Sub Bab 6 | Boleh Kok

4.6K 511 17
                                    

Boleh ya? yasudah
___________________________________________


Elang berguling-guling di kasurnya sudah hampir 15 menit, berbagai macam kegiatan sudah dia lakukan di kamarnya termasuk menonton film dan kemudian turun ke lantai bawah untuk mengambil camilan yang tersedia, bolak-balik membuka kulkas hanya untuk menatapinnya beberapa menit kemudian menutupnya lagi dan kembali ke atas, begitu seterusnya.

"Kamu ngapain sih, Lang? Mau kamu screenshot itu isi kulkasnya di buka tutup buka tutup terus?"

Elang merengut, melirik bundannya sambil pasang wajah memelas namun yang ibunda tetap menggeleng seakan tau apa yang diisyaratkan oleh anaknya.

Elang mendengus, kembali ke atas kamarnya dan menjatuhkan diri ke atas kasur, berguling di sana dan menggeram bosan, di liriknya jam di tangannya menunjukkan pukul 8 malam dan dia melanjutkan sesi bergulingnya, membenamkan wajah di bawah bantal.

Bunyi notifikasi ponsel membuat dia membuka bantal yang membekap wajahnya, melihat pesan dari Arsene.

Abaikan timestamp nya ya.

Abaikan timestamp nya ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak lama setelahnya, panggilan telepon dari Arsene terdengar, Elang buru-buru mengangkatnya sebelum bundanya mendengar dan menanyakan siapa penelepon tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak lama setelahnya, panggilan telepon dari Arsene terdengar, Elang buru-buru mengangkatnya sebelum bundanya mendengar dan menanyakan siapa penelepon tersebut.

"Halo?"

Suara berat dari Arsene terdengar untuk yang pertamakali setelah dua hari dia terkurung di dalam rumah.

"Halo. Ngaps nich brader?"

Terdengar kekehan dari ujung sana dan refleks Elang ikut terkekeh.

"Bunda dimana, Lang?"

"Ada tuh di dapur." Elang melirik pintu kamarnya yang tertutup. "Gue bosen banget pengen main."

"Sini kerumah gue, banyak camilan gue baru nyetok lagi."

"Anjing lo, Sen." Arsene terkekeh lagi, Elang berbaring dan menaruh ponsel disamping telingannya sambil memejamkan mata.

"Belajar dulu, lo pasti mau tidur?"

"Sok tau."

"Mau gue ajarin aja?"

"Emang lo bisa?"

Arsene berdeham di ujung sana, dan Elang menatap dinding kosong di depannya sambil tersenyum kecil.

"Ngajarin anak cupu kayak lo doang mah enteng."

"Babi, gak usah, gue bisa belajar sendiri. Tapi gue ngantuk banget. Suara lo kayak pengantar tidur anjir, buruan bikin podcast, Sen, ntar duitnya bagi dua sama gue."

"Enak banget lo."

Elang tertawa kecil. "Iya dong, punya lo kan punya gue juga."

"Berarti pacar gue pacar lo juga?"

Elang tampak berpikir. "Yaaa... Berarti-"

"Atau lo yang jadi punya gue?"

Elang terdiam, mendadak diam tertegun dengan pertanyaan Arsene yang ia yakini adalah candaan pencair suasana, namun jantungnya berdegup kencang tanpa alasan.

"Anjing lo. Gak gitu."

"Terus gimana? Kita pacaran?"

"SIAL ARS- sene..." Spontan mengecilkan suara ketika menyebut nama Arsene, Elang mendecak kesal. "Diem anjing mancing emosi gue aja, nanti ketawan bunda nih."

"Iya-iya."

Lama hening menyapa sampai akhirnya Elang berdehem dan memanggil Arsene.

"Sen."

"Hm?"

"Lo kalo mau pacaran lagi boleh kok, gak usah mikirin Bunda atau Ayah, kita semua setuju, lagian lo berhak punya kehidupan baru, Kak Bella udah bukan tanggung jawab lo lagi."

"Oh ya?"

Elang mengangguk walau sadar Arsene tidak akan melihatnya. "Iya, gue rasa lo pasti punya orang yang lo suka, dan lo gak mesti-"

"Iya gue punya"

"TUH KAN." Kemudian Arsene segera menutuo mulutnya. "Tuh kan, lo boleh kok pacaran sama dia gak ada yang ngelarang."

"Yakin?"

"Iya."

"Yaudah."

"Kok yaudah?"

"Yaudah? Terus apa lagi?"

"Ya ajak pacaran lah anjrit!"

"Elang, lo mau jadi pacar gue gak?"

Wajah Elang mendadak kaku, dia melotot sambil meremas selimut.

"GAK GITU MAKSUD GUE ANJING, KE ORANG YANG LO SUKA!"

Kemudian pintu Elang di gedor suara bundannya mengikuti, dia berbisik kepada Arsene untuk menyudahi telepon dan kemudian mendatangi bundannya yang pasti bertanya mengapa dirinya berteriak barusan.

Ini semua karena keusilan dan ketidakseriusan Arsene ketika diajak berdiskusi, sial.

-o0o-

TBC

WOOWOWOOW HAIII, kalian boleh kok komen, gak ada yang ngelarang

Pesawat Kertas [END]Where stories live. Discover now