahu Pandu. Pandu balas tersenyum, mengangguk. Seperti bahasa itu hanya diketahui mereka berdua.

Pernikahan Sean dan Karamel berlangsung khidmat. Merpati putih telah dilepas, bunga telah dilempar, semua rangkaian acara terlaksana baik.

Daneen tidak hadir.

Di dunia ini, semesta telah mengaturnya. Daneen yang sempat mengenyahkan hal-hal tentang Karamel. Mencoba untuk fokus pada masa depannya. Ia tidak berpikir bahwa mungkin Karamel adalah masa depan yang pantas dipikirkan, bukan diabaikan, dan tetap dibuat bingung oleh keraguan. Bukan hanya dibuktikan dengan membuatnya cemburu.

Sementara Pandu, yang terlambat menyatakan cintanya. Berkali-kali juga menganggap perasaannya pada Karamel akan hilang bersama waktu. Ia mementingkan impiannya, mengesampingkan impian lain, mengabaikan perasaannya.

Hanya Sean yang masih jujur dengan perasaannya. Hanya Sean yang masih di sana, menjadi teman, menjadi apa saja bersama Karamel. Dan hari ini, laki-laki itu memilikinya.

Karamel di sana, duduk di samping Sean. Air matanya mengalir. Ia membayangkan Ibunda hadir di sana.

[..]

BerteduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang