13. Bane

86.8K 11.7K 257
                                    

Selamat malam 😚

Makasih untuk yang sudah komen dan spam next dichapter sebelumnya. Maaf gabisa balas satu-satu 🙏🏻

Double up nih bestie....yang divote dan komen jangan chapter terakhir aja donk 😭


Happy Reading...

Irina sedang duduk di anak tangga. Meletakkan siku dilutut, menopang dagunya dengan telapak tangan. Tidak ada yang menarik karena sepanjang mata memandang hanya ada pepohonan. Irina pikir Penyihir Agung tidak memiliki rumah karena beliau dapat menciptakan sebuah ruangan dengan sihirnya. Namun dugaannya salah, ia berada dikediaman Penyihir Agung sekarang.

Kediaman Penyihir Agung memang sederhana namun bebatuan yang menjadi bahan utama bangunan ini terlihat kokoh, udara disekitar sini juga sejuk dan berada disini terasa damai. Penyihir Agung tidak tinggal sendirian ditempat ini. Ada beberapa pekerja yang merawat rumah ini dan melayani Penyihir Agung. Kemudian disebelah bangunan ini, terdapat satu bangunan lagi yang dihuni oleh beberapa murid Penyihir Agung. Ah, ia sungguh beruntung menjadi salah satu murid Penyihir Agung.

"Irina, ada yang ingin kubicarakan denganmu."

Irina hampir terjungkal karena kaget. Bagaimana tidak, Penyihir Agung tiba-tiba duduk didekatnya. "Anda seperti hantu. Mengagetkan saja." Protesnya.

"Maaf untuk itu." Balas Penyihir Agung karena ekspresi Irina barusan memang menunjukkan kekagetan.

"Apa yang ingin Anda bicarakan, Penyihir Agung?"

"Kau bisa memanggiku Guru seperti muridku yang lain." Ujar Penyihir Agung dan dibalas anggukan oleh Irina.

"Jadi, apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya, Guru?"

"Dalam ingatanmu kau tidak memperlihatkan semua isi hutan terlarang. Berapa lama kau disana? Apa selama itu kau tidak pernah berkeliling?" Tanya Penyihir Agung.

"Apa itu penting? Saya pikir, saya hanya perlu menunjukkan saat-saat dimana saja menghafal mantra serta saat melakukan ritual-ritual hitam."

"Aku hanya penasaran dengan kondisi didalamnya." Balasnya.

"Cukup lama saya berada di hutan terlarang. Makhluk disana hidup berdasarkan kasta karena yang menghuni Istana adalah mereka yang terkuat. Sedangkan lainnya menghuni pepohonan, danau, rawa, gua-gua dan lainnya." Ujar Irina seraya memutar ingatannya.

"Siapa pemimpin disana?" Penyihir Agung ingin memastikan apakah yang terkuat saat ini sama dengan yang tertulis dikitab.

"Teivel. Siluman berwujud naga dan memiliki 5 kepala. Semua makhluk disana tunduk pada Teivel."

Penyihir Agung sepaham dengan Irina karena dikitab juga tertera hal yang sama. "Dia siluman yang susah ditakhlukkan karena kelima mulutnya dapat menyemburkan api. Dan apabila kepalanya dipotong, dia bisa menumbuhkannya lagi."

"Benarkah? Saya tidak tau karena belum pernah melawannya." Irina tersenyum tipis.

"Tentu saja kau tidak tau. Lagipula Teivel tidak mungkin menyerangmu karena saat itu kau orang terpilih untuk mewarisi kekuatan Avra." Penyihir Agung bertanya hal lain, "Dalam ingatan yang kau tunjukkan aku melihat lukisan-lukisan berwarna merah didinding gua. Apa lukisan itu adalah siluman-siluman yang ada di hutan terlarang?"

"Benar, Guru. Seperti kata Anda. Dulu Avra menggunakan mayat yang diisi roh-roh jahat lalu terciptalah siluman. Mungkin setelah menciptakannya, Avra melukis mereka dan menamai mereka satu persatu. Buktinya siluman-siluman itu memiliki nama, bukan?"

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now