7. Dan Pada Saat Itu Juga, Hati Ini.... (1)

13 3 2
                                    

Aku menyesali banyak hal di kehidupan ini. Walaupun demikian, aku tidak pernah sedetikpun menyesali waktu yang aku berikan untukmu
-Dariku kepada Nayanika

Nayanika
| Liya, aku berhasil mendapatkan informasi yang kamu inginkan itu. Rajanya Luciendra adalah Sataniel!

Anda
Heee ... bagaimana dia ngomongnya? Cerita sejelas mungkin!|

Nayanika
| Ya, sama seperti sebelumnya, aku mendatangi tempat dimana aku dan Luciendra biasa bertemu, dan semalam ia ada di sana. Seperti biasa, aku menceritakan keseharianku kepadanya selagi ia diam mendengarkan. Di pertengahan semua itu, aku langsung bertanya kepadanya,
    "Luciendra, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
    "Akhir-akhir ini kamu banyak sekali bertanya, tetapi tentu saja, silakan."
    "Siapa raja yang kamu sembah?"
    "Untuk apa kamu mengetahui itu?"
    "Jawab saja, nama rajamu Sataniel atau Semyaza?"
    "Tentu saja Sataniel!" Sebuah senyum yang lebar menghiasi wajahnya selagi ia menjawab demikian, dari nada suaranya juga Luciendra terdengar bangga memiliki Sataniel sebagai raja.

Anda
Hoo ... benarkah? Baguslah kalau begitu, setelah mendengar begitu banyak caci maki yang diucapkan Iblis mengenai Sataniel, mendengar ada yang bangga menyebut satu ekor Iblis itu sebagai rajanya membuatku bahagia.|

Nayanika
| Apakah ini berarti aku boleh tetap terus menghabiskan waktu bersama Luciendra?

Anda
Tentu saja, aku tidak memiliki alasan untuk mencurigainya lagi. Tetapi selalu ingat, Nay, bagaimanapun juga makhluk alam sana itu tetaplah makhluk alam sana, jagalah dirimu dan berhati-hatilah.
Selain itu, nikmatilah waktu kalian.|

Nayanika
| Yes! Dan tenang saja, aku selalu berhati-hati ketika berada di sana.

Anda
Baguslah, dan aku ingin kamu mengingat ini selalu, jikalau suatu saat terjadi masalah dalam arti, ada yang berani melukaimu di alam sana atau skenario terburuk Luciendra tiba-tiba berubah dan mecelakaimu, segera beritahu aku. Aku akan mengurusnya untukmu.|

Nayanika
| Baiklah, aku akan mengingatnya selalu. Terima kasih, Liya.

Anda
Tidak perlu, Nay. Seharusnya aku yang berterima kasih.|

    Begitulah awal mula terjalinnya koneksi di antara diriku dan Nayanika. Setelah kejadian itu, selama beberapa minggu kami tidak saling menghubungi lagi. Walaupun demikian, melalui status Whatsapp kedua mata ini selalu memantau baik-baik jalan hidup si gadis bercadar. Selama beberapa minggu hening tersebut, semuanya terkesan baik-baik saja, dengan Nayanika terus mengekspresikan diri baik melalui media tulis ataupun lukis, tidak ada masalah, tidak ada yang terkesan di luar normalitas sampai pada suatu momen di grup kepenulisan yang Hana buatkan untuk kami semua,

Nayanika is typing...
Nayanika is typing...
Nayanika is typing...

Sesi curhat ya? Naya sedang mengetik ... nantilah aku lihat. Begitulah bunyi pikiran ini setelah melihat isi grup kepenulisan yang sekejap ramai.
Ok, saatnya melihat kondisi hidup anak-anak. Hm? Mengapa Naya menghapus pesannya? Rasa penasaran timbul bak mentari pagi melihat bahwa Nayanika tiba-tiba saja menghapus pesan yang ia kirimkan di grup. Jikalau kedua mata ini tidak salah, pesan itu berisi sebuah pertanyaan sederhana berbunyi,

Nayanika,
| Permisi, mungkin kalian bosan mendengar aku curhat melulu, tetapi boleh tidak aku curhat lagi mengenai sesuatu?

Namun, belum seperempat menit berlalu, pesan itu ditarik oleh si gadis. Seolah-olah ia dalam sekejap mengurungkan niat untuk bercerita di grup.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 28, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ephemeris VitaeWhere stories live. Discover now