37. Ada kakak

11.4K 1.2K 780
                                    

Yuhuuu Ayuk comeback!

Tembus 700 SPAM COMENT kita lanjut yauu 💛

**
Semua orang yang ada di ruang itu langsung terkejut melihat kejadian itu. Kemudian dengan kompak mereka semua menoleh dan nampak lah seorang gadis dengan baju kantornya yang tengah berdiri seraya menahan tangan Vina disertai dengan tatapan tajamnya.

"N-naja?" Ucap Vina dengan terbata karena sangat terkejut dengan kehadiran Naja yang tiba-tiba. Selain itu ia juga terkejut karena sudah lama sekali rasanya ia tidak melihat wajah dari anak gadisnya itu secara langsung seperti ini, karena selama ini ia hanya bisa melihat wajah gadis itu di majalah bisnis dan media massa saja.

Kemudian tanpa membuang waktu lagi, langsung saja Naja menghempaskan tangan Vina lalu menggeser tubuh Vina agar ia bisa langsung berhadapan dengan Saga. Gadis itu langsung duduk dihadapan Saga dan menatap keseluruhan tubuh Saga untuk memastikan keadaan lelaki itu.

Wajah Naja berubah menjadi sendu saat menatap wajah tampan adiknya itu yang sudah dipenuhi oleh memar yang sudah membiru. Tangan Naja terulur untuk menyentuh wajah Saga dengan perlahan.

"Sakit?" Tanya Naja dengan suara lirihnya. Sedangkan Saga yang melihat itu tidak dapat membendung kesedihannya lagi, lelaki itu langsung menubruk tubuh Naja dan memeluk tubuh kakaknya itu dengan erat.

Naja yang mendapat serangan tiba-tiba dari Saga pun langsung memeluk tubuh adiknya itu tak kala eratnya, ia mengelus rambut Saga dengan sayang berusaha menenangkan adiknya itu yang tengah menangis tanpa suara.

"Maaf kak"ucap Saga lirih didalam dekapan Naja. Sedangkan Naja hanya diam seraya masih dengan mengelus rambut Saga, bahkan gadis itu  tidak peduli jika bajunya basah karena air mata Saga.

"Gapapa, kamu aman. Ada kakak yang bakal lindungin kamu." Ucapan Naja itu tentu semakin membuat air mata Saga berjatuhan. Disaat kata-kata itu biasanya diucapkan dari mulut seorang figur  orang tua, dia malah mendapatkan ucapan itu dari mulut kakaknya.

Sementara disisi lain Vina dan yang lainnya hanya diam menatap tingkah kedua adik kakak itu dengan berbagai pandangan yang berbeda-beda. Vina menatap kedua anak kandungnya itu dengan pandangan yang datar tetapi siapa yang tahu kalau jauh didalam lubuk hatinya, wanita paruh baya itu tengah menahan perih karena rasanya hatinya ditusuk-tusuk oleh jarum yang tak kasat mata.

Sedangkan teman-teman Saga hanya diam, mereka merasa gagal sebagai teman karena mereka sama sekali tidak mengetahui apa yang sudah menimpa Saga, padahal jika mereka tengah mengalami masalah Saga lah orang pertama yang berada di garis terdepan  mengulurkan tangannya untuk memberikan bantuan kepada mereka. Sedangkan mereka? Apa yang bisa mereka lakukan.

Diam-diam teman-teman Saga terkekeh miris merutuki kebodohan mereka yang sama sekali tidak mengetahui apa-apa mengenai Saga. Entah itu memang karena kebodohan mereka atau karena Saga yang pandai menyembunyikan masalahnya.

**

Setelah proses yang cukup panjang dan dramatis akhirnya teman-teman Saga diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Mereka dinyatakan tidak menggunakan narkoba. Sedangkan Saga lelaki itu sedari tadi belum juga keluar dari tempat tes.

Teman-teman Saga sebenarnya sudah diperbolehkan pulang sedari 30 menit yang lalu tetapi nyatanya mereka semua belum ada yang pulang, mereka masih tetap setia menunggu Saga di depan kantor polisi, tidak peduli dengan panas matahari yang sangat terik dan tatapan orang-orang yang tampak meremehkan mereka semua karena rasa khawatir mereka kepada Saga lebih besar dari pada rasa malu dan lelah mereka.

Selang beberapa menit kemudian mereka melihat Naja keluar yang di ikuti oleh sekretarisnya dan seorang lelaki yang berseragam seperti oknum polisi tetapi dengan jabatan yang lebih tinggi.

Dapat mereka lihat bahwa Naja nampak berbincang-bincang singkat dengan oknum polisi tersebut sebelum mereka berpisah dengan oknum polisi itu yang langsung menuju parkiran sedangkan Naja nampak berjalan menghampiri mereka yang tentu saja di ikuti oleh seorang lelaki yang mereka ketahui adalah sekretaris Naja.

"Kalian kenapa belum pulang?" Tanya Naja kepada teman-teman Saga.

"Saga gimana kak?"tanya Viko yang mewakili semua teman-temannya yang lain. Naja yang mendengar itu tersenyum singkat, ia bersyukur karena adiknya itu dikelilingi oleh teman-teman yang sangat solidaritas seperti mereka semua.

"Prosesnya memang akan cukup panjang tetapi kalian tenang aja, Saga pasti bakal baik-baik aja kok. Apalagi dengan dia dikelilingi oleh teman-teman yang selalu support dia kayak kalian, pasti dia bakalan seneng banget. Aduh jujur kakak iri banget sama bocah itu yang bisa punya teman-teman seperti kalian."ucap Naja yang diselingi dengan nada candaannya agar teman-teman adiknya itu tidak terlalu kepikiran.

"Kak, emm kakak udah lama tau kalo Saga..."ucap Ian yang terdengar ragu untuk mengucapkannya. Sementara Naja yang mendengar itu pun kembali tersenyum.

"Belum lama, Saga baru bilang sama kakak pas kalian nginep di rumah kakak."ucap Naja. Kemudian terjadi keheningan diantara mereka, Naja menyadari bahwa teman-teman adiknya itu masih ingin mengetahui lebih banyak lagi tetapi Naja sadar bahwa itu bukanlah hak nya untuk membicarakan semuanya kepada teman-teman adiknya itu, biarlah adiknya itu sendiri yang mengatakannya.

"Eh ngomong-ngomong kakak boleh minta bantuan sama kalian gak?" Ucap Naja yang langsung ditatap antusias oleh teman-teman Saga. Naja yang melihat itu lagi dan lagi kembali menerbitkan senyumannya, ya setidaknya dengan hal ini bisa membuat teman-teman Saga tidak terlalu menyalahkan diri mereka sendiri lagi.

Dandelion Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora