53. Luti

100 11 0
                                    

/lu.ti/
1. hampir lusuh (tentang pakaian dan sebagainya)
2. kumal
3. (penyakit) cacar

***

People inspire you, or they drain you. Pick them wisely.

– Hans F. Hasen

***

Submisi beasiswa S2. Kuliah. Tugas individu. Tugas kelompok. Deadline mendadak.

Rasanya, Fira remuk semester itu. Jam tidurnya berubah menjadi acapkala istirahat tiba. Ia bahkan sudah jauh lebih sering menginap di kampus daripada berdiam di kamar. Bahkan, di sela "jam tidur"-nya, ia sering dibangunkan untuk diseret ke tugas kelompok berikutnya.

Bagaimana bisa hidupnya berubah sejauh itu?

"Nah, ini dia, dedemit kampus," sapa Ucup.

Fira mengangkat muka dari laptop-nya. Mukanya masam.

"Lo belum ngerasain semester akhir aja, Cup."

"Makanya nikmatin masa kuliah. Santai aja, ga perlu buru-buru lulus."

Awalnya, Fira hendak membantah, namun ia bungkam. Ucup memiliki alasan untuk menunda kelulusan tahun itu. Walaupun Fira tak berbagi pendapat yang sama dengan Ucup, setidaknya, ia tak ingin menghancurkan pertemanan dengannya.

"Lo dari yang ngilang mulu jadi yang di kampus mulu. Kasian, kasian."

"Kalau mau ngetawain, sini gantiin beban kuliah gue."

Ucup mengangkat bahu.

Ucup masuk ke perpustakaan jurusan. Fira mengubur muka alam tugas akhirnya kembali. Setidaknya, pendaftaran seminar tugas akhir sudah dibuka. Ia dapat endaftar setelah mendapatkan izin seminar dari Pak Firman dan Dimas.

Perihal Dimas, mereka benar-benar tak bertemu di luar jam kampus. Bu Lani berulang kali memohon pada Fira untuk mampir, namun Dimas pun menjabarkan bahwa Fira sudah berubah menjadi penghuni kampus. Topik tugas akhir pelik dan mata kuliah semester akhir yang mencekam memaksa Fira keluar dari zona nyaman.

Fira berlari ke mesin fotokopi di perpustakaan. Setelah draft tugas akhirnya tercetak, ia membawa seluruh barang ke ruang dosen. Di sana, Pak Firman menyambutnya sembari tertawa.

"Kamu udah berapa hari nggak pulang?" ejek Pak Firman.

"Saya belum pulang seminggu, Bapak."

"Kosan berdebu, dong?"

Fira hanya tertawa masam.

Pak Firman membaca tulisan Fira. Lama mereka terdiam dalam diam. Akhirnya, Pak Firman berujar, "Dari saya sih oke. Coba tanya Pak Adi. Kalau udah oke, langsung daftar seminar aja, ya."

Fira berterima kasih. Ia membawa tasnya ke ruangan Dimas. Ruangan itu berisikan beberapa mahasiswi yang berkonsultasi dengannya. Sepertinya, konsultasi itu cukup serius, mengingat Fira langsung dipanggil masuk tatkala Dimas dikerubungi mahasiswi yang tergila-gila padanya.

Sebelum masuk, Fira menyapa adik tingkatnya. Ia menutup pintu.

"Kamu udah mandi hari ini?" sindir Dimas.

Fira terkekeh. "Baru cuci muka, sih, Bapak."

"Sana, mandi dulu! Jorok banget!"

"Setelah ini!" sela Fira. "Saya habis ini pulang, Bapak. Mau nyuci baju seminggu sebelum kelas lagi jam satu."

Dimas melirik jam.

"Ini jam setengah dua belas. Emangnya keburu?"

Fira mengangguk.

[1/3] PrasamayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang