13 - marahan pt 2

9 2 0
                                    

Halloo
Happy Reading
•●•

Benar itu adalah Nova. Perempuan itu tampak sedang berdiri di samping motor NMAX dan di depannya ada seorang laki-laki yang ingin memakaikan helm bogo milik Nova ke kepalanya.

Senja dan Satria yang melihat kejadian itu pun hanya bisa diam dan bertanya-tanya siapa pria yang tengah bersamanya di sana.

"Dia sama siapa?" Tanya Senja kemudian. Satria tidak bereaksi apapun. Ia diam dan melanjutkan melepas sabuk pengamannya.

"Lo liatkan tadi?" Senja menarik pundak Satria yang hendak membuka pintu mobil di sampingnya.

"Dia selingkuhin lo Sat?! Dia sama selingkuhannya! Kapan sih lo sadar?" Senja mengucapkannya dengan penuh penekanan sambil menunjuk-nunjuk ke arah luar, tempat semula Nova dan laki-laki tadi.

"Belum tentu itu selingkuhannya! Siapa tahu itu keponakannya. Jangan fitnah Nova, Nja! Belum tentu itu semua bener!" Satria membalasnya tak kalah dengan nada biara Senja.

"Mata lo buta apa gimana sih, Sat? Jelas-jelas tadi dia mesra-mesraan sama tuh cowok! Lo bego apa gimana?" Mata Senja mulai berkaca-kaca.

"Lo boleh cinta sama Nova! Tapi lo jangan bego juga! Cinta lo udah terlalu buta, Sat! Gue udah bilang ke lo dia itu selingkuhin lo! Dan sekarang lo masih nggak percaya kalau dia selingkuhin lo? Mata lo kemana?" Senja berteriak kepada Satria.

"Keluar dari mobil gue sekarang!" Ucap Satria tiba-tiba membuat Senja yang tengah berapi-api itu pun langsung bingung.

"KELUAARR!" Senja terdiam saat Satria membentaknya.

"Sat?..." ucap Senja pelan. Ia tidak percaya kalau seorang laki-laki itu akan mengusirnya dari mobil. Satria tampak mengalihkan pandangannya ke yang lain, ia sangat tidak suka melihat perempuan menangis ia sebabnya ia enggan menatap mata Senja saat ini.

Senja yang tidak habis pikir dengan kelakuan Satria, ia pun keluar langsung ke luar dari mobil. Dengan cepat ia berlari sekencang-kencangnya agar ia jauh dari tempat itu.

Satria menatap kosong ke arah depan. Ia sebenarnya merasa bersalah atas apa yang telah ia lakukan kepada Senja, tetapi kini nasi sudah menjadi bubur. Semuanya telah berlalu layaknya air yang terjun yang mengalir dari ketinggian.

***

Senja memberhentikan langkahnya. Ia melihat sekeliling. Ada beberapa kendaraan yang berlalu-lalang di jalan raya. Senja terdiam sejenak setelah menyadari kalau ia kini berada di tempat yang jauh dari rumahnya. Kemungkinan jika ia terus berjalan ia akan semakin jauh dari rumah.

Senja pun merogoh kantong celananya untuk mengambil handphonenya tetapi ia tidak mendapati benda itu pada kantonya. Senja pun ganti merogoh kantong celana bagian depan tetapi tetap tidak ada. Ia pun mengingat kembali saat ia meletakkan tasnya yang berisikan dompet dan handphone miliknya di dalam mobil. Senja mengusap wajahnya kasar lalu menyibakkan rambutnya ke belakang. Ia tampak sangat menyesal telah melakukannya dan ia kini bingung harus bagaimana.

Senja melihat sekeliling. Ia tahu tempat ini tetapi sangat tidak mungkin ia pulang jalan kaki menuju rumahnya. Jika naik angkot, itu juga tidak akan mungkin karena jarang ada angkot malam. Ia pun memutuskan untuk menaiki taxi saja dan nanti akan ia bayar jika sudah sampai rumah.

Tidak ada taxi kosong satu pun yang melewati jalan raya yang tampak agak sepi itu. Sambil menunggunya, Senja pun mulai berjalan untuk bisa mendapatkan taxi di tempat yang berbeda. Ia tampak sangat memprihatinkan.

Rahasia Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang