21. Awkward

79.1K 11.5K 898
                                    

Happy Reading...

𝓣𝓱𝓮  𝓕𝓪𝓽𝓮  𝓸𝓯  𝓘𝓻𝓲𝓷𝓪



Saat ini Helios dan Irina sedang berada ditempat ujian. Irina masih merajuk perihal kejadian semalam, dan Helios tentu menyadari hal itu. Irina selalu berkata singkat dan seperlunya saja sejak tadi pagi. Padahal yang seharusnya memiliki sifat pemarah adalah dirinya yang berelemen api. Wanita memang rumit.

Ini merupakan percobaan Irina yang ke 168 kalinya. Kegagalannya selalu beragam. Entah bola petirnya yang menyentuh salah satu jerami, kakinya yang melewati batas garis putih atau mengenai batas waktu.

Bola petir Irina menyentuh lapisan kedua jerami yang berbentuk lingkaran. "Sial! Sial!!" Umpat Irina dengan nada yang cukup melengking.

Dalam waktu singkat Irina membuat busur panah menggunakan energinya. Lantas melepaskan 3 anak panah secara bersamaan ke jerami yang berjarak 10 meter darinya. Jerami yang terkena anak panah Irina, berubah menjadi kupu-kupu dan tidak lama muncul kembali jerami yang baru. Hal barusan ia lakukan untuk melampiaskan emosinya.

"Giliranmu mencoba." Irina memposisikan diri sama halnya yang dilakukan Helios sekarang. Merebah ditanah, disebelah Helios. Kemudian memejamkan mata. Hari ini sama dengan hari-hari sebelumnya, gagal dan gagal. Entah kapan dapat berhasil melewati ujian yang menguras emosi ini.

"Malas. Mencobanya sama saja membuatku darah tinggi." Balas Helios dengan mata terpejam. Ia sendiri sudah mencobanya 150 kali untuk hari ini. Dan ia tidak berminat lagi untuk mencobanya.

"Bagaimana jika kita memikirkan cara curang saja? Kita pikirkan bagaimana melenyapkan jerami yang sudah diberi sihir itu, kemudian kita buat jerami palsu." Ujar Helios kemudian.

Irina mengabaikan celotehan Helios yang tidak penting tersebut. Tempat ini sudah diatur sedemikian rupa oleh Penyihir Agung. Mustahil dapat bertindak curang atau lainnya. Pikiran dan fisiknya sungguh lelah. Entah mengapa rasa lelah ini justru menyebabkan kantuk datang.

"Irina, kau dengar tidak?!"

Irina masih terdiam dan Helios kembali bersuara, "Kau merajuk? Masih marah padaku? Di dimensi ini hanya ada dua manusia yaitu kita. Seharusnya kita tidak saling mengabaikan."

Irina tetap tidak menggubris perkataannya. Helios membuka mata dan menoleh ke arah Irina yang berada di dekatnya. Apa wanita ini tertidur? Helios sedikit memiringkan tubuh, menyangga kepala dengan satu tangannya, mengamati sosok disebelahnya.

Dibawah terpaan sinar matahari seperti sekarang, surai panjang yang berwarna perak tersebut semakin berkilau. Kulitnya yang bercampur keringat justru memancarkan pesona sendiri. Setiap lekuk tubuhnya adalah kesempurnaan. Pun dengan bagian-bagian wajah yang terstruktur sempurna, baik alis, mata, hidung, tulang pipi dan bibir. Walau terkesan sedikit antagonis, namun wajah tersebut memang cantik. Tidak, tepatnya sangat cantik.

Sudut bibir Helios tertarik, entah kapan terakhir kalinya ia mengagumi kecantikan wanita. Seketika mimik wajah Helios berubah. Bisa-bisa ia mengagumi wanita yang selalu menatapnya penuh permusuhan.

Helios mengubah posisinya menjadi duduk. "Irina...?!" Panggilnya. Helios mengulanginya beberapa kali dan terakhir kalinya, suaranya cukup keras hingga mampu membangunkan Irina.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon