Empat

7.2K 966 32
                                    

Aku belum ada bilang FL-nya siapa-siapa loh yaaaaaa... tapi menurutku Tyas dan Nindi punya peran 50:50. Silakan dinikmati dulu alurnya.

Selamat membaca!









"Kan aku udah bilang, Mas. Nanti pulang sendiri. Lagian kok kayak aku ke mana sih, Mas juga tahu lagi di sini, nggak akan ke mana-mana."

"Ya kamu ditelepon juga nggak angkat, pesannya nggak dibales. Mas itu khawatir sama kamu, Yas, apalagi malem-malem begini."

"Apa yang perlu dikhawatirin?"

Tyas membuang napasnya kasar, jenuh dengan sikap Nugra yang seolah menganggapnya seperti anak kecil, terkesan tidak mempercayainya. Ayo lah, dia cuma bertandang ke rumah kawan akrabnya yang baru kembali setelah sekian lama menempuh pendidikannya di negeri seberang.

Dia juga tahu diri lah, mana mungkin akan pulang selepas tengah malam? Jadi kenapa suaminya ini riwuh sendiri? Toh, jika Nugra keluar Tyas juga tidak merecokinya.

Kenapa jika Nugra boleh lantas dia tidak?

Sedangkan Nugra, melihat istrinya yang tampak mulai kesal memilih mundur, mengalah, tidak lucu juga mereka bertengkar di depan rumah orang.

Laki-laki itu mengusap wajahnya, memperhatikan bangunan berlantai dua yang menyala terang, tempat Tyas dan teman-temannya berkumpul.

Nugra tidak masuk dan marah-marah, dia hanya menelepon Tyas dan menunggunya di luar, selain sebab dia tidak akrab dengan kawan-kawan istrinya, Nugra juga tidak ingin mengganggu acara para perempuan itu.

Nugra rasa, dia sudah menempatkan diri setahu-tahunya.

Dia hanya khawatir, sudah pukul sembilan malam dan istrinya belum kunjung pulang, tidak bisa dihubungi. Suami mana yang tidak kalang kabut?

Dia hanya ingin memastikan bahwa Tyas baik-baik saja, sudah. Lantas kenapa kehadirannya dianggap sebagai pengganggu begini?

"Jadi kamu mau pulang jam berapa?"

"Nanti dulu."

"Mas tungguin, ya? Nanti kita pulang bareng."

"Mas? Ya ampun!" Tyas mengeratkan rahangnya, memilih menatap mata memerah milik suaminya dengan dongkol daripada penuh haru sebab merasa dikhawatirkan. "Kapan sih aku diberi ruang, Mas?"

Kapan? Bukannya setiap hari sudah?

"Aku juga punya kehidupanku sendiri."

Tapi bukankah mereka suami istri? Lantas apa apa gunanya status ini jika Tyas selalu ingin menikmati hidupnya sendiri? Nugra tidak akan mengusik, mengekang, dia hanya ingin dilibatkan, sudah. Setidaknya Tyas menganggap bahwa keberadaannya itu penting dan berarti, bukannya Nugra disisihkan di tempat jauh begini.

"Aku malu loh sama yang lain, selalu aja gini. Dulu di birthday party-nya Inggit Mas juga begini. Aku bukan anak kecil, aku juga paham kok, Mas, batasan-batasanku. Aku nggak kumpul sama laki-laki, aku nggak ikut minum, nanti aku juga pulang. Kan sebelumnya aku juga udah bilang, masa aku harus laporan sama kamu tiap lima menit sekali? Tiap Mas yang keluar, pernah nggak aku ganggu? Kasih ruang buat aku sebentaaaar aja."

Tyas adalah kelemahan Nugra, jadi bisa apa dia di kondisi lemah begini?

Laki-laki itu maju, mengecup sekilas pucuk kepala istrinya, berharap karena itu kepala Tyas bisa lebih dingin.

"Oke, kalau butuh apa-apa kabarin Mas."

"Mending Mas pulang aja. Istirahat, nggak perlu khawatirin aku, aku bisa jaga diriku sendiri."

Kala MerakiWhere stories live. Discover now