20. Lost patience

75.5K 12.5K 324
                                    

Selamat malam....

Makasih untuk yang sudah komen dan spam next dichapter sebelumnya. Maaf gabisa balas satu-satu 🙏🏻

𝗕𝗲𝘀𝘁𝗶𝗲....𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗹𝗶𝘁 𝘃𝗼𝘁𝗲 𝗱𝗼𝗻𝗸 🥹 𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗿𝗶𝗯𝘂𝗮𝗻 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝘃𝗼𝘁𝗲𝗻𝘆𝗮 𝗴𝗮𝗸 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝟱𝟬𝟬. 𝗧𝗼𝗹𝗼𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗮𝗽𝗿𝗲𝘀𝗶𝗮𝘀𝗶 𝗮𝘂𝘁𝗵𝗼𝗿 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗯𝗲𝗻𝘁𝘂𝗸 𝘃𝗼𝘁𝗲! 𝗦𝘆𝘂𝗸𝘂𝗿-𝘀𝘆𝘂𝗸𝘂𝗿 𝗻𝘆𝗲𝗺𝗽𝗲𝘁𝗶𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻. 𝗞𝗹𝗼 𝗺𝗮𝗹𝗲𝘀 𝗰𝘂𝗸𝘂𝗽 𝘃𝗼𝘁𝗲 𝗮𝗷𝗮. 𝗩𝗼𝘁𝗲 𝗴𝗿𝗮𝘁𝗶𝘀, 𝗴𝗮𝗸 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝟯 𝗱𝗲𝘁𝗶𝗸. 𝗝𝗮𝗱𝗶 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗵𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗶𝗸𝗺𝗮𝘁𝗶 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗵𝗮𝗿𝗴𝗮𝗶 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗷𝗲𝗿𝗶𝗵 𝗽𝗮𝘆𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗻𝘂𝗹𝗶𝘀𝗻𝘆𝗮 🥲


Happy Reading...

"Sudah siap, Pangeran. Anda bisa beristirahat sekarang." Irina berkata dengan pelan, ekspresinya terlihat tidak bersemangat. Ia usai menyiapkan alas tidur untuk Helios. Walau lelah setelah berlatih seharian, Irina tetap harus melayani pria itu. Mau bagaimana lagi, mengeluh juga percuma.

Sudah 2 minggu ini sejak kepergian Penyihir Agung, ia dan Helios tinggal bersama ditempat ini. Keseharian mereka selalu sama. Mereka mencoba dan terus mencoba untuk melewati ujian tersebut. Namun seperti yang dikatakan Penyihir Agung, ujian ini tidak mudah.

Rasa lelah dan putus asa tentu ada. Terutama rasa jengkel. Dirinya sudah pening dengan ujian, namun keseharian Irina masih harus disibukkan dengan melayani Helios. Pria itu benar-benar tidak peka. Setidaknya untuk hal-hal kecil seperti menyiapkan alas tidur, Helios dapat melakukannya sendiri kan?

"Hmm..." Helios menanggapinya dengan gumaman. Dirinya masih betah berada didepan jendela, menatap langit malam.

Irina duduk diatas alas tidurnya, memposisikan diri untuk meditasi. Ia perlu merilekskan badan, otak, pikiran, dan memulihkan energinya.

"Ujian pengendalian energi itu benar-benar membuatku putus asa." Celetuk Helios.

"Saya tau. Ujian tersebut sungguh berlawanan dengan orang yang mudah marah seperti Anda." Balas Irina dengan mata terpejam.

"Kau berkata seolah-olah kau orang yang sabar. Bahkan hari ini kau menebas jerami-jerami itu dengan sabit petirmu. Pengendalian dirimu juga buruk." Cibir Helios membahas kejadian tadi siang.

"Saya jauh lebih baik dari Anda, Pangeran. Setiap Anda gagal, Anda pasti membakar jerami-jerami disana." Balas Irina.

"Seharusnya ujian itu dinamakan 'pengendalian emosi' bukan 'pengendalian energi."

Irina tidak menanggapi kembali perkataan Helios. Ia lebih berkonsentrasi terhadap meditasinya.

Setelah beberapa saat hening. Helios kembali bersuara, "Irina, buatkan aku teh hijau."

Irina mendengarnya namun ia berpura-pura tuli. Mengganggu konsentrasinya saja!

Helios mengerutkan kening karena tidak mendapatkan jawaban. Ia membalikkan badan dan mendapati Irina sedang bermeditasi. Jadi Irina sengaja tidak menanggapinya?

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang