DAHULUKAN IBUMU

1.5K 72 1
                                    

Andini menatap Gusti yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya. Walau sudah sadar, Dia lebih memilih memejamkan mata karena rasa perih di pergelangan tangannya. Meski sudah di suntikkan obat anti nyeri tetap saja masih terasa. Hanya kadar sakitnya saja yang berkurang. 


"Kamu harus semangat Din. Hidupmu terlalu berharga. Jangan anggap hidupmu berhenti hanya karena masalah ini," ucap Gusti. Sebenarnya Dia ingin menggenggam tangan Andini. Tapi Dia tahu batasan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim.


"Aku putus asa karena anakku."


"Itu kan kata mantan suamimu. Kamu tidak membuktikannya sendiri. Sebaiknya kamu temui anakmu. Kamu bilang sama Dia kalau kamu sayang sama Dia. Kamu ingin Dia kembali sama kamu. Ucapkan dengan tulus. Masa anakmu tidak luluh?"


"Aku tidak tahu tempat tinggal mereka sekarang. Aku tidak tahu kemana harus mencari anakku, Gus."


"Aku akan membantumu. Jangan bilang tidak bisa kalau belum mencoba. Kamu bisa ke sekolahnya kalau Dia sudah sekolah. Sudah sekolah kan?"


"Sudah. Masih TK. Ya sudah kamu temui saja Dia di sana. Kenapa harus cari jalan pintas yang justru hanya merugikan dirimu sendiri. Orang yang mati bunuh diri tidak akan bisa masuk surga Andini. Kamu sudah menderita karena bunuh diri yang kamu lakukan, kelak di akhirat juga akan disiksa lagi. Kamu mau?"


Andini menggeleng pelan. Gusti sudah seperti seorang Guru yang menasehati muridnya. Gusti hanya berharap Andini bisa berfikir lebih jernih menghadapi masalahnya. 


"Bukannya kamu mau ninggalin aku? kamu ga mau peduli sama aku gara-gara kejadian semalam?"


"Sebenarnya iya. Tapi melihat kamu sampai nekat begini, aku jadi merasa bersalah. Karena aku baru sadar kamu butuh teman. Kalau boleh aku saranin, kamu lebih baik ke psikiater. Kamu bisa curhat semuanya pada ahlinya."


"Kamu anggap aku gila, Gus?"


"Din, orang yang butuh psikiater bukan berarti Dia gila. Tapi orang yang punya beban hidup yang berat, depresi hingga sulit baginya mengenali dirinya sendiri, itu sudah butuh penanganan dari psikiater. Banyak sekali jenis depresi yang kadang tidak kita sadari. Dan yang bisa mendeteksi itu semua adalah psikiater. Aku sebagai teman ya hanya bisa menasehatimu seperti ini aja. Jika kurang sabar, aku akan seperti tadi malam. Tapi kalau kamu curhat sama psikiater, kamu akan menemukan solusi yang tepat. Dia tidak akan marah sama kamu, Din."


"Aku ga tertarik, Gus."


"Ga tertarik tapi harus Din. Ini demi kesehatan mentalmu. Ingat kamu sedang mengandung. Kalau kamu stress, anakmu juga akan merasakannya, Din."


"Tahu apa kamu, Gus? kamu kan belum punya anak."


ISTRI YANG TAK DIINGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang