23. Shocked

74.2K 10.7K 955
                                    

Happy Reading...

𝓣𝓱𝓮  𝓕𝓪𝓽𝓮  𝓸𝓯  𝓘𝓻𝓲𝓷𝓪



Seolah tidak terjadi apapun diantara mereka. Helios terlihat biasa saja dan Irina sendiri juga demikian. Justru akan aneh jika keduanya saling mengabaikan, kikuk atau canggung atas kejadian tersebut. Bagaimanapun mereka hanya berdua di dimensi ini, bahkan mereka tinggal bersama dan mengharuskan mereka untuk saling berkomunikasi setiap harinya.

Irina sedang menatap sosok Helios yang sedang mengarahkan apinya, melewati sela jerami coklat untuk menuju jerami hitam. "11 detik." Setelah perkataan Irina, keseluruhan jerami disana berubah menjadi kupu-kupu.

Wajah Helios terlihat akan meledak. Ujian ini benar-benar menguras emosi! Sehari ini ia sudah mencoba 157 kali. Walau yang terakhir barusan lebih baik dari percobaan sebelum-sebelumnya, tetap saja ia gagal karena masalah waktu. 5 detik itu waktu yang sangat singkat!

"Kendalikan emosimu, Pangeran." Irina tahu jika Helios dalam suasana hati yang buruk.

"Percobaanmu barusan tidak buruk. Kau berhasil melewati jerami coklat tanpa sedikitpun menyentuh. Hanya perihal kecepatan." Imbuhnya.

Padahal Irina sendiri juga selalu gagal. Namun setidaknya, pengendalian emosinya lebih baik dari Helios. Permasalahannya sama dengan Helios yaitu waktu. Ia sempat berpikir jika bola petirnya teraliri petir murni maka akan dengan mudah melewati ujian tersebut. Kecepatannya memang sudah tidak diragukan lagi. Namun bola petirnya menjadi lebih agresif. Dan karena hal itu, ia perlu meningkatkan fokus ketika mengendalikannya.

Helios menatap Irina sekilas kemudian memejamkan mata dan menghirup napas dalam-dalam, menghembuskannya perlahan. "Kau ingin mencobanya lagi?" Tanya Helios.

"Tidak. Aku sudah puas dengan hari ini. Kurasa tidak lama lagi kita akan berhasil melewati ujian ini." Ujar Irina penuh keyakinan.

Helios duduk disamping Irina, pandangannya terpusat kearah jerami-jerami didepan sana. "Ya. Ini berkat idemu. Setelah melakukan meditasi agar lebih fokus dan menjaga kestabilan emosi, akhirnya aku mencapai peningkatan."

"Kau jauh lebih baik sekarang. Dulu saat mencoba dan gagal, kau selalu membakar jerami-jerami disana." Irina tersenyum tipis.

Helios mengubah topik pembahasan, "Sejak kapan kau berlatih sihir?"

"Satu tahun yang lalu. Kau sendiri?"

"Saat usiaku 20 tahun aku sudah mempelajari sihir. Namun Yang Mulia memintaku untuk mendalami akademik terlebih dahulu. Aku baru melanjutkan ilmu sihir setelahnya." Balas Helios.

Lantas bertanya pada Irina, "Apa yang ingin kau lakukan setelah mencapai level empat atau bahkan lima?"

"Menjadi Labis, mungkin." Balas Irina menanggapi.

"Keseluruhan waktumu akan terbuang untuk menjaga Istana. Seandainya kau menikah, anak dan suamimu pasti merasa terabaikan."

"Menikah?" Irina justru tertawa mendengar kata tersebut.

"Kenapa? Apa kau tidak ingin menikah?" Helios menoleh sekilas untuk mengamati ekspresi Irina.

"Bukan tidak ingin. Tapi aku jujur saat mengatakan, aku sedikit trauma tentang cinta. Rasanya menyakitkan saat mencintai orang tersebut tapi tidak mendapatkan balasan. Itu adalah situasi paling stres yang pernah aku alami." Perkataannya benar, bukan? Karena stresnya, di masa lalu Irina bersekutu dengan iblis dan berkeingin melenyapkan Ruby.

The Fate Of Irina (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang