44. Awal Persaingan?

10.7K 1.3K 45
                                    

Annyeong!

Maaf ya baru Update, soalnya kalian tau sendiri kesibukan aku apa :"(

Sebagai permintaan maaf ini aku Double Update dehhh, tapi jangan lupa Spam Coment yauu nanti kalo rame kapan-kapan aku double update lagii

LANJUT GAK?
**

Saat ini lagi dan lagi kembali terjadi ketegangan di sebuah mansion besar milik keluarga Armstrong. Kini mereka semua kembali di kumpulkan dalam satu ruangan yang luas dengan satu meja besar dan panjang yang dikelilingi oleh kursi. Meja panjangan itu hampir sama dengan yang berada diruangan makan tetapi hanya berbeda dibeberapa bagian saja,bahkan urutan tempat duduknya pun masih sama dengan yang berada di ruangan makan dimana dia yang dianggap berkuasa saja yang duduk dekat dengan sang Kepala keluarga Armstrong itu.

Semua orang yang berada di ruangan itu tidak ada yang berani untuk membuka suaranya bahkan untuk melirik kearah sang kepala keluarga saja rasanya mereka tidak berani karena wajah David saat ini sangat tidak enak untuk dipandang, bahkan Helvanda pun tidak berani untuk melirik wajah sang suami.

Saat mereka semua tengah menunduk seraya menikmati suasana yang cukup menegangkan itu, tiba-tiba saja mereka dikagetkan dengan terlemparnya sebuah pisau buah yang tadinya berada di depan sang kepala keluarga. 

Mereka, terutama Xander yang saat ini tengah melotot menatap sebuh pisau buah yang tertancap diatas meja tepat didepan wajahnya. Jika saja tadi ia bergerak sedikit saja mungkin tangan atau wajahnya udah tergores oleh benda tajam itu.

David, pelaku yang mejadi pelempar pisau buah itu hanya menatap datar kearah Xander lalu berucap, "Sekarang apa pilihanmu dalam mengatasi masalah rumah tanggamu ini Xander?. Ingat aku bertanya kepadamu sebagai lelaki, bukan sebagai Suami apalagi seorang Ayah!."

Semua orang yang tadinya menatap terkejut kini merubah raut wajahnya menjadi bingunggu terkecuali orang-orang yang mengehatui maksud dari David, termasuk Xander. Xander terdiam lalu menatap wajah istri pertamanya yang saat ini sudah memalingkan pandangnya berusaha untuk menghindari tatapan dari Xander. 

Kemudian tatap Xander kini beralih kearah seorang gadis yang ternyata juga tengah menatapnya tetapi dengan tatapan datarnya. Xander hanya bisa terdiam ketika mendapati bahwa Istri pertama sekaligus cinta pertamanya itu sudah menyerah dengan hubungan mereka, terelebih yang lebih menyakitkan yaitu biang dari semua ini adalah putri kandungnya dengan istri pertamanya itu sendiri yang sepertinya sangat menginginkan perpisahan ini terjadi.

"Jika dengan perpisahan dapat membuat Lovinka dan Della bisa bahagia maka aku rela menceraikannya" ucap Xander dengan berat hati. Sedangkan anggota keluarga Armstrong yang mendengar itu langsung menatap tidak percaya kearah Xander, kecuali Juwita dan Thabita tentunya karena kedua anak dan ibu itu tentu saja sangat senang mendengar kabar ini.

"Apa maksudmu Xander?!. Kau serius ingin menyerah begitu saja? Kau bahkan belum ada sedikit pun berusaha berjuang untuk mendapatkan perhatian dari Della tetapi dengan mudahnya kau sudah mengaku menyerah?. Xander aku mohon pikirkan lagi keputusanmu itu sebelum kau menyesal, kau ba-" ucapan Axell terputus karena mendengar suara bentakkan dari Daddy nya itu.

"DIAM AXELL!. Aku bahkan tidak menyuruhmu untuk berbicara dan menasehati lelaki yang sama bejadnya denganmu itu!. Sebaiknya kau diam dan tunggu giliranmu karena kau juga akan mendapatkan giliran." Ucap David dengan tegas yang mana langsung membuat Axell terdiam.

Kemudian tatapan David kembali kearah Xander yang hanya diam dengan kepala menunduk. "Baiklah jika itu keputusanmu maka persiapkan dirimu untuk menghadap kepersidangan karena semakin cepat kalian berpisah maka semakin cepat juga Lovinka dan Della bisa bebas darimu."

"Karena hal ini aku memutuskan bahwa Perusahaan cabang yang berada di tangan Xander hanya akan di wariskan kepada dia yang kuat dan cerdas saja. Jadi kalian berdua dipersilakan untuk bersaing dengan cara sehat, ingat jika aku mengetahui sedikit saja kecurangan maka nama kalian akan di blacklist dari daftar pewaris." lanjut David seraya menatap Della dan Thabita secara bergantian, yang mana tentu saja semakin membuat ibu dan anak itu kesenangan karena itu artinya Thabita memiliki kesempatan untuk menjadi pewaris selanjutnya, ya walaupun hanya perusahaan cabang saja tetapi itu lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Della dapat melihat kilatan ambisi dan seraka yang mengkilat dimata ibu dan anak itu tetapi ia tetap memilih untuk menjadi penyimak saja.

"Opa tenang saja, Thabita janji Thabita tidak akan mengecewakan Opa!" ucap Thabita dengan semangat. 

"Aku tidak butuh janjimu, aku hanya butuh pembuktianmu dimedan bisnis" ucap David lagi. 

"Dad jika Della dan Thabita saja bisa bersaing untuk mendapatkan perusahaan cabang yang ada ditangan Xander, lalu mengapa Ayara dan Naja tidak ikut bersaing saja seperti mereka agar nantinya adil siapa yang memang pantas untuk menjadi pewaris sesungguhnya."Ucap Axell yang sepertinya masih terus berusaha untuk memperjuangkan hak dari putrinya dengan Lisa itu.

Sedangkan David yang mendengar nada percaya diri dari Axell pun langsung menyunggingkan senyuman sinisnya. "Boleh, asalkan anakmu itu mampu bersaing dengan cucu kesayanganku" ucapnya dengan nada menantang.

Sedangkan Naja yang sedari tadi menjadi tim penyimak itu pun mulai ikut menyunggingkan senyuman sinisnya dengan tubuh yang disandarkan dikursi seraya kedua tangan yang ia lipat didepan dada. Mata gadis itu menatap Axell lalu keluarganya dengan tatapan meremehkan. Ini yang sudah ia tunggu-tunggu selama ini, biar ia perlihatkan dimana seharunya ibu dan anak itu berada agar mereka tidak lupa dengan daratan tempat mereka berasal.

**

Dandelion Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora