2. Keluarga Cemara

133K 13.1K 1.9K
                                    

بسم الله الر حمن الرحيم

"Allah, kenapa Engkau hadirkan rasa itu kalau pada akhirnya harus ada kepedihan sedalam ini? Tolong yakinkan kepada diri saya, bahwa akan ada rencana indah yang Engkau persembahkan setelah ini."

Arkanza Zayyan Ghaziullah El-Zein

"Kriteria perempuan idaman Abang seperti apa, Nak?" tanya Bunda Syafiya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kriteria perempuan idaman Abang seperti apa, Nak?" tanya Bunda Syafiya.

Kali ini di ruang tamu hanya ada Bunda Syafiya dan Zayyan. Sementara Komandan Athar baru saja kembali ke kantor.

Zayyan sedikit syok mendengar pertanyaan Bundanya. Gelas yang hendak ia dekatkan pada lisannya diletakkan kembali ke atas meja.

"Bunda?"

"Sayang, Bunda tau. Rezeki, jodoh, dan ajal itu sudah ditentukan takdirnya oleh Allah. Tapi apa karena begitu kita hanya diam menunggu tanpa ada usaha?"

"Bunda cuma nggak mau Abang terus berada dalam keterpurukan. Bunda nggak mau Abang semakin tenggelam dalam lautan trauma. Bunda mau Abang kembali ceria seperti dulu lagi, Nak. Bunda tau saat ini luka di hati Abang belum kering, maka izinkan Bunda untuk membantu mengobatinya," terlihat raut kesedihan dan penuh harap pada sang Bunda.

Zayyan tidak bisa berada dalam posisi ini. Melihat Bundanya seperti ini membuat ia merasa sangat bersalah. Zayyan sadar, dirinya belum menjadi sempurna sebagai seorang anak. Maka tidak seharusnya dia membuat Bundanya sesedih ini.

"B-Bunda mau carikan Abang jodoh?" tebaknya mengingat pertanyaan sang Bunda.

Bunda Syafiya tersenyum dan mengangguk.

"T-Tapi Bun. Abang nggak mau dijodohin. Abang nggak suka, Bun. Abang mau cari sendiri, pilihan Abang sendiri," ucap Zayyan blak-blakan membuat senyum diwajah bundanya kembali memudar.

Zayyan memejamkan matanya. Mencoba mengusir segala keegoisan yang kini menguasai dirinya. Mencoba mengusir semua rasa yang menjadikan ia serasa satu-satunya manusia paling menderita karena lamarannya tertolak.

"Abang mau dijodohin."

"Zayyan?"

"Bunda tadi tanya kriteria perempuan idaman Abang kan?" Bunda Syafiya mengangguk, senyum bahagianya membuat Zayyan sangat lega.

Kalau Abang belum bisa membuat Bunda selalu bahagia. Setidaknya Abang akan selalu berusaha membuat Bunda tidak menangis karena Abang.

"Sejujurnya Abang tidak punya kriteria khusus perihal perempuan yang akan menjadi teman hidup Abang nantinya. Hanya satu Bun, dia mau Abang bimbing dengan penuh keikhlasan supaya kita bisa meraih surgaNya bersama-sama."

"Jika dia sholehah, Abang beruntung. Jika belum, Abang jauh lebih beruntung karena bisa menjadi laki-laki yang menjalani kodratnya sebagai seorang pembimbing, sebagai seorang imam untuk makmumnya. Dari awal Abang selalu berpikir kalau jodoh Abang nantinya sangat butuh bimbingan supaya Abang terus termotivasi selalu semangat membekali diri dengan ilmu agama khususnya untuk menjalankan ibadah terpanjang yang tak lain adalah pernikahan," Zayyan mengakhiri jawabannya, bibirnya terangkat membentuk bulan sabit. Rasanya berdebar-debar hati Zayyan saat menjelaskan sesosok perempuan yang kelak akan ia muliakan dan cintai setelah bundanya.

Lentera Senja (TERBIT)Where stories live. Discover now