5

27 4 0
                                    

Pagi ini cukup cerah ketika Anis memutuskan untuk bersantai di tepi kolam renang dengan secangkir kopi yang dia buat dari pantry. Di pangkuannya ada sebuah novel yang belum selesai dia baca. Kopi, novel dan cuaca cerah memang perpaduan yang sangat sempurna.

Anis mendongakan wajahnya dari novel yang tengah dirinya baca kala merasakan keberadaan orang lain di depannya. Laki-laki semalam yang memperkenalkan dirinya dengan nama Jonathan duduk di depannya dengan senyum kecil di bibirnya.

"Hai." Sapanya.

"Hai."

"Ganggu ya?"

Anis menggelengkan kepalanya, "sama sekali nggak. Ngilangin bosen aja." Katanya sambil mengangkat buku yang tengah dipegangnya. "Sendirian aja? Nggak sama Haikal?"

"Haikal pergi ke sekolah. Katanya ada perlu." Jawab Jonathan.

"Ngomongin Haikal. Kemarin dia seneng banget pas dapet kabar kalau Abangnya pulang. Gue jarang liat sepupuan tapi deket banget. Biasanya malah saling canggung."

"Mungkin karena kita cowok semua kali, jadi lebih mudah deket." Anis mengangguk setuju."Di keluarga kita nggak ada cewek sama sekali. Nyokap sama Om-Om gue semua anaknya tuh laki-laki. Perempuan di keluarga kita ya cuma Ibu masing-masing."

"Tapi seru ih. Orang tua gue dua-duanya anak tunggal. Jadi gue nggak punya sepupu. Gue sendiri anak satu-satunya. Tiap liat orang yang punya saudara keliatannya seru gitu dan rumahnya pastinggak pernah sepi."

"Percaya sama gue, lo akan lebih milih ketenangan kalausaudara lo bentukannyabentukannya kayak Haikal sama Rendi. Belum lagi kalau dua sepupu gue yang lain ikutan gabung, abangnya dua bocil itu. Kalau ada kata di atas ramai, nah mereka itu ahlinya. Malah kayaknya lebih gampangngurusin bayi dibanding ngurusin mereka." Anis mengerutkan alisnya mendengar penjelasan Jonathan.

"Haikal, sama Rendi? Kelihatannya mereka anak-anak manis." Kata Anis dengan nada ragu.

Jonathan menyemburkan tawanya. "Anak-anak manis? Lo kayaknya harus kenal mereka lebih jauh deh. Setelah itu kita lihat apa penilaian lo tentang mereka berubah atau tetap sama." Anis masih menampakan wajah tak percayanya sementara jonathan masih tertawa.

"Ngomong-ngomong udah jalan-jalan kemana aja?" Tanya Jonathan kemudian.

"Baru sempet ke Senggigi kemarin."

"Emang udah berapa hari di sini?"

"Tiga hari. Hari ini belum tahu mau kemana dan juga masih belum mutusin mau keluar atau seharian di kamar aja."

"Kalau di Lombok wajib namanya jalan-jalan. Lo nggak boleh di kamar aja. Banyak tempat yang harus di kunjungin."

"Oke, give me a recomendation."

Bukan menjawab apa yang Anis minta, Jonathan justru berdiri dari duduknya. "Tunggu di sini ya." Ucapnya sebelum kemudian pergi begitu saja.

Anis hanya memandang kepergian Jonathan tanpa mengerti maksud dari laki-laki itu. Mengangkat bahunya, Anis pun kembali membuka bukunya. Mengikuti perintah Jonathan untuk tidak kemana-mana.

Hanya selang beberapa menit laki-laki itu kembali dengan sebuah kamera yang tergantung dilehernya.

"Gue mau hunting foto. Join with me? I'll show you a good place."

Anis tersenyum lebar lalu mengangguk dengan semangat. "Call!" Serunya sambil berdiri.

***

Anis menatap kagum pemandangan di sekelilingnya. Jalan yang berkelok serta gunung yang berada di kanan kiri menjadi pemandangan sepanjang perjalanan mereka. Jonathan mematikan AC mobilnya lalu membuka jendela mobil. Membiarkan udara sejuk dari luar masuk ke dalam.

Hujan & Kamu | Johnny Suh (On Going)Where stories live. Discover now