19. Make high blood

79.7K 11.1K 834
                                    

> super panjang, 1900 kata. Jangan lupa vote dan komen ☺️

Happy Reading...

𝓣𝓱𝓮  𝓕𝓪𝓽𝓮  𝓸𝓯  𝓘𝓻𝓲𝓷𝓪



Terhitung sudah dua bulan di dimensi ini, Penyihir Agung melatih Helios dan Irina secara bergantian. Tidak ada kesulitan yang berarti baginya. Pada dasarnya, dua muridnya ini mampu menyerap ilmu yang ia berikan dengan baik. Perkembangan keduanya begitu signifikan, Penyihir Agung dapat merasakan energi keduanya yang semakin bertambah dari hari ke hari.

Ketiganya sedang makan bersama di meja dan kursi makan yang terbuat dari bambu. Hari-hari yang mereka jalani selalu berulang. Jika hari ini Penyihir Agung melatih Helios maka Irina akan menghabiskan waktu untuk bermeditasi, begitupun sebaliknya. Dan Irina sebagai satu-satunya wanita akan memasak, menyiapkan hidangan untuk keduanya. Irina juga berkewajiban menjaga kebersihan rumah ini.

Namun, Irina lebih sering berwajah masam semenjak kedatangan Helios ditempat ini. Bagaimana tidak, Helios selalu membuatnya kesal dengan menyuruh-nyuruhnya seperti pelayan. Jika untuk melayani Penyihir Agung, ia tidak masalah. Namun Helios? Mereka berdua ditempat ini sama-sama berstatus murid Penyihir Agung. Seharusnya pria itu dapat mandiri. Ini bukan Istana yang memiliki ratusan pelayan yang siap melayani tanpa bantahan. Ah, Irina memang tidak sanggup membantah. Bagaimanapun pria ini calon Raja di masa depan, Penyihir Agung juga memberi perintah untuk selalu membantu dan melayani Helios.

"Irina, supku kurang asin." Helios memberikan mangkoknya pada Irina.

Irina menghela napas pelan. Meletakkan sendok kayunya kemudian bangkit dari duduknya, mengambil mangkok Helios lalu membawanya ke dapur untuk ditambahkan garam.

"Irina supku kurang asin...." Irina mengulangi perintah Helios dengan wajah yang dramatis cenderung kesal. Terlalu asin, salah. Kata Helios, asin membuatnya mudah marah. Hanya diberi sedikit garam, salah pula.

Irina meletakkan kembali mangkok sup tersebut dihadapan Helios. "Jika masih kurang asin, Anda bisa menambahkan garam sendiri." Seraya meletakkan tempat garam disana.

"Terima kasih." Helios melanjutkan kembali makannya. Garam yang ditaburkan Irina sudah pas dengan lidahnya. Ia tidak perlu menambahkannya lagi.

Ya, setidaknya Helios masih berkenan mengucapkan terima kasih setiap menyuruhnya. Jika tidak, Irina lebih baik tidur dipohon saja dari pada satu rumah bersama pria ini.

"Sebentar lagi akan terjadi perubahan cuaca di dimensi ini. Saat siang hari langit akan begitu terik namun dimalam hari akan sangat dingin, hujan deras bahkan terjadi badai." Ujar Penyihir Agung memberitahukan.

Helios terlihat tidak tertarik dengan penuturan Penyihir Agung. Dimensi ini aneh dan menakjubkan secara bersamaan. Baik makhluk hidup, waktu dan juga perubahan cuaca yang terjadi beberapa tahun sekali, keseluruhannya berbeda dengan dunia nyata.

Namun berbeda dengan Irina, ia terlihat begitu tertarik. "Berarti akan ada petir, Guru?" Tanya Irina.

Penyihir Agung mengangguk, mengiyakan.

Wajah Irina berbinar. Akhirnya ia dapat menyerap energi petir murni. Ia sudah tidak sabar untuk mencoba sihirnya apabila dialiri petir murni.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang